Notes

Mengapa anak remaja usia SMA menjadi kelompok yang rentan terpengaruh oleh arus fenomena intoleransi dan ekstremisme?

Anak-anak remaja di SMA seringkali menjadi kelompok yang rentan terpengaruh oleh arus fenomena intoleransi dan ekstremisme karena berbagai faktor psikologis dan sosial yang kompleks. Beberapa faktor tersebut antara lain:

1. **Identitas dan pencarian jati diri:** Remaja sedang dalam proses pencarian identitas dan jati diri mereka. Mereka mencoba untuk memahami siapa mereka, di mana mereka berada dalam masyarakat, dan nilai-nilai apa yang mereka anut. Ketidakpastian dalam hal identitas dapat membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh ekstremisme yang menawarkan gambaran yang sederhana dan kaku tentang dunia.

2. **Keinginan untuk pengakuan sosial:** Remaja memiliki kebutuhan untuk diterima dan diakui oleh kelompok sebaya mereka. Mereka mungkin merasa tertarik untuk bergabung dengan kelompok-kelompok yang menawarkan rasa persatuan dan identitas yang kuat, bahkan jika itu berarti mengadopsi pandangan ekstrem.

3. **Pengaruh media sosial:** Remaja dewasa ini tumbuh dalam era digital di mana media sosial memainkan peran besar dalam kehidupan sehari-hari mereka. Media sosial dapat menjadi platform yang memperkuat pemikiran dan pandangan ekstrem dengan menyediakan konten yang mendukung, memperkuat, dan menyebarkan pesan-pesan intoleransi.

4. **Kurangnya kritisisme terhadap informasi:** Remaja mungkin kurang berpengalaman dalam menilai informasi secara kritis. Mereka cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh narasi-narasi sederhana yang disajikan oleh kelompok-kelompok ekstrem tanpa melakukan evaluasi yang cermat terhadap kebenaran atau implikasi moral dari pandangan tersebut.

5. **Pengaruh lingkungan sosial:** Lingkungan di sekitar remaja, termasuk keluarga, teman sebaya, dan komunitas lokal, dapat memainkan peran penting dalam menentukan pandangan dan nilai-nilai mereka. Jika lingkungan tersebut mendukung pandangan intoleran atau ekstrem, remaja mungkin lebih cenderung untuk mengadopsi pandangan tersebut.

6. **Krisis identitas dan ketidakpastian:** Saat menghadapi perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan, beberapa remaja dapat mengalami krisis identitas. Pada titik ini, mereka mungkin mencari struktur dan arah dalam hidup mereka, dan ideologi ekstrem seringkali menawarkan narasi yang tampak menjanjikan dan memberi arti.

Untuk membaca lebih lanjut tentang topik ini, Anda dapat merujuk pada karya-karya tokoh-tokoh psikologi sosial dan sosiologi seperti:

1. Elliot Aronson, Timothy D. Wilson, Robin M. Akert. *Social Psychology*. Pearson, 2018.
2. David Myers, Jean M. Twenge. *Social Psychology*. McGraw-Hill Education, 2018.
3. Stanley Milgram. "Behavioral Study of Obedience". *Journal of Abnormal and Social Psychology*, 1963.
4. Herbert Kelman. "Processes of Opinion Change". *Public Opinion Quarterly*, 1958.

Sumber-sumber ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana faktor-faktor psikologis dan sosial berkontribusi terhadap rentannya anak remaja terhadap pengaruh arus fenomena intoleransi dan ekstremisme.