Notes

“How I Finally Got Here?”
[based on true story, tag : @joysvelv]


Yah.. Aku sendiri tidak ingat persis bagaimana bisa aku mengenyam pendidikan di sini, di St. Vladimir Academy, akademi yang berada jauh dari kampung halamanku di Negeri Ginseng sana. Kurang lebih begini....

((flashback, 10 bulan lalu))

Aku hanya seorang siswi biasa di Seoul. Gadis biasa yang hobi bernyanyi, menari, dan menggambar. Well ya... Aku suka hal berbau seni. Temanku? Mostly they're boys. Kami teman saat bertukar pendapat soal seni ataupun yang lainnya. Layaknya drama, sebuah persahabatan pasti menumbuhkan percikan cinta. Aku menyukai salah satu dari sahabatku.

Tapi.....

Siang itu, aku diberi tawaran untuk pindah ke negeri Paman Sam. Aku lama mempertimbangkan ajakan itu sampai akhirnya aku memutuskan untuk menerima tawaran tadi. Tak ingin menyesal, aku meminta 'crush' ku untuk bertemu di taman tepi danau tempat biasa kami berkumpul. Namun, tak kusangka... Sesampainya di sana, aku melihat 'crush' ku menyatakan cintanya pada seorang gadis. Padahal baru saja aku akan menyatakan perasaanku padanya. Tanganku mengepal kuat. Entah bagaimana, air danau tiba-tiba berkumpul di dekat tanganku. Hal itu disadari 'crush' ku dan gadis tadi.

"Kau bukan manusia!" Teriakan dari 'crush' ku bergema di dalam benakku. Ia pergi. Aku membuatnya takut... Aku tak punya pilihan selain pergi. Menyingkir dari lingkungan yang—bisa kubilang—berubah hampa. Siang itu juga, aku pulang untuk mengemasi barangku dan pergi 'merantau' ke Amerika.

---

Flight yang begitu lama membuatku jetlag. Tapi jetlag tidak berhasil mematikan rasa takutku ketika menginjak benua dengan banyak negara bagian ini. Bagaimana kalau aku tak berhasil beradaptasi? Bagaimana kalau aku tak punya teman? Bagaimana kalau..... Kalau benar aku ini bukan manusia?

Temanku, Joy, menyambutku di bandara. Well, aku memang sempat menghubunginya saat aku bilang bahwa aku akan pindah ke Montana. Ia antusias sekali dan bersikeras menjemputku.

Selama perjalanan pulang dari bandara, ia bercerita berbagai macam hal. Termasuk sebuah fakta yang mengatakan bahwa dia sendiri bukanlah manusia. Ia bisa menggerakan batu hanya dengan jari telunjuknya. Ia menguasai earth element. Aku terpancing untuk menceritakan apa yang terjadi tadi siang. Anehnya, Joy tidak terkejut sama sekali.

"Kau memang bukan manusia biasa, aku percaya. Ikut aku ke St. Vladimir Academy. Mungkin di sana tempatmu.." Ajaknya malam itu ketika kami makan malam di sebuah restoran cepat saji.

Keesokan harinya, saat senja hinggap di langit Montana, aku pergi bersama Joy ke St. Vladimir Academy. Aku diberi sebuah test. Semacam test psikologi.. Dan hasilnya menunjukkan bahwa aku 81% dhampir. Aku bingung, namun semua guru dan murid menyambutku hangat. Membuatku melupakan rasa bingung itu.

Aku melewati semua proses. Mulai dari ospek, kelas, ujian, sampai akhirnya graduation. Lambat laun bahwa aku adalah keturunan vampir, tepatnya percampuran moroi dan dhampir. Dan soal insiden itu.... Aku menguasai water element.

((Flashback off))

Jadi begitulah aku bisa sampai di sini. Bahkan sekarang aku sudah seorang alumni. Apa yang membuatku nyaman di sini adalah aku bukan hanya mendapat ilmu dan teman, tapi sebuah keluarga. This is my family, SVA always in my heart💕

—THE END—