Notes

Di sebuah gubuk kecil di pinggir laut, Sumatra Barat, hiduplah Pak Buyung, istri, dan seorang anak yang bernama Indra.

Indra tumbuh menjadi anak yang rajin dan tidak mengeluh, Pak Buyung dan Istrinya sangat bangga. Namun, nafsu makan Indra yang besar membuat mereka resah.

Suatu saat, tibalah musim paceklik yang sangat lama. Indra mengeluh, menangis karna perutnya sangat lapar.

Ayahnya menyuruh Indra untuk mencari makanan sendiri. Sang ibu mencoba membela Indra, Tapi ayahnya tetap memaksa Indra. Indra pun berangkat mencari makan menuju hutan di Bukit Junjung Sirih.

Sebelum berangkat, Indra terlebih dulu memberi makan ayam piaraannya yang sangat setia dan suka menyambut indra, bernama Taduang.

Suatu ketika, ibunya berhasil menangkap kerang kecil hasil bersama tetangga. "Kita makan saja berdua. saat si Taduang berkokok, akan kita sembunyikan,"

Makanan di santap dengan sangat lahap. Namun tiba-tiba Taduang berkokok. Dengan segera mereka sembunyikan makanan tersebut.

Indra sama sekali tidak menemukan ikan. Saat pulang, Ia malah mendapat syarat dari ayahnya jika ingin makan.

"cuci ijuk ini terlebih dahulu hingga menjadi putih,”

Indra pun mencuci ijuk yang tak akan menjadi putih. Karna lelah Indra pulang dan menemukan kedua orang tuanya yang kekenyangan.

Indra sangat sedih dan akhirnya ikut terbang bersama Taduang, membawa batu yang tersangkut di kakinya. Tak kuat lagi, akhirnya Indra menendang batu tersebut. Hempasan batu tersebut membuat lubang yang memanjang, Dengan cepat air langsung mengaliri lubang tersebut sehingga membentuk aliran sungai.