NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

KENAPA MESTI BERIMAN KEPADA YANG GAIB?

SALAH SATU hal yang ditekankan Al Qur’an agar keimanan kita bisa meningkat adalah beriman kepada yang gaib. Sepintas lalu terasa ada yang kontradiktif dengan anjuran ini. Di satu sisi orang beriman diperintahkan untuk menggunakan akal sehat dalam keimanannya, tapi di sisi lain diperintahkan untuk mempercayai bahkan meyakini adanya hal-hal gaib. Bagaimana menjelaskan hal ini?

Ayat yang mendorong kita untuk menggunakan akal dalam beriman, diantaranya adalah berikut ini. “Dan JIKA Tuhanmu MENGHENDAKI, pastilah BERIMAN semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) MEMAKSA manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang BERIMAN semuanya ? Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan KEMARAHAN kepada orang-orang yang TIDAK mempergunakan AKALNYA (dalam beriman).” [QS. Yunus (10): 99-100]

Dengan sangat eksplisit Allah menggiring kita agar menggunakan akal dalam beriman. Kalau tidak, maka Dia bakal “marah”. Karena keimanan memang mesti ditumbuhkan lewat proses pencarian menggunakan akal sehat. Bukan diterima begitu saja. Apalagi dipaksakan. Kalau cuma main paksa, nggak perlu kita. Allah sudah lebih dari cukup untuk memaksa hamba-Nya beriman. Bukankah Allah Maha Berkuasa, dan jika berkehendak tak ada yang bisa menghalangi-Nya?

Tetapi, kata ayat diatas Allah tak pernah memaksakan kehendak dalam hal keimanan. Karena itu, kita juga dilarang main paksa kepada sesama manusia.
“Apakah kamu hendak memaksa manusia supaya beriman semuanya?”

Tapi di ayat yang lain, Allah berfirman bahwa kita mesti beriman kepada yang gaib. “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan di dalamnya. Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka yang BERIMAN kepada yang GAIB, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” [Qs. Al Baqarah (2): 2-3].

Orang bertakwa adalah orang-orang yang beriman pada adanya kegaiban, kata ayat ini. Sekedar mengingatkan, fase takwa adalah fase diatas keimanan. Artinya, untuk bisa meningkatkan keimanan menjadi ketakwaan diantaranya harus meyakini adanya kegaiban. Tapi, bukankah kegaiban adalah sesuatu yang tidak bisa kita buktikan? Atau, setidak-tidaknya, belum bisa kita buktikan. Lantas, apakah kita harus begitu saja mempercayainya? “Nggak ilmiah dong,” kata kawan saya.

Ayat ini memberikan pelajaran sangat mendasar kepada kita dalam menyikapi realitas. Bahwa, tidak semua hal bisa dibuktikan secara empiris. Setidak-tidaknya, tidak semuanya “harus sekarang” bisa terbukti. Kita mesti menyisakan “keyakinan” alias keimanan bahwa di sekitar kita begitu banyak hal yang belum bisa kita pahami, dan kita buktikan keberadaannya. Padahal itu ada. Nah, sesuatu yang ada tetapi belum bisa kita buktikan keberadaannya itulah yang disebut sebagai realitas gaib.

Keimanan kepada yang gaib adalah “versi positip” dari skeptisisme yang menjadikan kita ingin tahu lebih jauh terhadap suatu masalah, sekaligus mengagumi kehebatan Sang Penguasa Kegaiban. Karena ternyata, sains pun sesungguhnya menggunakan “keimanan” semacam itu terhadap berbagai hal yang belum bisa dijangkau oleh metode empirisnya.

Sains telah menunjukkan berbagai kelemahannya terhadap realitas ekstrim yang tidak mampu dibuktikannya. Diantaranya, peristiwa-peristiwa masa lampau saat kejadian alam semesta. Tak ada bukti apa pun yang bisa dijadikan dasar untuk memahami realitasnya, kecuali sekedar “menebak-nebak” kejadiannya. Karena, peristiwa yang diperkirakan terjadi belasan miliar tahun yang lalu itu tidak bisa diulang kembali. Lantas, bagaimana mau dibuktikan?

Eksistensi apakah yang ada sebelum kejadian Big Bang? Yakni, ketika ruang-waktu-materi-energi belum terwujud? Stephen Hawking “menebaknya” dengan mengatakan: muncul dengan sendirinya dari dinamika kuantum. Sedangkan Al Qur’an mengatakan: Allah-lah yang menciptakannya lewat kehendak dan kekuasaaan-Nya.
Maka, kepada siapakah keimanan akan hal gaib ini Anda sandarkan: tebakan ilmuwan ataukah informasi Al Qur’an?

refrensi:agus mustofa diskusi tasafuw moderen
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.