Notes

Hyun-Jae


Faceclaim: (Cosplayer) Kery
Voiceclaim:
*
Name: Nam Hyun-Jae
Known as: Hyun, Jaejae.
Gender: Male
Sign: Cancer
Birthday: June 30th
Height: 175cm. (5'9")
Weight: 63kg. (139 lb)
Bloodtype: A
*
Class: Language
Clique: Prince
*
Personality: Introvert, yang selalu berusaha agar dianggap sebagai seorang ekstrovert. Senyuman selalu tampak di garis bibirnya, walau kadang tipis saja. Over-protektif dan 'clingy'; terutama kepada teman-temannya ataupun orang-orang yang penting baginya. Keras kepala; terlalu yakin atas semua keputusan yang dia buat. Tidak akan bisa marah (kecuali kalau kau keterlaluan, duh). Naif; selalu berpikiran positif pada saat apapun, bahkan pada situasi terburuk.

Preview: "Eomma!" Anak lelaki itu berlari mengejar ibunya. Kakinya terluka, karena ia bahkan tak memakai alas. Tapi itu tak dipikirkannya. "Eomma jangan tinggalkan aku!"

Percuma saja.

Ibunya sudah pergi ke tempat yang sangat jauh.

Meninggalkannya sendiri bersama neneknya yang bahkan sudah tak bisa merawat dirinya sendiri.

Anak malang itu bernama Hyun-Jae.

Ia tak pernah mengenal Ayahnya, satu-satunya peninggalan sang ayah yang masih tersisa adalah marga Nam yang kini Hyun-Jae bawa. Dan Ibunya? Ah, Ibunya pasti sangat sibuk hingga harus pergi sejauh itu untuk mencari nafkah. Mungkin juga kehidupan di sana sangatlah berat sehingga sang ibu tak sempat mengirim uang.

Karena itu pula, tanggung-jawab menafkahi keluarga berada sepenuhnya di pundak Hyun. Dia bahkan harus bekerja paruh-waktu dari tempat satu ke tempat lainnya untuk pangan sehari-hari, walau masih dibantu oleh sang nenek yang juga bekerja. Pergi ke sekolah saat pagi dan bekerja tiap kali ada jam kosong walau sebentar saja.

"Kenapa kamu terus bekerja sekeras itu, Nak?"

"Tentu saja! Aku 'kan harus membuat Eomma bangga saat dia pulang nanti! Nenek juga, pasti lelah 'kan? Istirahatlah dulu, biar aku yang lanjutkan."

Dan itu, menjadikan percakapan terakhir mereka sebelum ibu dari sang ibunda beristirahat untuk selamanya.

"Kalau kamu mau, Paman bisa memberimu bantuan dana beasiswa untuk melanjutkan sekolah."

"Tidak perlu, Paman. Aku juga harus tetap bekerja dan menjaga rumah. Siapa tahu nanti Ibu pulang."

"Tsk, kau ini. Jual saja rumah ini. Uangnya untuk pesangonmu di sekolah nanti. Akan kucarikan sekolah yang memiiliki asrama.

.
.
.

Toh belum tentu juga Ibumu akan pulang."