Notes

ㅤ ㅤKirana sang baskara menuang diri dalam wujud tak kasatmata di wajah sang puan. Menyentuh pipinya lembut, lalu menamparkan realitas tiada ampun. Aoife selalu membenci pagi hari. Kendati demikian, sang puan tetap menyibak selimut dan mengikat rambutnya cukup tinggi untuk memulai hari, seperti biasa. Setelahnya melakukan perengangan sederhana, merapikan tempat tidur, dan membasuh diri. Waktu telah menunjukkan pukul 8 tepat ketika Aoife (dengan penampilan berikut pakaian lengkap dan layak untuk bekerja) memasak di dapur sembari bercakap-cakap ringan dengan seorang kolega yang sudah duduk manis di meja makan.

"Lalu apa yang terjadi?"

Nampaknya pagi Aoife kali ini dimulai dengan sebuah berita menarik dari sang kolega.

"Pria itu meninggal, itu sudah pasti. Kalau dia tidak meninggal, aku tidak akan memberitahukanmu berita ini. Mengapa bertanya lagi?"

Tangan kanan Aoife terulur, meletakkan pancake beralaskan piring keramik di hadapan sang kolega lantas mengendikkan pundak. Bertepatan ketika sang puan hendak meletakkan sarapannya di atas meja, koleganya mengulurkan tangan 'tuk meraih botol berisikan sirup maple dan tanpa sengaja menyenggol lengan Aoife. Nyaris dirinya gagal menyantap sarapan. Cengiran khas sang kolega berikut tatapan bersalah dilemparkan sebagai respon atas perbuatan sendiri. Alih-alih mengucap barang satu kata pun, sang puan hanya menggeleng. Koleganya yang satu itu memang terkenal cukup ceroboh kadang. Ia tak bisa berkomentar banyak.

ㅤ ㅤSeusai menyantap sarapan, keduanya segera meluncur menuju city morgue. Tempat yang tidak begitu menyeramkan, jika kalian merasa penasaran dan penuh ingin tahu. Kala itu waktu menunjukkan pukul 10 pagi. Jalanan masih lengang dan bebas oleh stagnasi sehingga memungkinkan mereka untuk mencapai laboratorium dalam waktu tempuh kurang lebih 15 menit saja (pasalnya mereka memerlukan waktu tempuh kira-kira 30 menit dari tempat tinggal maupun sebaliknya, bilamana lebih telat daripada itu). Oleh sebab itulah Aoife seringkali nampak meninggalkan tempat tinggalnya sebelum pukul 10 pagi atau minimal tepat. Kendati rasa bencinya terhadap pagi.
ㅤ ㅤSUV putih gading memarkir di lapangan parkir. Tepat di hadapan pintu masuk bangunan megah nan besar (yang tak lain merupakan laboratorium tempat mereka bekerja) dengan posisi membelakangi. Sejenak punggung tangan terangkat dan berlabuh pada mulut yang kini terbuka lebar karena menguap. "Bless you..." demikian ucap sang kolega yang duduk di sisi pengemudi. Barangkali tak sadar bahwa Aoife sesungguhnya hanya menguap, bukan bersin. Namun Aoife pun masih setengah sadar, kepalanya disandarkan pada roda kemudi, dan kedua matanya terpejam. Bilamana ketukan pada kaca otomobil tak pernah dilaksana, kedua insan tersebut mungkin tidak akan masuk kerja sesuai jadwal yang telah disepakati.

"Aoife.. Aoife!!"

Aoife sontak terjaga dan menoleh ke sembarang arah. Mendapati kolega yang lain kini berdiri di hadap kaca jendelanya, jelas nampak pergerakan pupil yang melebar sebelum menyadari identitas dari persona tersebut. Entah titah dari sum-sum tulang belakang atau serebrum yang dilaksana, Aoife menurunkan kaca jendela di sisinya, bukan segera turun dari otomobil. Itu pun dilakukan oleh sang puan lantaran tak mampu mencerna apa yang diucap sang kolega dengan sempurna.

"Tuan Schneider sudah menunggumu!" Demikian ucap kolega yang berada di luar, merepetisi yang sempat dilontarkan.

Mengerjap kemudian menoleh 'tuk menatap satu yang masih berada di sisi pengemudi. Tatapan itu hanya sekilas, namun berhasil membuat keduanya segera turun dari otomobil dan melesat ke dalam laboratorium.

ㅤ ㅤSambutan yang tak diharapkan oleh salah satu maupun kedua insan yang dinanti, sukses membuat pribadi di sisi Aoife bergidik ngeri sementara Aoife sendiri hanya membungkukkan jisim barang 45 derajat dalamnya.

"Sebuah kehormatan bertemu dengan Anda, Tuan Schneider. Atas latar belakang apakah Anda kemari?"

Jeda menggantung pada penghujung kalimat untuk sejenak, kemudian disusul tawa dari pria paruh baya yang dipanggil dengan panggilan 'Tuan Schneider' tersebut. Mengetahui kemampuan berikut proyek yang tengah dirampungkan oleh Aoife, Alexander Schneider, nama lengkap pria paruh baya itu, mengajak sang puan untuk membicarakan perihal proyek terbarunya. Rajut langkah bermuara pada bilik luas yang disediakan bagi Aoife. Tanpa banyak berkomentar, sang puan tertawa kecil. Pria yang satu itu pasti memiliki ketertarikan terhadap proyek yang dimaksud. Bagaimana mungkin seorang pengusaha besar meluangkan waktu di tengah-tengah jadwal padat hanya untuk melihat hal-hal membosankan pula lazim?

ㅤ ㅤAoife menuntun gerombolan petinggi yang turut dibawa oleh Schneider. Menuju sebuah etalase yang menyimpan sejumlah tabung kecil berisikan cairan berwarna biru mencolok. "Proyek 0238. Berbentuk cairan. Belum diuji coba, namun diperkirakan memiliki efek malfungsi sementara pada sistem saraf otonom sehingga dapat menyebabkan yang terpapar pingsan. Cairan serupa karbon monoksida, mudah diikat oleh hemoglobin. Efek jangka panjang berakhir dengan kematian serupa kematian pada kasus HIV."