Notes

Poisoned!?

Cast:
-Nico LovelyFall
-Vanesa Lavenia
Genre: -

*****************************************************************************************************************************

“Nico!! Tunggu!!”

Kembali indera pendengaran Nico menangkap suara wanita yang berteriak protes karena ia melangkah teralu cepat meninggalkan sang wanita sendirian dibelakang.

“Aish merepotkan” gerutu Nico.

Saat ini Nico dan Vanesa, temannya. Sedang berada di daerah pegunungan di Eropa Tengah. Mereka berniat menghabiskan waktu liburan musim panas mereka untuk menginap di vila Vanesa yang terletak di puncak pegunungan ini. Namun naas mereka berdua lupa membawa peta yang merupakan satu-satunya petunjuk lokasi vila, itulah yang menyebabkan mereka tersesat di hutan ini.

“Hosh...Hosh... yak! Bisakah berjalan lebih pelan? Ini melelahkan!” suara keluhan bercampur amarah kembali dilayangkan oleh wanita yang kini berada disebelah Nico.

“Aku berjalan pelan. Kau saja yang teralu lambat” sang pria menjawab dengan santai.

“Ah sudahlah. Aku lapar ayo kita mencari buah untuk dimakan” ajak sang agdis dengan semangat.

Kedua alis Nico saling bertautan ketika mendengar ajakan yang menurutnya sangat polos itu.

“kau membawa sekop?” tanya sang pria.

“untuk?”

Nico memutar bola matanya sebal, “berjaga-jaga untuk menguburmu saat kau tewas karena keracunan”

Tanpa memikirkan jawaban yang akan diberikan Vanesa, Nico langsung melangkahkan kakinya melanjutkan perjalanan ke arah puncak, tentunya ia berharap dapat menemukan tanda-tanda kehidupan lain selain mereka berdua. Saat pikiran Nico sedang kalut,ia merasa pundaknya ditepuk oleh seseorang.

“Nico! Lihat!” tampaknya sang gadis memberitahu sang pria sesuatu.

Dengan segera Nico arah kan kedua iris matanya menuju ke arah yang di tunjuk oleh Vanesa menggunakan tangannya. Alisnya kembali bertaut saat melihat bahwa sesuatu itu adalah sebuah tanaman dengan buah yang terlihat menggoda. Beberapa burung terlihat sedang berebut untuk menikmati buah yang ada di pohon itu.

Nico berjalan mendekati tanaman itu, tanaman itu memilki tinggi sekitar 1 meter,memiliki dahan bewarna keunguan dan buah yang berwarna hitam mengkilat. Ia terkejut saat indera pengelihatannya menangkap sebuah pondok yang berada sekitar beberapa meter dari tempat mereka berdiri sekarang. Mereka hanya cukup menyebrangi sungai kecil yang menjadi pembatas.

“Tampaknya ini tidak beracun, bahkan burung-burung tadi baik-baik saja. Boleh aku memakan buahnya?”

Tanpa menunggu persetujuan dari sang pria,sang gadis sudah memasukkan buah yang ia pegang kedalam mulutnya.

“Yak!” Nico berniat protes karena tindakan yang menurutnya ceroboh.

“Lihat aku baik-baik saja” Vanesa tidak menghiraukan penolakkan Nico, gadis itu kembali memetik beberapa buah untuk dimakannya. Dengan sigap tangan Nico menahannya untuk tidak memetik buah itu lagi.

“Sudah? Ayo kita jalan tidak jauh dari sini ada sebuah pondok”

Iris mata Nico menatap Vanesa yang memakan buah terakhir yang ia petik, buah kelima. Pikirnya.

Nico dan Vanesa berjalan beriringan menuju pondok yang tadi dilihat. Saat sudah menyebrangi sungai, Nico sedikit bingung melihat tubuh Vanesa yang dihiasi bercak-bercak merah. Seingatnya bercak itu tidak ada sebelumnya.

“Vanesa” panggilnya.Vanesa menoleh.

Nico sedikit berjalan mundur. Terkejut saat melihat keadaan Vanesa. Pupil mata Vanesa terlihat melebar dari yang seharusnya.

“Nico....buramm...kepala ku sakit” ucap sang gadis dengan suara serak dan aksen yang terdengar seperti orang cadel.

Badan Nico reflek bergerak menahan badan Vanesa yang terlihat tidak bisa berdiri seimbang.

“Yak! Vanesa! Kau kenapa?!” ucap sang pria sambil menepuk-nepuk pipi sang gadis.

Lagi-lagi sang pria dikejutkan dengan gerakan yang terkesan tiba-tiba. Vanesa seolah sadar dan berdiri tegak.

“Nico, lihat!!” tangan telunjuknya mengacung mengarah ke suatu tempat.

Iris mata Nico dengan cepat meneliti apa yang Vanesa berusaha tunjukkan. Namun yang dilihat hanyalah jurang yang ditutupi oleh semak-semak. Nico yang masih terduduk bingung dengan apa yang sebenarnya ditunjukkan.

“Vila! Itu vilaku, Nico!” Nico terkejut melihat Vanesa berlari dengan ceria ke arah jurang yang tadi ia tunjuk.

“VANESA AWAS ITU JURANG!!!!” Nico reflek berteriak dan menggerakkan kedua kakinya secepat mungkin untuk bangun dan mengejar Vanesa.

“AAAAAAAAKK!”

“VANESAAA!!!”

.

.

.

.

.

.

.

END