Notes

Sudah 2 hari sejak kepindahanku ke rumah ini. Setelah ayahku meninggal, kondisi keuangan keluargaku menjadi tidak stabil, sehingga Ibu terpaksa menjual rumah kami di kota dan pindah ke tempat yang lebih kecil. Daerah tempat tinggal kami cukup asri, dikelilingi pepohonan dan jarak dari rumah satu ke rumah yang lainnya juga tidak terlalu jauh dan tidak terlalu berdekatan. Setidaknya aku dan Ibuku tidak perlu mendengar gosip yang biasa dilakukan oleh tetangga bukan?
Ketika kami pindahan pun, suasana daerah ini cukup sunyi. Aku hanya bertemu satu sampai dua orang tetangga saja saat itu. Mungkin karena aku dan ibuku datang siang hari saat orang sedang bekerja makanya suasana jadi sepi sekali. Suara yang terdengar hanya dari suara mesin kendaraan yang kami gunakan untuk membawa barang pindahan.
Hari pertama pindah, aku dan ibuku membersihkan pekarangan yang penuh dengan daun-daun berjatuhan. Hari kedua baru kami membersihkan rumah. Sebenarnya rumah ini sebelumnya sudah dibersihkan, tapi karena ibuku adalah tipe orang yang sangat menyukai kebersihan, ia jadi membersihkannya lagi agar merasa puas. Dan di hari ketiga baru aku dan ibuku bisa sempat merapikan barang-barang bawaan kami.
Aku meregangkan tubuhku, mencoba melemaskan syaraf otot-ototku yang lelah karena seharian membantu ibuku merapikan barang-barang bawaan kami. Aku melirik ke arah jam dinding yang menunjuk ke angka 11. Sudah hampir tengah malam rupanya, pantas saja terasa lelah sekali dan mengantuk. Aku pun berlari kecil menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
.
15 menit kemudian, Aku muncul dari balik pintu kamar mandi sambil menggunakan piyama barbie kesukaanku yang dibelikan oleh ayahku setahun lalu. Aku menoleh ke ruang tamu dan melihat ibuku yang telah terlelap di atas sofa. Sedikit bimbang, apakah aku harus membangunkan ibu?
Setelah merenung selama 3 menit, aku memutuskan untuk tak membangunkan ibu. Lalu perlahan berjalan memasuki kamarku. Begitu tubuhku merasakan permukaan kasur yang lembut, aku langsung memasuki alam mimpi.
.
.
.
Aku perlahan membuka kedua mataku sambil mengipaskan tangan ke arah wajahku. Mengapa cuaca bisa sepanas ini? Aku pun menggerakkan tubuh dan duduk di atas kasur, berusaha meraih telepon genggam yang terletak di atas meja samping kasur. Aku menyalakan telepon genggam milikku dan menggunakan sinar dari layar telepon sebagai penerangan. Aku menatap layar telepon genggamku, waktu menunjukkan sekarang jam 3 pagi. Wajar sekali masih gelap, tapi kan aku menyalakan lampu tidur, bukannya seharusnya menyala?
Aku beranjak dari kasur untuk membuka pintu kamar dan menengok keluar. Rupanya di luar juga gelap. Lampu dapur yang tadi menyala sebelum aku tidur pun juga mati. Benar-benar gelap gulita. Tidak salah lagi, rupanya mati lampu.

Aku memutuskan untuk tidur lagi dan berjalan kembali ke tempat tidur, merebahkan tubuhku. Belum sempat aku memejamkan mata, sudut mataku menangkap suatu benda yang menyala dan berkedip di meja rias. Apa itu? Aku terpaksa bangun kembali dan memeriksanya.