Notes

"...," tidak ada respon berarti yang dia berikan ketika pria tersebut melontarkan kata yang seperti memerintah bahwa dirinya harus menunggu lebih dahulu. Sedangkan dia kini, hanya memandangi pria itu yang melangkah menuju lemari pendingin untuk mengambil minuman. Kalau tahu pria itu akan menuju ke sana, dia ingin meminta minuman juga. Namun, pria tersebut malah enak minum sendiri, bahkan tidak ada kalimat terlontar untuk penawaran. Rasanya, ada yang retak di dalam dirinya; menyadari pula kalau pria itu tidak sebaik senyuman hampir setiap kali terpatri pada wajah pria tersebut.

Setelahnya, pria itu melangkah ke suatu tempat yang cukup tersembunyi juga. Dia pun melangkahkan kakinya untuk melihat apa yang akan ditemukan oleh pria tersebut. Dan tepat setelah dia sampai di belakang tubuh pria itu, kalimat yang langsung membuat kedua kelopak matanya terlontar.

"Alat penyadap suara?" Dia mengulangi itu dengan nada tanya.

Sosok yang berada di balik ini memang benar sangatlah terobsesi untuk menghancurkan perusahaan ini, sampai bekerja terlalu keras, bahkan terdapat alat sadap suara yang pasti harganya mahal.

"Dan Ranpon, apakah kita harus mengecek ruangan cctv? Mungkinkah dia disana?" Dia memberikan saran, tetapi mungkin saja akan ditolak.