Notes

Drama Sangkurei (2 tahun DSP - Katzenaugen)

Narator:
Dalam cerita ini dikisahkan pada zaman dahulu, tanah Parahyangan dikuasai oleh raja dan ratu yang memiliki anak bernama Dayang Keno. Dayang Keno merupakan anak yang manja. Suatu ketika, ia sedang memintal benang dan tanpa sengaja pintalannya jatuh hingga ia marah.

Dayang Keno:
“Ih males deh benangnya jatoh lagi! Aku bersumpah siapa pun yg ngambilin benang itu jika pria akan kujadikan suami. Jika wanita, eung, ya sodara lah~”

Narator:
Begitu selesai ia mengucap sumpah lalu datanglah seekor anjing jantan bernama Chikomang menyerahkan pintalan ke tangan Dayang Keno.

Chikomang:
“Guk, guk, guk!” /kasih pintalan benang/

Dayang Keno:
Dayang Keno ternganga mengetahui siapa yang telah mengambilkan pintalan benangnya. Ia menatap Chikomang dalam, “Lirikan matamu…menarik hati~~” /joget keliling tiang/

Narator:
Karena sumpahnya maka ia menikah dengan Chikomang seekor anjing sakti. Dayang Keno dan Chikomang selalu pergi kemana pun bersama hingga sang raja curiga.

Raja:
“Kok kamu diikutin si Chikomang mulu sih?”

Dayang keno:
“Oh, dia temen pak.”

Raja:
“Oh yaudah. Tak kira sasaeng fans.”

Narator:
Dayang Keno dan Chikomang pun hidup berbahagia hingga akhirnya mereka khilaf dan dikarunia anak berwujud manusia bernama Sangkurei.

Narator : Sangkuriang kecil yang telah lahir dari rahim dayang keno pun memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya (si anjing) dan ia pun hanya mengetahui Tumang sebagai anjing setia.

Suatu hari Sangkuriang dan Tumang berburu ke hutan, saat Sangkuriang menyuruh Tumang menangkap buruannya namun Tumang tidak mau sehingga Sangkuriang kesal dan menyembelihnya.

Sangkuriang kecil : "Njing! Cepet Njing tangkep Gajah njing."

Chikomang : /geleng geleng/

Sangkuriang kecil : "njing! Cepet tangkep Kambing njing!

Chikomang : /geleng geleng/

Sangkuriang kecil : "anj*ng. Njing tangkep Kelinci njiing.."

Chikomang : /geleng geleng/

Sangkuriang kecil : emang dasar anj*ng /sembelih/

Narator : Sesampainya di rumah ia memasak daging si Tumang dan makan bersama ibunya. Setelah ibunya tahu, Dayang Sumbi sangat marah dan memukul kening Sangkuriang dengan sendok tempurung.

Dayang keno : Tumben kamu masak gini, ada angin apa.

Sangkuriang kecil : hah apan? Sangkuriang gamasuk angin kok

Dayang keno : /getok/ maksutnya ada acara apa?

Sangkuriang kecil : gada acara nikahan sih. Gaada acara sunatan juga

Dayang keno : /getok/ Allahuakbar... lah terus ini daging apa.

Sangkuriang kecil : daging... mau tau aja, apa mau tau banget?

Dayang keno : eh anjir nih anak, seriusan.. /getok/

Sangkuriang kecil : duh duh duh, digetok mulu. Ini daging tumang bu, puasss??

Dayang Keno : apaa??? /getok tok tok/

Narator : Dayang Sumbi pun diusir dari kerajaan karena perbuatannya itu, dan Sangkuriang pergi berkelana menuju dunia luar untuk mengetahui keadaan disana.

Sangkuriang besar : wah, sudah lama tak berkunjung ke tanah kelahiran.

/dayang keno lewat/

Sangkuriang besar : alangkah cantik nian kau wahai hawa, siapakah gerangan namamu? Ingin aku mempersuntingmu.

Dayang keno : hah? Apa.. apa?

Narator : melihat bekas luka di kening si pemuda, dayang keno yakin bahwa itu sangkuriang yang telah digetok berkali kali dengan sendok tempurung.
Tidak kehilangan akal Dayang Keno memberikan satu syarat yang sulit agar sangkuriang tidak bisa mempersuntingnya.

Dayang keno : ikkeh.. eh okeh.. saya ada satu syarat agar kamu dapat mempersunting saya.

Sangkuriang : apa itu wahai adinda?

Dayang keno : Kamu, harus membuat bendungan besar dan sebuah perahu besar untuk menyeberangi bendungannya.

Sangkuriang : Waduh. Itu mah gampang, kecil, sipil..

Dayang keno : tapi dalam waktu satu malam.

Sangkuriang : eh... /gedubrak/

Narator : karena tidak mampu melakukan sendirian, sangkuriang yang sakti meminta bantuan jin sakti.

Sangkuriang : jin, bantuin gue, bikin bendungan sama perahu, dalam semalam. Bisa?

Jin : bisa bisa bisa. Wani piro?

Sangkuriang : eak. Gampang mah itu, tapi bantuim gue ya.

Jin : okelah bos sip.

Narator : Dayang Sumbi melihat dari jauh dan ia khawatir kalau Sangkuriang mampu maka ia meminta bantuan rakyat desa untuk membuat keadaan menjadi pagi.

Jin : Eh udah pagi ternyata? Eike mau bobo cantiq dulu eaps. Bye.

Narator : Alangkah sayang Alangkah kasian, pekerjaanpun belum terselesaikan, apadaya Sangkuriang yang malang, hanya bisa marah hanya bisa dendam.

Sangkuriang : ah sial! Aku kutuk kamu jadi batu dayang keno!!

Dayang keno : aaaaaahhhhhh!!!

Narator : Aduduh kasian duhai dayang, niat hati mau bertindak baik, malah dikutuk jadi batu.
Sangkuriang yang masih emosi menendang perahu dan akhirnya perahu besar yang belum jadi itu menjadi sebuah gunung, yang bernama tangkuban perahu.