Notes
Notes - notes.io |
「 Hunting—?! 」
Matahari tampak semakin meninggi, cicitan burung pun semakin nyaring terdengar. Suara gemerisik semak samar-samar terdengar dan sampai pada gendang telinga seorang gadis. Giselle Arnauld—nama gadis itu, membuka kelopak matanya pelan-pelan untuk menyesuaikan cahaya mentari. Ia melirik ke bawah—tepatnya semak-semak yang menjadi tempat asal suara gemerisik tadi. Gadis itu menggoncangkan bahu gadis lainnya yang masih terlelap di sebelahnya. Ia memutar bola matanya malas menanggapi erangan yang keluar dari bibir dara itu.
“Evelyn, bangun sekarang! Nanti buruan kita lari!”
Gadis yang bernama Evelyn itu merespon—mengucek kedua kelopak matanya dengan punggung tangan disertai gumaman ‘Iya, aku sudah bangun kok,’ dan sejenisnya.
Giselle buru-buru meraih busur panahnya yang tergantung pada ranting lalu melonpat dari dahan pohon yang cukup tinggi—tempatnya dan Evelyn tidur semalam. Disusul suara menyerupai debuman yang mengiringi jatuhnya Evelyn dari atas pohon dengan ketinggian lebih dari lima meter itu.
“Ouch—“ Telinganya menangkap suara ‘aduh’an Evelyn sebelum Giselle memilih tertawa dan menyahutinya, “Rasakan! Makanya cepat bangun.”
Dengan langkah pelan dan hati-hati, Giselle melangkah menjauhi tempatnya berdiri tadi, sedang matanya membidik dengan awas ke arah semak-semak.
Sedikit informasi, Giselle dan rekannya Evelyn adalah salah dua dari siswa akademi Vastumeer yang saat ini sedang berada di dalam hutan untuk menjelajah. Mereka melakukan hal ini bukan karena misi atau perintah, melainkan memang inisiatif mereka sendiri yang ingin mengasah kemampuan berburunya. Hanya senjata sederhana yang menemani perburuan mereka, dengan masing-masing membawa satu busur panah dan tiga puluh anak panah untuk bentuk pertahanan diri dan menangkap buruan. Sudah hampir dua malam mereka menelusuri hutan ini. Mereka tidak khawatir terntu saja, karena hutan yang mereka gunakan ini bukanlah Heaven Forest melainkan hutan tropis biasa yang berada di dunia manday.
Giselle menghentikan langkahnya saat merasa sesuatu menahan lengannya.
“Apa?” Gadis itu menoleh dengan ekspresi jengah. Sementara Evelyn—yang menarik tangannya hanya diam dan melempar tatapan…memelas?
“Aku lapar, serius.” Giselle sebenarnya ingin sekali mencari batu besar dan memukulkannya pada kepala Evelyn, namun langsun ia urungkan begitu mendengar suara gemuruh dari perut kawannya.
“Aku juga lapar, Eve! Tapi mau bagaimana lagi? Kita belum dapat satu buruan pun, mau makan apa memangnya?”
Giliran Evelyn memutar bola matanya malas, “Kan bisa makan buah- memangnya ini gurun tidak ada tanaman sama sekali?”
Ia menghentakkan lengan Giselle yang sedari tadi ditahannya, lalu mengambil langkah lebih dahulu mencari buah-buahkan untuk menghalau rasa laparnya meski hanya sementara.
Giselle mengernyitkan kening, turut menghentikan langkahnya tepat di belakang Evelyn setelah gadis itu berhenti.
‘Mungkin sudah lelah memutari hutan tanpa hasil—?’
Baru saja ia hendak menepuk bahu temannya, Evelyn tiba-tiba membungkuk dan tangannya memetik tumbuhan entah apa namanya, Giselle tidak tahu.
“Selle, ada buah! Tapi kecil,” Ekspresinya berubah. Sedang Giselle hanya meringis memberi respon.
“Untukmu saja, aku hanya ingin makan daging.” Ia menjawab enteng dan apa adanya. Lagipula, ia tidak yakin untuk memakan tanaman aneh yang baru kali ini ia temui. Kalau beracun bagaimana? Apalagi bentuk dan warnanya seperti kumbang—ew. Mana sudi!
“Ya sudah,” Evelyn mengedikkan bahunya acuh, “Jangan salahkan kau mati kelaparan karena tidak dapat daging ya.”
Giselle sendiri terlihat tidak peduli melihat Evelyn yang mulai menelan satu genggam buah aneh itu.
“Awas nanti kau keracunan kalau tidak pilih-pilih makanan.”
Giselle masih tetap acuh. Kembali ia menyiapkan busur dan anak panahnya lalu melangkah mendahului Evelyn tang tadi sempat ia lihat dari ekor matanya memetik lebih banyak buah merah-hitam yang sebelumnya ia telan.
“Ini manis loh—“
“What ever!”
Mereka berdua masih terus berjalan dengan hati-hati. Sebisa mungkin, keduanya menghindari timbulnya suara dari gesekan alas kaki mereka dengan tanah dan dedaunan agar binatang-binatang buruannya tidak merasa takut dan lari.
Giselle berhenti, lalu secara tiba-tiba menarik busur panahnya dengan matang, yang sontak membuat Evelyn terkejut bukan main. Matanya ia tajamkan, ‘Oh rupanya ada burung.’
Maka, Evelyn memilih mengamati dengan tenang.
Tepat beberapa detik sebelum anak panah meluncur dari busurnya, sesuatu yang berat menimpa punggung Giselle dan membuat konsentrasi gadis brunette itu buyar, sehingga anak panahnya meleset dan menancap pada batang pohon. Buruannya lepas!
“What the hell, Evelyn apa yang kau— Hey, Evelyn, are you okay?!”
Bentakan Giselle mendadak berubah menjadi nada panik yang begitu kental. Bagaimana tidak? Sesuatu yang tadi jatuh menimpa punggungnya adalah Evelyn, dengan busa yang sedikit demi sedikit keluar dari mulutnya.
“Evelyn—!”
Gadis itu kalap. Mata Evelyn masih terbuka, namun sepertinya kesadarannya sudah lenyap sedari tadi. Tanpa pikir panjang Giselle segera memapah tubuh rekannya, berlari mencari jalan keluar dari hutan, namun nihil! Kepanikannya membuat Giselle lupa arah mana yang seharusnya ia lalui.
“Damn!—“
Giselle segera mengucapkan mantra teleportasi yang bisa membawanya ke suatu tempat dengan sangat cepat.
Dalam waktu sekian detik, dua gadis itu sudah berada di depan pondok tua yang dikelilingi pepohonan rimbun.
“—John, Mr. John. Tolong! Mr. John—“
Giselle mengetuk pintu dengan tidak sabaran, hingga akhirnya seorang pria tua keluar dari dalam pondok.
“Oh- Giselle? Ada apa? Tenanglah, masuklah dulu ke dalam.”
Giselle menurut. Evelyn tetap ia papah hingga berada di dalam pondok.
“Evelyn— kawanku, aku tidak tahu ia kenapa! Tapi mulutnya berbusa! Keracunan? Mungkin ia keracunan! Buah—merah, uh kumbang—“
Giselle tergagap, masih terlalu panik.
“Hey tenanglah. Apa kawanmu makan sesuatu?”
Giselle mengangguk cepat, tangannya merogoh saku pakaian Evelyn, mencari sesuatu. Gotcha! Buah merah-hitam tadi akhirnya ia temukan.
“Ini— Evelyn memakan ini. Sepertinya banyak sekali.”
Pria tua yang dipanggil Mr. John itu mengangguk, lalu mengambil satu butir buah merah-hitam dari telapak tangan Giselle.
“Ouh- ini jelas berbahaya,” Dahinya semakin berkerut, “Sudah berapa lama?”
Giselle menggeleng, “Sepertinya— sekitar lima belas atau dua puluh menit yang lalu.”
“Ini buruk. Buah ini— Rosary Pea, tentu saja ini beracun. Aku tidak punya obat, tapi sepertinya bisa memberikan sedikit bantuan.”
Mr. John menjauh, melangkah ke sisi dalam pondok, sepertinya dapur? Tak lama pria tua itu kembali dengan segelas cairan putih di tangannya.
“Biasanya susu murni bisa menetralisir racun. Namun, tidak sepenuhnya.”
Ia mengambil sapu tangan, lalu membersikan busa di mulut Evelyn. Perlahan-lahan, Mr. John meminumkan segelas susu murni itu kepada Evelyn. Giselle hanya terdiam, ia tidak tahu apa-apa sebenarnya. Hanya panik.
“Cepatlah bawa dia ke tabib, atau setidaknya rumah sakit di dunia manday. Seharusnya itu lebih efektif. Aku pikir, racun Rosary pea ini sudah menyebar, namun dengan perawatan intensive dari teknologi yang canggih sepertinya bisa membantu.”
Mr. John menjelaskan, matanya menatap iba pada Evelyn yang terlihat begitu pucat.
“Sihir tidak bisa membantu?”
Mr. John menggeleng, “Aku tidak tahu. Ini tanaman dari dunia manday, aku tidak yakin sihir di dunia kita bisa berlaku juga untuk tanaman ini.”
“Begitu,” Giselle menunduk. “Baiklah, sebaiknya memang rumah sakit manday ya?”
Mereka berdua mengangguk. Giselle kembali memapah Evelyn untuk bangun, ia mundur beberapa langkah sebelum mengucapkan mantra teleportasi lagi.
Dalam sekejap, mereka berdua sudah berada di depan pintu rumah sakit di dunia manday. Giselle bereaksi seheboh mungkin, menarik perhatian para staff agar segera datang dan menolong Evelyn.
Beberapa jam terlewati begitu saja, dengan Giselle yang masih setia duduk di kursi tunggu. Evelyn ada di dalam sana, ruangan bertuliskan ICU. Yang ia tahu, para dokter sedang berusaha menyelamatkan rekannya, Evelyn. Beberapa menit kemudian, seseorang dengan jas putih keluar dari ruangan itu. Giselle cepat-cepat menghampirinya, “Bagaimana keadaan Evelyn?”
Orang itu hanya tersenyum, “Dia baik-baik saja. Untung saja- kalian tidak kehabisan waktu. Hampir seluruh selnya rusak, namun sepertinya dia sudah dinetralkan ya?”
“Uhm- sebelumnya, Evelyn sudah diberikan susu murni.”
“Itu bagus. Susu murni memang efektif sepertinya. Temanmu baik-baik saja, ia hanya perlu beberapa waktu lagi berada di sini untuk pemulihan. Apa tidak masalah?”
“Uhm, tidak masalah.”
“Baiklah, kalau begitu aku permisi. Kau boleh menjenguknya, tapi tolong jangan berisik ya?”
Giselle mengangguk, menatap punggung orang itu yang kian menjauh. Tangannya membuka pintu ruang ICU dan membawa kakinya melangkah masuk menghampiri Evelyn yang tengah terbaring di ranjang.
“Syukurlah kau selamat.”
|
Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...
With notes.io;
- * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
- * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
- * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
- * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
- * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.
Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.
Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!
Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )
Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.
You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;
Email: [email protected]
Twitter: http://twitter.com/notesio
Instagram: http://instagram.com/notes.io
Facebook: http://facebook.com/notesio
Regards;
Notes.io Team