Notes

ㅤPagi hari di kediaman keluarga Moriko sangat sepi seperti biasa, tetapi ada yang menarik hari ini dan membuat Kanna antusias untuk bangun pagi hari itu. Ayahnya mengajak Kanna untuk piknik diluar rumah, mungkin ini hal yang biasa untuk orang lain tetapi untuk Kanna ini istimewa. Hal ini menjadi istimewa karena semenjak ibunya meninggal dunia, Kanna jarang sekali keluar rumah dan ayahnya pergi kerja setiap hari lalu pulang larut malam. Jadi, Kanna lebih sering berinteraksi dengan kakek dan neneknya yang sekarang tinggal di rumahnya.

"Kanna, sudah siap?"

ㅤKanna pun tersadar dari lamunannya saat ayahnya memanggil, segera ia tutup kotak bekal yang berisi sandwich itu dan memasukannya ke dalam tas yang ia bawa.

"Sudah."

ㅤKakinya langsung bergerak cepat menuju mobil karena ayahnya kini sudah menunggu Kanna di kursi pengemudi.

"Kakek dan nenek tidak ikut?"

"Tidak, biar jaga rumah saja."

ㅤMobil pun dinyalakan untuk mengantar mereka berdua ke tempat tujuan. Tetapi saat di perjalanan Kanna melihat keanehan di jalan yang mereke lewati, jalan ini tidak menuju taman melainkan jalan yang dilewatinya ini akan menuju Aokigahara atau yang biasa disebut hutan bunuh diri.

"Kenapa lewat sini, pa?"

ㅤTerlihat raut muka ayahnya kini berubah dan tidak menjawab pertanyaan Kanna. Beberapa saat kemudian mobil itu dihentikan tepat di depan hutan bunuh diri.

"Kanna, ayok kita menjenguk ibu."

ㅤMendengar perkataan ayahnya, Kanna pun tersentak dan bingung. Ibu Kanna memang meninggal karena bunuh diri di tempat ini dan itu merupakan trauma terbesar bagi Kanna dan juga ayahnya.

ㅤKarena ia juga merindukan ibunya, Kanna pun turun dari mobil dan mengikuti ayahnya dari belakang. Saat perjalanan memasuki hutan, Kanna melihat banyak mayat-mayat disana.

ㅤSaat sedang berjalan dan melihat sekeliling, ayahnya tersungkur dan menangis cukup keras. Kini Kanna bingung apa yang harus dia lakukan jadi ia hanya memeluk ayahnya dari belakang dan ikut menangis.

"Ibumu kesepian, kita harus menemaninya."

ㅤBelum sempat Kanna mencerna perkataan ayahnya, kini sebuah pisau belati dari kantung jaket ayahnya dikeluarkan. Dia pun makin bingung sejadi-jadinya akan apa yang ayahnya lakukan.

"Kita harus mati bersama disini."

ㅤSetelah mendengar perkataan itu Kanna didorong oleh ayahnya hingga teraungkur ke tanah, lehernya dicekik sehingga ia sulit untuk bernafas dan bergerak. Kakinya masih berusaha untuk mendorong ayahnya ke belakang.

"KALO SEPERTI INI, IBU PASTI JUGA AKAN SEDIH DAN MEMBENCI KITA."

ㅤSaat ayahnya melonggarkan cekikannya, Kanna berusaha untuk teriak semampunya dan tangan Kanna kini berusaha melepaskan cekikan ayahnya itu.

ㅤPerkataannya tidak digubris oleh ayahnya dan kinin pisau belati itu sudah menempel pada lehernya. Karena pergerakannya, leher Kanna tergores pisau dan membuat luka kecil disamping lehernya.

ㅤKini tenaganya sudah mau habis dan ia hanya bisa menangis sambil memejamkan matanya. Dengan sisa tenaganya Kanna masih berusaha menendang tubuh ayahnya yang menyebabkan ayahnya sulit untuk mengatur keseimbangannya.

ㅤSaat ia merasa tubuhnya sudah tidak memiliki tenaga dan cekikan pada lehernya semakin kencang, ia memejamkan matanya lagi.

"Ibu, aku takut."

ㅤSesaat setelah Kanna memejamkan mata dan mengucapkan kata itu, ia merasakan bahwa cekikan pada lehernya sudah terlepas.

ㅤKanna pun membuka matanya dan melihat sesosok makhluk tidak dikenal berada didepannya.

"Angel has come to serve you."

ㅤSetelah mendengar perkataan makhluk didepannya itu, Kanna pun berdiri dibantu oleh makhluk itu. Karena ia merasa masih punya sedikit tenaga, ia pun berlari dan berusaha keluar dari hutan itu.

ㅤSaat sudah keluar dari hutan itu, Kanna masih berlari berusaha menjauhi dirinya dari tempat itu. Penglihatannya mendadak gelap saat sedang berlari dan menyebabkan Kanna jatuh tidak sadarkan diri.