Notes

Disuatu pagi yang mendung, disebuah taman tanpa jejak penyihir lainnya. Terlihat dua orang anak manusia keturunan penyihir saling bertatapan sengit. Mereka memperebutkan sepotong apel merah yang menggiurkan.
"Bagaimana kalau kita berduel untuk mendapatkannya?" Tawar salah satu dari mereka yang berambut merah.
"Cih, kemarin saja kau kalah olehku," sementara si rambut coklat melipat kedua tangannya di depan dada.
"Itu karena suit!" Merasa tidak terima, si merah mengeluarkan wandnya.
"Kita lihat saja nanti," menyeringai yakin akan menang.

Mereka melakukan suit, untuk menentukan siapakah yang akan menyerang terlebih dahulu. Namun sayang bagi si rambut merah karena harus kalah -lagi- dari si rambut coklat.

"Kita pakai status G3. Sesuai grade," ucap si rambut coklat mengeluarkan wandnya dengan tenang.

"Bersiaplah. Kita pemanasan saja dulu. 45/35 Tarantalegra! 45/32 -6hp," mengarahkan wand miliknya ke arah kaki si rambut merah.

"Ugh! 39/37 Locomotor Mortis! 39/33 -7hp. Haha rasakan!" balasnya dengan kaki yang terus menari akibat mantra tarantalegra.

"Woww.." Mencoba menyeimbangkan diri akibat kaki yang terkena mantra Locomotor Mortis seperti terikat. "Tidak ada lagi main - main. 38/32 Immobulus 38/26 -10hp." Mengayunkan wandnya dendam.

"Argh. Aku tidak bisa bergerak. 29/33 Immobulus 29/27 -10hp." Menyeringai membalas dengan mantra yang sama.

"Hey! Sial. 28/28 BOMBARDA! 28/20 -15hp."

BAM

Gadis berambut merah terpental dari tempatnya berdiri diawal. Ia menabrak sebatang pohon dan membuat pelipis mulusnya terluka.
"Uhuk.. Akan kubalas kau. 14/29 BOMBARDA! 14/21 -15Hp."

BEDEBUM

Bunyi ledakan untuk kedua kalinya. Namun kali ini si rambut coklat-lah yang terpental jauh.
Ia mencoba berdiri tetapi begitu sulit. Hampir kehilangan kesadarannya.

"Hh.. Mantra terakhir, 13/20 Stupefy! 13/10 -20hp." Saat itu juga terlihat kilatan cahaya merah keluar dari ujung wand si rambut coklat. Dengan segenap jiwa mengarahkannya ke gadis berambut merah.

Dalam hitungan detik, seperti jalan cerita yang dibuat slow motion. Gadis berambut merah itu terkena cahaya tersebut dan langsung pingsan ditempat. Sementara, si rambut coklat berdiri dengan darah disudut bibirnya. Berjalan terhuyung ke arah apel -penyebab mereka berduel- dan mengambil buah langka di negaranya tersebut. Mengantungi dan menatap si rambut merah yang tak lain dan tak bukan adalah sepupunya sendiri.

"Hh.. Aku tetap harus menggendongmu,'kan?" Ucapnya sedikit kesal dan menghampiri si rambut merah. Membawa tubuh mungil itu dipundaknya. Menggendong si gadis pingsan tersebut ke ruang uks untuk diobati dengan items yang tersedia disana.