Notes

Setiap mawar selalu memiliki duri. Setiap malam selalu memiliki fajar. Yah, terkadang hal seperti itulah yang membuat suatu hal menjadi spesial.

Namun apakah hal itu selalu benar? Belum tentu.

Bagaimana mungkin setangkai mawar tidak memiliki duri? Bisa saja pada beberapa abad kedepan para peneliti menciptakan tanaman mereka sendiri--mawar tak berduri.

Bisa saja ada mereka yang terbiasa hidup tanpa melihat terangnya fajar atau gelapnya malam.

Semua itu tergantung perspektif dan penilaian terhadap hal sekitar.

Kebenaran sejati tidak bisa ditemukan tanpa kesalahan sejati. Benar dan salah sendiri merupakan konsep abstrak yang tercipta dari perbedaan perspektif dan pengalaman.

Mereka yang berada diatas rantai makanan adalah mereka yang bisa beradaptasi. Namun saat mereka beradaptasi, akan semakin sukar mereka kembali semula.

Bagaikan pisau yang terus menerus diasah. Akan sulit untuk segera menumpulkannya.

Walaupun sulit, tetap masih ada kemungkinan. Alat penghancur sekaligus penyembuh terbaik ialah waktu.

Semua akan indah pada waktunya. Jika mereka bisa berkata indah, berarti mereka telah melihat yang lebih buruk.

Konsep 'pengalaman' dan 'perspektif' itulah yang sangat merusak.

Pisau yang sangat tajam bila terus menerus dipakai akan tumpul sementara jika diasah akan menjadi lebih tajam.

Walaupun begitu, pisau yang terlihat tajam tak selamanya tajam.

Pisau yang hanya diasah akan memiliki nilai berbeda dengan pisau tumpul yang terus menerus dipakai.

Pisau tajam yang disimpan dibandingkan pisau yang telah tumpul dipakai bertempur akan lebih berguna saat kembali bertempur.

Namun yang akan menjadi legenda adalah pisau tumpul karena telah banyak berkontribusi pada hidup sang pemiliknya.

Mungkin saja ada pisau lain.

Pisau tumpul yang tak pernah dipakai.

Pisau tajam yang selalu dipakai.

Mungkinkah? Mungkin saja itu adalah pisau yang baru atau lama. Hei, tak selamanya pisau yang baru itu tajam dan yang lama itu tumpul.

Semua hal memiliki potensi masing masing. Pisau tumpul yang tidak pernah terpakai mungkin belum menemukan potensinya.

Yang baru akan memulai, yang ditengah perjalanan, yang sampai pada tujuan dan yang tidak ingin memulai.

Hal yang mereka jalankan adalah perjalanan mencapai potensi mereka sepenuhnya.

Potensi tidak memiliki batas. Tidak ada yang sempurna. Yang ada hanyalah sedekat apakah mereka dengan kesempurnaan.

Walaupun tak bisa mencapai tak hingga, seribu lebih dekat dengannya bila dibandingkan dengan satu.

Begitu pula dengan potensi. Walaupun mereka tidak bisa mencapai kesempurnaan, beberapa akan terlihat lebih dekat pada kesempurnaan itu sendiri dibandingkan yang lain.

Ya. Hanya ada yang baik dan lebih baik.

Terlepas dari hal itu, kesempurnaan yang ingin didekati tiap orang belum tentu sama.

Ada mereka yang merasa lebih atau kurang dari yang lain, ada pula yang merasa sama.

Mereka yang merasa lebih atau kurang telah merasakan mereka yang lain. Apakah yang mereka lihat lebih lemah? Ataukah lebih kuat? Hal ini merunjuk terciptanya sesuatu yang menurut mereka 'Ideal'

Yang kuat bisa saja mencari yang kuat untuk terus bertambah kuat. Namun hal itu tidak menutup kemungkinan mereka akan mencari yang lemah agar mereka terlihat kuat. Begitu juga pada orang lemah.

Namun pada dasarnya tidak ada mereka yang lemah ataupun yang kuat. Yang ada hanya dengan apa mereka membandingkan diri mereka.

Hal itulah yang menyebabkan beberapa menganggap diri mereka sama dengan yang lain.

Pemikiran ini dianggap 'Rasional' karena semua orang dianggap sama. Yang membedakan adalah bagaimana mereka menjalani hidup mereka sehingga bisa menimbulkan perbedaan.

Oh tentu saja 'Ideal' dan 'Rasional' bertentangan.

Namun bagaimana dengan yang tidak ingin memulai perjalanan mencapai potensi mereka seutuhnya?

Kebanyakan dari mereka yang tidak ingin memulai adalah mereka yang telah menyadari bahwa mereka memiliki potensi.

Mereka tidak memulai karena mereka tau hal tersebut tidak ada ujungnya--mereka menganggap remeh dan perjuangan itu sia sia.

Mungkin ini pelopor lahirnya kalimat 'Bakat'. Jika mereka dengan 'Bakat' ini memulai perjalanan itu, perkembangan mereka akan jauh lebih besar daripada mereka yang tidak memiliki.

Namun mereka akan kesulitan menemukan orang yang bisa mengimbangi mereka dan mereka menjadi sendirian.

Mereka yang cukup kuat untuk sendirian pada akhirnya akan terus melesat menjadi legenda.

Namun mereka yang sederhananya tidak ingin sendirian, mengubur dalam dalam 'Bakat' mereka agar mereka bisa berkumpul bersama orang yang bisa mengimbangi mereka dengan tidak memulai perjalanan itu

Tidak semua orang ingin menjadi legenda, kau tahu?

Jenis yang paling unik adalah mereka yang entah memiliki 'Bakat' atau tidak.

Mereka menganggap diri mereka memiliki 'Bakat' sehingga tidak ingin menjadi kesepian saat memulai perjalanan.

Namun sebenarnya mereka ingin memulai perjalanan itu. Mereka hanya tidak ingin tau apakah mereka memiliki 'Bakat' atau sebenarnya tidak.

"Jika berusaha aku pasti bisa"

Banyak mereka yang menyalahgunakan hal tersebut.

"Kalau mencoba dan bisa nanti tidak akan seru"

Sebenarnya beberapa dari mereka bertanya pada diri mereka sendiri

"Apa benar? Apakah aku memang bisa jika aku berusaha?"

Dan ya, beberapa tidak ingin mengetahui jika ternyata mereka belum bisa dan bukannya tidak bisa saat mereka mencoba.

Daripada terlihat belum bisa, mereka lebih memilih terlihat tidak mencoba.

Terlepas dari itu, sangat sukar ditemukan orang dengan 'Bakat' yang memulai perjalanan mengembangkan potensi mereka namun tetap terlihat bahagia.

Setelah mengembangkan potensi, hal yang akan dicari adalah kebahagiaan.

Beberapa mengatakan kebahagiaan datang sendiri. Beberapa mengatakan hal tersebut harus dicari.

Apa itu kebahagiaan?

Konsep kebahagiaan sendiri tidaklah sepenuhnya nyata. Hal itu berbeda bagi setiap orang.

Ada mereka yang bahagia karena uang. Ada yang karena cinta. Ada yang karena diri sendiri.

Namun terkadang kebahagiaan itu sendiri menjadi akar dari semua permasalahan.

Ada yang bahagia jika mereka bebas. Namun ada yang bahagia jika mereka bisa menahan kebebasan orang lain.

Bila kedua pihak ini bertemu, lantas kebahagiaan siapakah yang diutamakan? Bukankah mereka sama sama menginginkan kebahagiaan?

Jika salah satu bahagia, maka akan ada yang kecewa. Konsep kesetimbangan ini berlaku pada semua aspek kehidupan.

Jika ada plus maka ada minus. Namun tidak bisa dikatakan mana yang benar atau salah.

Kalau begitu apakah mustahil untuk membahagiakan semua orang?

P.S. Kuyakin kau tidak akan mengetahui diriku. Aku adalah pribadi yang sombong. Aku menganggap semua orang itu rendah. Memang hal yang buruk. Namun tidak selamanya buruk. Aku menulis ini bukan tanpa alasan. Kau tau, menurutku kau cukup cerdas untuk bisa menangkap isi pikiranku. Aku sendiri bahkan kewalahan dengan apa yang menganggu pikiranku. Mungkin kau tidak. Aku baru saja menyadari bahwa masih banyak hal didepan sana untuk kutinjau lebih dalam. Aku belum melihat segalanya. Apakah kalian berpikir begitu juga terhadap diri kalian? Terima kasih telah meluangkan waktumu. Kalau bisa aku ingin kalian hidup dengan berhasil menjawab pertanyaan pertanyaanku. Aku harap aku sedikit menggerakan pikiranmu.

Tentu saja perpisahan bukanlah akhir segalanya, tapi awal dari segalanya. Sampai bertemu saat kita sukses

Dengan hormat,
...