Notes

Takaomi hanya terkekeh pelan setelah mendengar jawaban pria tersebut; yang walaupun terputus. Seusai kekehan itu terlepas, barulah sebuah seringaian yang terpatri pada bibirnya.

Kini yang dia lihat adalah pria tersebut yang menaiki pohon dengan mudahnya. Dia tidak akan heran, menjadi seorang anggota mafia yang sering bekerja di lapangan; membuat tubuh terbiasa melakukan hal-hal yang sulit dilakukan oleh orang lain, atau singkatnya parkour.

Mendapati isyarat yang menandakan suatu hal baik. Takaomi yang kini harus berhadapan dengan pohon, dia menyangkutkan senapan pada leher dan mulai memanjat pohon tersebut. Tidak memerlukan waktu lama baginya untuk sampai di atas dahan; berdiri sejenak dia disana untuk mencari posisi yang tepat untuk melompat. Setelah mendapatinya, dia pun melompat; ketika di udara dia mengangkat kedua lututnya agar mendapatkan pendaratan yang sempurna. Sampailah dia berada di samping pria tersebut.

"Baiklah. Aku pernah sekali datang ke tempat ini, menemani kakekku. Aku diajak berkeliling oleh salah satu pelayannya, jadi aku tahu pintu belakang," jelasnya panjang lebar. "Ayo." Dia pun melangkahkan kakinya terlebih dahulu; seraya menarik senapan yang dia sangkutkan pada leher. Kembali dia mengenggam itu di kedua tangannya; bersiap untuk menembak bila diperlukan.

Dan tidak lama, sebuah pintu yang merupakan pintu masuk maupun keluar bagi pelayan pun tertangkap oleh kedua matanya. Dia menoleh ke arah pria tersebut sekilas, lalu memberikan isyarat agar mengikuti. Lalu, dia pun menendang pintu tersebut dengan kakinya, hingga tak berada dalam posisi yang sama; jatuh.

Beruntungnya tiada seorang pun di belakang pintu. Kalau tidak, orang itu sudah ditindih oleh pintu tersebut. Entah mengapa, tidak ada seorang pun yang menampakkan diri. Takaomi pun melangkah masuk ke dalam; berusaha untuk tidak menciptakan suara dari tapak sepatunya.