Notes

PRANG!!!

Cairan vodka tiba-tiba membasahi kaki Park Jaemin. Botol vodka yang semula dipegangnya kini sudah tak terbentuk lagi, hancur berkeping-keping.

Club malam yang tadinya bising oleh suara musik bervolume keras dan obrolan para pengunjung jadi mendadak hening.

BRUK!!!

Suara bantingan tubuh terdengar. Park Jaemin jatuh terjerembab, menabrak kursi bar yang berada dibelakangnya. Di hajar oleh seorang pria berbadan besar yang sebelumnya menarik kerah baju Jaemin.

"Dasar tidak becus!" Maki si pria bertubuh besar itu, menendang kursi di hadapannya hingga membuat tubuh Jaemin tertiban kursi tersebut. Sakit depan belakang.

Bisikan-bisikan mulai terdengar dari para pengunjung. Sebagian merasa kasihan, sebagian mengumpati kebodohan Jaemin.

Sementara yang menjadi objek pembicaraan justru terdiam.

"Kau dipecat! Dan pergi sekarang!" Pria bertubuh besar itu menunjuk pintu keluar.

Masih tak mengatakan apapun, Jaemin berjalan terseok menuju pintu keluar. Wajahnya sama sekali tak berekspresi. Hanya datar.

Lewat tengah malam. Jaemin berjalan ditengah dinginnya malam. Sesekali meregangkan otot-ototnya yang terasa nyeri akibat kejadian barusan.

"Dingin.." gumamnya pelan. Ia meniup telapak tangannya yang berwarna pucat. Lalu memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.

"Dingin.." kini ia memeluk dirinya sendiri. Sepertinya jaket tebal lusuhnya tidak mampu menghangatkannya.

Jaemin menghentikan langkahnya. Kini ia berada di atas jalan layang. Kedua mata sayu pria itu menatap jalanan dibawahnya.

"Dingin.." sekali lagi Jaemin meniup genggaman tangannya.

"Aku, Park Jae Min. Pria kesepian yang selalu sendiri. Tak punya orang tua, saudara, teman, apalagi kekasih." Gumamnya lirih. Lalu menertawai dirinya sendiri. Tawa miris.

"Dan aku baru saja jadi pengangguran." Lanjutnya disertai dengan helaan nafas diakhir. Uap dari mulutnya terlihat di udara.

"Ada kah orang yang lebih menderita dariku?!!" Teriaknya sambil menatap langit.