Notes
Notes - notes.io |
Sekitar awal Januari, dua tahun sebelum kiamat kedua terjadi. Seorang pemuda bersurai kuning tengah bersembunyi di sekitar gelapnya pegunungan. Ya, dengan cepat wabah virus berbahaya sudah menjangkau daerah pedesaan di sekitar pegunungan.
Saat itu usia Sed masih menginjak 18 tahun. Ia terlahir tanpa seorang ayah, serta ibunya meninggal saat ia masih kecil akibat serangan binatang buas. Ia dirawat oleh seorang pria yang tinggal sendirian di kaki gunung. Dia lah yang mengajarkan Sed teknik dasar berpedang. Tetapi itu cerita lain. Saat ini seseorang yang terjangkit virus sedang berkeliaran di gunung dan sedang mencarinya. Sed berada di atas pohon, berharap orang itu tidak menyadari keberadaannya. Ia hanya bisa memandang langit, melihat cahaya bintang yang bisa membuatnya tenang, karena di bawah hanya ada kematian yang menantinya. Atau bahkan lebih buruk, ia akan menjadi salah satu darinya. Tetapi, jika berada di atas terus akan tidak bagus juga untuknya. Bisa-bisa ia terjatuh saat mengantuk atau tertidur. Ketika orang itu muncul lagi, tepat di bawahnya, Sed melompat menindihnya, menikamkan pedang peninggalan ayah baptisnya di kepala orang tak waras ini.
Ya, kejadian ini terus berulang hingga enam bulan lamanya. Ia berpikir pegunungan akan lebih aman dibandingkan kota atau pedesaan yang lebih ramai akan masyarakat dan kemungkinan terbunuh lebih besar. Sampai pada suatu siang ia mendapatkan sekurumunan orang berpedang yang sama sepertinya sedang menebas orang-orang gila (terjangkit virus) yang saling membunuh satu sama lain. Tidak. Mereka tidak sama dengannya, bahkan mereka lebih hebat dan mahir dalam mengayunkan pedang. Benar, mereka adalah ITS army yang ditugaskan ke dalam hutan dan pegunungan untuk membasmi orang-orang yang terjangkit virus. Tapi sebelumnya, Sed tidak mengetahui kalau mereka adalah ITS army.
Setelah berhasil menyelesaikan tugas, para army kembali ke temporary camp mereka. Sed berusaha mengikuti, namun ia kehilangan jejak karena mereka berkuda cepat sekali. Kini Sed sendirian lagi, ia kembali menyusuri gunung atau hutan untuk bersembunyi. Ketika siang menjelang, Sed melanjutkan perjalanan mengikuti jejak kaki kuda dari ITS army, sesekali ia bertemu beberapa orang yang terjangkit virus. Tapi segera ia bereskan menggunakan pedangnya.
Jejak kaki kuda semakin hari semakin memudar. Sampai akhirnya benar-benar hilang. Tapi Sed tetap melanjutkan perjalanan walaupun tanpa tujuan. Beberapa minggu ia bertualang, melewati alam liar yang tak bertoleran dengan siapapun. Orang-orang yang terjangkit virus pun mulai jarang ditemuinya. Mungkin keberadaan umat manusia memang sudah waktunya untuk punah. Tapi ia segera membuang pikiran negatif itu, masih ada orang-orang yang berjuang untuk keselamatan hidupnya dan juga orang lain. Ya, orang-orang itu. Mereka yang menghunuskan pedang di kala manusia lainnya ketakutan. Beruntungnya Sed, menemukan sebuah desa kecil yang masih berpenghuni di pinggiran hutan. Tentu saja bukan penghuni orang-orang tak waras yang saling membunuh, melainkan mereka yang selamat dari ancaman virus berbahaya. Sed memutuskan untuk beristirahat sejenak di desa itu. Tapi siapa sangka, ia malah tinggal cukup lama di sana, bahkan hampir setahun lamamya. Ia mulai lupa akan tujuannya, mulai terlena akan kedamaian yang sudah lama tak dirasakannya. Pikirannya pun terbesit akan sesuatu, hal yang menjadi tujuan petualangannya. Ia mulai menanyakan penduduk tentang segerombolan tentara berpedang yang membasmi virus berbahaya. Ya! Mereka tahu akan hal itu.
"IMPERIAL TERRA SAVIOR ARMY!" kata seorang pemuda, "merekalah yang telah menyelamatkan dan melindungi desa ini dari wabah virus berbahaya," sambungnya. Sed mulai tertarik dengan pembicaran itu. Mendengarkan tentang kehebatan mereka, kemahiran berpedang mereka, bahkan ada yang bisa memakai sihir.
"Kastilnya masih sangat jauh dari sini, tapi terkadang mereka lewat desa ini untuk menjalan kan tugas di luaran sana," ujar seorang kakek.
Hari demi hari, mingu demi minggu, hanya ITS army yang ia bicarakan di dalam desa. Tanpa mereka sadari bahwa wabah virus berbahaya sudah mulai berkurang dan bisa teratasi.
Sampai pada akhirnya, hari itu tiba. Tepatnya 24 Desember, tiga tahun setelah bencana wabah virus berbahaya. Langit berteriak, mengeluarkan suara seperti sangkakala yang menggema ke penjuru negeri. Warga desa khawatir, ketakutan dengan munculnya suara aneh itu. Mereka dan juga Sed mendangak menatap langit, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi; atau yang akan terjadi. Muncul lah sebuah lingkaran hitam besar menodai langit biru. Tanpa peringatan atau pertanda, meloncat sebuah monster besar dari lubang hitam itu. Warga desa lari ketakutan, seperti kerumunan semut yang lalu lalang jika sarangnya diganggu. Monster? Raksasa? Yang benar saja! Bahkan Sed masih gelagapan melawan beberapa orang yang terjangkit virus. Tanpa pikir panjang, ia berlari cepat menuju hutan, berharap akan aman di sana. Warga desa lainnya lari entah kemana, tak ada yang berani melawan. Kejadian itu cukup membuat Sed terpukul, orang-orang sudah dikenalnya akan mati. Hal ini sudah biasa dilaluinya di hari-hari petulangannya bertahan hidup. Hati Sed harus kuat, jika hal ini membuatnya lemah, maka sudah lama dirinya mati.
Beberapa hari Sed terus berlari dari amukan monster yang memporak porandakan desa. Sampai akhirnya ia menemukan sebuah gubuk kecil di sebelah danau. Bukan, bukan gubuk reot yang menarik perhatiannya. Melainkan danau yang airnya sangat bening dan bersih. Tanpa pikir panjang, Sed langsung melompat ke dalam danau. Hal itu membuat pikirannya tenang dan segar kembali. Beberapa minggu Sed tinggal di situ, di gubuk reot sebelah danau. Berlindung dari penglihatan monster yang entah kenapa bisa datang ke bumi.
Di suatu siang, ia merenung di atas bibir danau. Memikirkan hal apa yang akan terjadi selanjutnya. Mati? Bukan pilihan yang tepat. Sed masih ingin menjalani hidupnya. Ya, hidup! Itu yang akan dilakukannya. Tapi keadaan sudah berbeda dari tiga tahun lalu, bukan manusia gila yang akan dihadapinya nanti, melainkan monster ganas yang tak sebanding dengan kemampuan berpedangnya. Maka, apa yang harus dilakukannya?
"Sudah kuputuskan! Aku akan bergabung dengan IMPERIAL TERRA SAVIOR!" seru Sed dengan nada semangat.
|
Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...
With notes.io;
- * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
- * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
- * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
- * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
- * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.
Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.
Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!
Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )
Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.
You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;
Email: [email protected]
Twitter: http://twitter.com/notesio
Instagram: http://instagram.com/notes.io
Facebook: http://facebook.com/notesio
Regards;
Notes.io Team