Notes

Ayahnya adalah Kim Donghae. Salah seorang musisi dikorea. Seorang komponis yang namanya cukup diperhitungkan dikorea. Ibunya adalah Song Hyerim. Seorang guru sekaligus salah satu pendiri kursus musik. Kim Haerim memang berasal dari keturunan keluarga yang bisa dibilang mempunyai bakat dibidang musik. Mempunyai seorang kakak dan adik kembar yang sama-sama menyukai musik seperti dirinya. Namun, Haerim tidak memiliki suara kuat, indah, dan mengayun, seperti ayah, ibu, kakak, dan kedua adiknya. Ia mempunyai suara yang sedikit unik, dan tentu masih bisa menyanyi dengan bagus.

----

Suatu pagi yang sejuk dan tenang, telfon rumah milik keluarga Kim itu berdering. Haerim yang memang sering bangun lebih dulu dari yang lainnya mengangkat panggilan tersebut
"Selamat pagi, kediaman keluarga Bapak Kim Donghae, Ibu Hyerim, Haera, Hyera, Hyeri, dan Haerim" Haerim berucap seperti apa yang sedari kecil ayah dan ibunya ajarkan jika ada yang menelfon, ketika sudah mengangkat gagang telefon, dan menempelkan telfon tersebut ke telinganya

" Kami dari Busan Veterans Hospital, ingin mengabarkan bahwa mobil sedan pak Kim Donghae baru saja mengalami kecalakaan, bisa nona dan keluarga datang kesini? Ada beberapa hal yang harus diurus"

----

*"semalam, baru saja terjadi sebuah kecelakaan hebat antara sebuah mobil sedan hitam dan sebuah bus dijalan bebas hambatan yang menuju ke busan"*

*"Korea Selatan kembali kehilangan satu orang hebat dalam dunia musikal...."*

Waktu sudah menuju senja. Dari televisi ruang tamu keluarga Kim, terdengar pembawa acara berita dari salah satu stasiun televisi Seoul, kembali menyiarkan perihal kecelakaan yang merenggut kedua orangtuanya serta satu dari adik kembarnya. Haerim tidak terlalu memperhatikan suara pembaca berita itu. Ia hanya memandang lemah layar televisi yang memunculkan sebuah mobil yang sangat ia kenali, hancur dibagian depan.

Bip

Layar televisi berwarna hitam, menandakan seseorang baru saja mematikannya. Haerim yang sadar menolehkan kepalanya, dan melihat sosok kakaknya yang berbeda usia 5 tahun dengannya berdiri sambil memegang remot televisi.

"Jangan nonton terus. Persiapkan barang-barangmu. Malam nanti paman-paman kita tiba, dan ia akan membawa kita, malam ini juga" singkat Haera- kakak perempuan Haerim

----

Sudah hampir 3 tahun, Haerim tinggal bersama Paman dan Bibinya yang tinggal di Daegu. Tidak ada yang berubah. Ia mencoba kembali seperti dulu. Ceria. Mencoba terus tersenyum dan tertawa. Sejak kepergian kedua orangtuanya serta satu dari adik kembarnya. Haerim memang diurus oleh paman dan bibinya yang tinggal di Daegu; sedang kakak dan adiknya bersama seorang pamannya lagi di Amerika. Pamannya yang di Daegu adalah seorang pengusaha interior rumah, dibidang gypsum dan list. Sedang bibinya hanyalah seorang ibu rumah tangga. Mungkin kalian berfikir, mengapa paman dan bibinya tidak seperti kedua orangtua Haerim yang bekerja dalam bidang musik? Jawabannya adalah karna ayah Haerim merupakan anak asuh. Ya, anak asuh yang nyatanya bisa lebih sukses. Namun, sejak kematian kedua orangtuanya, harta yang dihasilkan oleh ayah dan ibunya, yang dilimpahkan kepada Haerim, diambil alih oleh paman dan bibinya. Dengan alasan mereka adalah walinya, dan Haerim masih dibawah umur. Benar. Paman dan bibinya menyalahgunakan harta warisan milik keluarga Haerim. Mereka bertingkah seolah-olah itu adalah milik mereka. Haerim bukannya tidak mau memprotes atau membantah atau apapun. Percayalah, ia sudah pernah mencoba melakukannya, bahkan pernah meminta dirinya ikut bersama kakak dan adiknya. Namun tidak bisa, karna pamannya yang di Amerika sana, sudah punya banyak tanggungan. Karna selain kedua saudara kandungnya, pamannya juga memiliki dua orang anak. Haerim tidak tega. Haerim mencoba untuk bersyukur dan melanjutkan hidupnya dengan baik. Tekadnya ia ingin cepat-cepat sukses dan menggapai impiannya.

Hingga saat ini. Haerim baru saja lulus dari sekolah menengah pertamanya. Ia baru saja mengurus kepindahannya ke salah satu sekolah khusus musik di Korea. Haufer Mourning High School. Pamannyalah yang menyuruh Haerim untuk melanjutkan sekolah kesana. Haerim yang tahu akan mitos sekolah itu dari hasil pencarian informasi dirinya tentang sekolah itu, mencoba berani, dan tidak terlalu mempercayainya. Jika memang benar, Haerim tidak takut. Haerim yakin kedua orangtua serta adiknya masih bisa melindunginya