Notes

"... Huh?"

Setsuna termenung bingung, sejak kapan sang dara ada di dalam lorong?. Perasaan si gadis baru saja ia ada di depan toko dango, baru saja. membeli camilan untuk sore nanti. Tetapi kenapa sang gadis bisa ada langsung disini?. Kedua netra biru miliknya menatap tempat dimana ia berada sekarang. Karena penasaran, kedua kakinya melangkah dengan sendirinya. Kepala sang ice spirit menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari jika ada tanda-tanda kehidupan.

"Ara?. Itu apa?"

Kedua manik Setsuna sedikit menyipit, ketika melihat cahaya dari ujung lorong. Setsuna pun langsung lari menuju sumber cahaya, berharap menemukan sesuatu yang si surai hitam harapkan. Ketika keluar dari lorong yang baru saja Setsuna telusuri, ia di sambutan dengan pemandangan yang sangat indah. Begitu indah, ia tak pernah melihat tempat seindah ini dari dimensi demi dimensi, tahun demi tahun yang sang gadis pernah lewati.

Tempat itu seluas lorong yang sebelum Setsuna singgahi. Bedanya, terdapat celah-celah dari dinding atas lorong, pohon-pohon dan akar menjulur di setiap sisi lorong. Disini juga terdapat air terjun yang mengalirkan airnya ke permukaan. Setsuna kembali membuat ekspresi bingung, dimana sang dara berada?, dimana tempat ini berada?. Setsuna kembali melangkah ke dalam dari tempat tersebut. Langkahnya terhenti ketika ia berdiri di depan sebuah gerbang dengan pilar-pilar yang megah nan indah. Netra biru milik Setsuna kini melihat sebuah pintu di dlam gerbang indah itu. Di depan pintu tersebut, bertuliskan 'Buka pintu ini, Setsuna.'.

"Namaku?, kenapa ada namaku di tulisan ini?" Gumam si pucat dengan pelan. Hati Setsuna mengatakan ada hal buruk jika ia memasuki ruangan tersebut. Tetapi, karena penasaran, Setsuna memasuki gerbang megah nan indah tersebut. Ketika sudah di dalam, ia disambut dengan kegelapan. Di tambah lagi, tekanan udara yang dapat seseorang tak bisa bernafas. Pintu yang barusa saja Setsuna masuki tertutup sendiri. Kemudian, ruangan yang Setsuna tempati menjadi terang berderang. Menampaki...

"Ini... tempat apa...?!" Setsuna membulatkan matanya akan akan takut. Apa yang gadis ini lihat?, rupanya... darah dan badan makhluk hidup berada dimana-mana.

Drip.... drip...

Tetesan-tetesan berwarna merah, berbau amis dan dingin terciprat ke wajah Setsuna, yang berasal dari atas setsuna. Kemudian, Setsuna menatap ke atas. Betapa kagetnya Setsuna, melihat kedua orang tuanya sendiri, mati tergantung di atasnya. Keadaan tubuhnya sudah tak jelas, walaupun wajah mereka masih terbentuk sedikit jelas. Setsuna terjatuh akan kesedihan, kenapa Setsuna harus bertemu dengan kedua orang tuanya dalam keadaan seperti ini...?

'FU FU FU... S E M U A K E T U R U N A N Y U K K I O N N A B O D O H S E K A L I . . .'

Suara menggelegar itu menggema satu ruangan, membuat Setsuna merinding akan takut. Hatinya kini menyuruhnya untuk pergi sekarang. Dengan bergemetar, kedua kaki Setsuna langsung berlari menuju pintu masuk. Ia mencoba membukanya berkali-kali, menendangnya, menobraknya, tetapi gagal.

ZREET!!

Sesuatu seperti tali mengikat kedua kaki Setsuna, membuat Setsuna terpelanting dengan kencang. Kemudian, tali tersebut menarik Setsuna. Setsuna mencoba menggunakan kekuatannya, tetapi entah seperti ada yang menahannya untuk menggunakan kekuatannya.

'A K U A K A N M E N G H U K U M M U, K E T U R U N A N Y U K K I O N N A . . . . '

Ketika tali itu berhenti menariknya, Setsuna pikir ia akan di bebaskan. Nyatanya, sebuah pisau menusuk perut Setsuna. Kemudian ribuan pisau menghujani badan Setsuna, menusuk badan milik sang gadis tanpa ampun.

'Apakah aku akan mati seperti ini?, sepertinya aku akan mati seperti ini... maafkan aku, Okaa-sama, Otou-sama...' Pikir Setsuna di benaknya. Setsuna menutup kedua matanya, menunggu rasa sakit dari ribuan pisau ini berhenti, hingga Setsuna meninggal....



Gasp!!

"Haaah!!" Setsuna membuka matanya akan kaget, seperti Setsuna baru saja bangun dari mimpi buruk di tidurnya. Setsuna melihat ke kanan dan ke kiri, ia masih berdiri di depan gerbang megah nan indah tersebut.

"Huh?, sudah berapa lama aku termenung disini?" Setsuna menghela napas, sedari tadi jadi hanya berpikir yang aneh-aneh?. Setsuna mengangkat bahunya, tak menghiraukan imajinasi buruknya yang baru saja si surai hitam alami. Setsuna berjalan masuk menuju gerbang itu, tanpa tahu apa yang akan ia alami...

[[THE END]]