Notes

📦 Arabella mau pindahan.
Current Time.

Dibawah langit yang cerah, seorang gadis cantik sedang menarik koper besar keluar dari salah satu kamar di Apartemen 69. Setelah menghabiskan seminggu lebih menginap di apartemen, ia akhirnya mendapatkan tempat bernaung yang lebih baik.

Arabella—si gadis cantik yang sibuk menarik koper besar dan satu tas jinjing besar pula—telah resmi keluar dari kamar tersebut. Sedikit tak rela juga, meski hanya seminggu tapi ia mengeluarkan perjuangan agar bisa tahan tinggal disana.

Oke, hiperbola sekali.

"Hatchim, hatchim!"

Kena flu di musim dingin begini sangat menyiksanya. Ara berkali-kali ganti tisu agar bisa membasmi cairan kental yang terus mengalir dari hidungnya. Disamping itu ia juga sudah mengunci pintu dan siap berangkat ke rumah baru—tepatnya menumpang ke rumah baru.

"Mari ber—hatchim!"

Baru saja turun ke lantai dasar, pemilik nama asli Jung Ahra ini terkejut saat melihat seekor gajah berdiri tidak jauh dari posisinya sekarang. Beberapa detik terdiam, Ara teringat sebuah surat yang dikirim ibu manajer toko tiga jam lalu.

"Oh, Lord..."
https://t.co/Vo03QRRo2C

Ara bingung mau terharu atau geleng-geleng. Satu sisi manajer nya itu sangat baik mengirimkan 'transportasi' untuknya. Sisi lain Ara malu bukan main—kenapa manajer nya bisa hina seperti ini.

"... Tapi bisa juga, sih." Daripada salah paham, Ara mengiyakan saja, deh.

Tapi satu hal yang buat gadis blasteran Korea - Perancis ini bingung. Bagaimana barang bawaannya bisa dibawa oleh si gajah 'kan?

Hening beberapa detik.

"Ah, iya!" Gadis itu diam kembali tapi sambil menutup matanya. Maksud hati bukan memikirkan sesuatu, melainkan...

"... !"

Raungan yang Ara kenal terdengar dari dekat. Sosok itu datang, yaitu demon kesayangannya yang bernama Leviathan.

"Please help me." Ucapnya sambil menunjuk dua macam tas besar yang harus dibawanya ke rumah baru. Tidak butuh waktu lama, Leviathan sudah membawa barang —

— barangnya di pundak naga tersebut.

Satu masalah selesai. Sekarang Ara memikirkan bagaimana ia bisa naik ke atas tubuh gajah itu? Apalagi ini pertama kali Ara melihat gajah, kalau hewan itu mengamuk 'kan jadi merepotkan?

"Err..." Ara takut tapi tetap mendekat juga. —

— Ketika pandangan si gajah tertuju padanya, Ara menelan ludah cepat-cepat. Namun ketakutannya sirna kala gajah tersebut menunduk—bermaksud membantu si gadis naik ke atas punggungnya—.

"Wah, enaknya..." Celetuknya polos. Dengan hati-hati Ara naik ke atas gajah dan saat —

— gajah itu berdiri perlahan, tidak bisa dipungkiri kalau Ara ketakutan bukan main.

"Eom—" gadis itu menutup kedua manik cokelatnya saat sang gajah mulai berjalan meninggalkan lingkungan apartemen 69. Ara terus berdoa dalam hati saat kecepatan langkah gajah itu terbilang cepat.

Menit demi menit berlalu, akhirnya gajah itu berhenti tepat di depan sebuah rumah megah berteknologi mumpuni di kawasan Elite. Ara langsung buka mata dan kembali berkedip cepat karena bingung; kok bisa cepat sampai begini?

"... Wah ..." Ia masih kebingungan bahkan sampai gajah —

— itu menurunkannya dan Leviathan sudah meletakkan barang bawannya di depan rumah baru, Ara masih melongo.

"... Oke." Tidak ada waktu lagi untuk melongo lebih lama. Keturunan bungsu keluarga Darnelle itu melangkah hingga berhenti di depan pintu rumah dengan nomor S106.

Tangannya dikepal di depan pintu. Detik berikutnya meski masih sungkan, Ara langsung mengetuk pintu tiga kali.

Tok, tok, tok.

/kriiiik/

"Tidak ada jawaban?" Dahinya berkerut sedikit. Ara kembali mengetuk pintu dan kali ini lebih keras dari yang tadi.

Tok, tok, tok!

"Araaaa!" Lengkingan seorang wanita terdengar dari dalam. Ara sangat kaget, jujur. Tapi ia menyiapkan senyuman manis untuk ditujukan pada pemilik rumah.

"Menijeo-nim! Ara disini!" Serunya saat melihat wajah manajer di tempatnya bekerja; tak lupa menunjukkan cengiran manisnya.