Notes

Anna meregangkan tubuhnya, mencoba melemaskan syaraf otot-ototnya yang lelah karena seharian membantu ibunya merapikan rumah. Pandangan matanya mengarah ke jam dinding yang menunjuk ke angka 11.

“Hampir tengah malam.. Saatnya tidur.”

Anna berlari kecil menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
.
15 menit kemudian, Anna muncul dari balik pintu kamar mandi sambil menggunakan piyama barbie miliknya.

Anna menoleh ke ruang tamu dan melihat ibunya yang telah terlelap di atas sofa. Sedikit bimbang, apakah Ia harus membangunkan ibunya atau tidak.

“Bangunkan atau tidak ya.. Hmm sepertinya tak perlu. Ia akan memarahiku nantinya karena mengganggu tidurnya.” Ucapnya.

Anna memutuskan untuk tak membangunkan ibunya, dan berjalan memasuki kamarnya.

Begitu Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur, Anna langsung memasuki alam mimpi.
.
.
.
“Hmm.. Panas..”

Anna mengucek kedua matanya, perlahan bangun dari tidurnya.

Tangannya berusaha meraih handphone-nya yang terletak di atas meja.

“Sudah panas, gelap pula..”

Anna menyalakan telepon genggamnya, menyalakannya dan menggunakan sinar dari layar teleponnya itu sebagai penerangan. Ia menatap layar handphonenya dengan seksama.

“Masih pukul 3 pagi rupanya.”

Anna beranjak dari tempat tidurnya untuk membuka pintu kamarnya, menengok keluar.

“EH?! Di luar juga gelap? Seingatku lampu dapur tadi menyala sebelum aku tidur. Jangan-jangan.. Mati lampu? Pantas saja pendingin di kamar mati dan jadi gelap gulita begini.”

Ia menghembuskan nafasnya.

“Lebih baik tidur lagi saja!”

Anna berjalan kembali ke tempat tidurnya, merebahkan tubuhnya.

Baru saja Ia memejamkan matanya, terdengar suara serak ibunya dari luar yang membuatnya terpaku.

“Anna, apa yang kau lakukan di meja makan?”

Keringat dingin mulai mengucur dari dahinya.

“Sejak kapan aku ada di meja makan?!” tanyanya dalam hati. Sedikit histeris.

Telapak tangannya basah oleh keringat, jantungnya berdetak sangat cepat.

“A-aku ada di kamar, Ma.” Jawabnya terbata-bata.

Perasaannya mulai tak enak ketika ibunya tak membalas ucapannya. Bukan hanya itu, muncul suatu pertanyaan di benaknya yang berhasil membuatnya ketakutan setengah mati.

Apakah suara yang bertanya padanya tadi benar-benar suara ibunya?

Anna mencoba menghilangkan ketakutannya dengan berdoa, hingga Ia tertidur.
.
Sinar matahari memasuki jendela kamarnya, membuat Anna mengerjap. Anna bangun dari tempat tidurnya dan sedikit berlari sambil memanggil ibunya.

“Ma!” teriaknya.

Ibunya menatap dirinya dari balik pintu dapur dengan alis terangkat.

“Ya? Ada apa?”

Anna menarik nafas.

“Pukul 3 pagi tadi.. Apa mama terbangun lalu bertanya padaku.. tentang apa yang kulakukan di meja makan?” tanyanya.

Terlihat ibunya menghentikan kegiatannya, perlahan berjalan menuju Anna berdiri.

“Iya. Mama merasa melihat bayangan dirimu sedang berdiri di depan meja makan sambil memainkan handphonemu itu. Ketika mama mengalihkan pandangan lalu mendengar suaramu, bayangan tersebut menghilang.” Jelas ibunya.

Anna terdiam. Mulutnya menganga lebar, bulu kuduknya berdiri, dan bola matanya membulat sempurna.

“Jadi.. Mama melihat seseorang yang menyerupai diriku?”

Ibunya mengangguk.

“Oh.. not again..”