Notes

Terdiam tanpa air mata setetespun dipipinya, menatap nisan gadis tua yang sudah lama merawatnya. Kehilangan yang keberapakah ini? Sudah tidak bisa ia hitung lagi—atau mungkin sebelumnya ia juga tidak pernah sadar bahwa ia pernah ditinggalkan. Tidak ramai, karena bibinya memang tidak begitu banyak memiliki sejawat—apalagi dirinya sendiri. Tak ada barang satupun di kota yang mengenal sosok Han kecil yang sudah tumbuh dewasa ini.

Hanya beberapa menit berada diluar ruangan membuat sang pemuda gerah, kaki jenjangnya melangkah cepat pulang kerumah. Bukan, bukan rumah yang sama. Sejak berumur 15 tahun ia sudah menabung, dan sanggup merenovasi rumah kecil itu menjadi jauh lebih mewah. Tak jarang beberapa tetangga bergunjing tentangnya yang disangka melakukan kriminal saat itu. Namun ia tetap tak peduli, orang-orang tak perlu tahu apa yang dilakukan olehnya.

Sebuah gitar tua peninggalan sang kakek masih berada di ujung ruangan, teronggok memanggil untuk dimainkan. Mungkin ini cara tuhan untuk menghiburnya?

Untuk sekarang, mungkin ia hanya akan memakai tabungannya demi bertahan hidup—sendirian.