Notes

(Naomi's First Story ㅡ Manhattan to Royale)

"Bangunkan Nona Naomi," perintah seorang pria paruh baya kepada seorang wanita berpakaian pelayan yang sibuk merapikan meja makan.

Wanita itu mengangguk patuh lalu bergegas naik ke lantai dua rumah besar tempat ia bekerja selama bertahun-tahun tersebut. Dengan hati hati tangannya mengetuk pintu pertama yang terdekat dengan tangga.

Kamar sang Nona besar.

"Nona Naomi?" panggil si pelayan. Tidak ada jawaban. "Nona Naomi?" Sekali lagi si pelayan bersuara.

Dengan ragu ragu, pelayan tadi memutar kenop pintu dan mendorongnya pelan ke depan.

Kosong. Seprai di kasur berantakan dan pintu lemari pakaian terbuka lebar. Tidak ada isinya sama sekali.

Sepucuk surat terbuka di atas nakas.

"Titip salam untuk AYAH dan IBU. Terima kasih."

Hanya satu baris kalimat yang terukir dan si pelayan tahu sang Nona besar sudah kehilangan segala kesabarannya.

(Airport)

Hiruk pikuk bandara sama sekali tidak menghalangi seorang Naomi untuk memejamkan matanya sejenak. Melepaskan rasa lelah yang sejak tadi ia rasakan.

Bukan.

Bukan lelah fisik. Perasaannya-lah yang lelah. Tembok yang selama hampir 8 tahun ia bangun ternyata runtuh juga. Naomi sudah tidak tahan hidup seperti orang asing di rumahnya sendiri.

Memang selama ini ia selalu di layani layaknya Nona Besarㅡputri satu-satunya keluarga Köhler. Namun semua itu hanya sandiwara belaka. Naomi tahu, para pelayan di rumahnya selalu bersikap baik padanya hanya untuk memenuhi kewajiban mereka.

Kewajiban setelah setiap bulannya mereka menerima gaji dari kedua orang tua yang tidak pernah perduli padanya.

Panggilan untuk para penumpang pesawat menggema di telinga Naomi. Membuat wanita itu langsung membuka matanya dan melihat sudah ada antrian panjang di depan pintu yang terhubung dengan kabin pesawat.