NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

'CAN I?'

Author : Mr.Costanza

Lenght : One Shoot

Cast :

- Oh Sehun Exo
- Bae Suzy Miss A
- and another support cast

Genre : Vampire - Another life

Author Note :

Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, letak dan setting dari cerita ini. Dan apabila ada beberapa point yang tidak disukai, saya meminta maaf.


——————————

SUZY melangkahkan kakinya gusar, menapaki ubin-ubin kayu berwarna kecoklatan di bawah cahaya lampu yang temaram di sudut jalan. Manik matanya bergerak waspada. Ia semakin mengeratkan dekapan kedua belah tangannya kala udara semakin terasa menusuk tulang.

Malam ini begitu terasa menyesakkan. Lagi-lagi ia menyeka pipinya kasar, menghapus bulir bening yang masih tersisa.

Gadis itu berhenti di sebuah bangku yang terletak di tepi sebuah taman kecil di pinggiran kota. Malam yang dingin di penghujung musim dingin, dan suasana hati yang sedang tidak baik membuatnya memutuskan untuk menenangkan diri di tempat itu. Tidak banyak orang yang terlihat. Dari sudut matanya, gadis itu hanya melihat ada beberapa pejalan kaki dan beberapa kendaraan kecil yang melintas.

Kemudian pandangan gadis itu menatap kearah jam tangan berwarna hitam yang bertengger manis di pergelangan tangannya. Sepuluh menit sebelum tengah malam, batinnya. Gadis itu sedikit tersenyum sebelum akhirnya memejamkan kedua pelupuk matanya, dan menengadahkan kepalanya menghadap langit tak berbintang.

"Bahkan langit pun tak bersahabat malam ini." Suzy bergumam pelan, nyaris berbisik.

Tidak lama setelah ia mengatakan hal itu, rintik air mulai menetes membasahi wajah gadis itu perlahan. Sejenak Suzy tak ingin beranjak dari tempatnya saat ini. Berfikir untuk membiarkan dirinya kebasahan akibat air hujan di malam yang tidak begitu bersahabat seperti malam ini, bukanlah hal yang terlalu buruk. 

Namun setelah memikirkan lebih lanjut, hal itu diurungkan nya. Ia tidak berniat untuk jatuh sakit. Tidak di saat seperti ini.

Sebelum hujan semakin menjadi, Suzy bergegas melangkahkan kakinya menyeberangi jalan setapak kecil menuju halaman sebuah toko bunga. Memang tidak terlalu besar, tapi atap kanopi nya cukup untuk berteduh untuk sementara waktu.

Tetesan air hujan pun semakin menjadi-jadi, membasahi daratan kota Montana. Gadis itu tersenyum, seperti menyuarakan sebuah kelegaan. Ternyata bukan pilihan yang buruk untuk sedikit berjalan- jalan di tengah malam seperti ini. Karena paling tidak, melihat air yang turun dengan tidak tahu diri seperti ini, membuat perasaannya gadis itu menjadi sedikit lebih baik.

Tidak, Suzy tidak menyukai hujan. Namun tidak juga membenci hal itu. Suzy terkadang menyukai hujan di kala ia ingin menyendiri seperti saat ini. Namun sekaligus membencinya, karena membuat dirinya tidak bisa beranjak kemana-mana.

"Permisi, boleh ikut berteduh disini?"

Suara itu memecah lamunan Suzy, membuatnya sontak mengalihkan pandangan dan menghentikan pikirannya yang tadi entah berkelana sampai mana. Ia sedikit mengernyit sebelum akhirnya merespon kedatangan sosok itu.

"Tentu." ucap Suzy singkat.
Sejenak ia memperhatikan sosok yang tiba-tiba hadir di dekatnya.

Seorang laki-laki yang kira-kira berusia sebaya dengan dirinya, rambutnya berwarna hitam pekat dan sedikit berantakan, mungkin akibat berlari menebus hujan — dengan tumpukan kertas di tangannya.

Suzy menautkan kedua alisnya untuk yang kesekian kalinya. Bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan oleh laki-laki itu sampai larut malam seperti ini?

Merasa di perhatikan laki-laki itu menolehkan kepalanya, menatap lurus kepada Suzy. Sama seperti Suzy, sebenarnya laki-laki itu juga merasa bingung, mengapa seorang gadis seperti dirinya masih berada di luar di saat yang sangat larut seperti ini?

"Kau tahu, tidak sopan untuk menatap lurus kepada seseorang yang baru kau temui nona."

Suzy tersentak dan mengalihkan pandangannya — reflek.

"Maaf." gumamnya pelan. Laki-laki itu terkekeh pelan ketika melihat respon yang tidak terduga dari gadis itu.

"Its okay,"

Lelaki itu kemudian sedikit berdeham, sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Sepertinya hujan ini akan berlangsung cukup lama. Perkenalkan aku Sehun ... dan aku bukan orang jahat."

Lelaki itu kemudian mengulurkan tangannya sembari tersenyum. Suzy sedikit tersenyum mendengar pernyataan sedikit menggantung dari lelaki itu. Ia kemudian menerima uluran tangan dari laki-laki itu.

"Suzy." ucapnya singkat.

"Apa yang kau lakukan larut malam seperti ini?" tanya Sehun mencoba mencairkan suasana hening yang sedari tadi tercipta diantara mereka.

Terjebak di tengah hujan yang cukup deras dan dengan suasana canggung bukanlah sebuah pilihan untuk lelaki itu.

Suzy menghela nafasnya pelan "Mencari angin … mungkin." Jawabnya seadanya — sedikit mengendikkan bahunya, kemudian memalingkan wajahnya yang sedari tadi menatap lurus kearah jalan, menjadi menatap sosok yang tengah berdiri di sebelahnya.

"Dan kau?" tanya Suzy dengan manik matanya menatap tumpukan kertas yang sedari tadi menarik perhatiannya.

Sehun memahami arti tatapan dari gadis itu, karena instingnya yang kuat. "Ah … aku sedang bekerja."

Sehun menggaruk tengkuk belakang kepalanya sekilas. "Untuk mencari tambahan uang saku." jelasnya kemudian masih dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

“Bekerja?”

Suzy lagi-lagi memperhatikan sosok lelaki itu. Dia terlihat muda, walau tidak dapat melihat dengan jelas wajahnya karena keterbatasan cahaya yang ada. Tapi Suzy yakin sosok itu sebaya dengannya. Tapi … ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Sudah ku bilang, itu tidak sopan nona." tegur Sehun.

"Tidak perlu meminta maaf lagi." sambungnya ketika menyadari jika Suzy ingin mengeluarkan kata maafnya untuk yang kesekian kalinya.

Sehun terkekeh pelan melihat Suzy yang tampak salah tingkah. Dengan sedikit menimbang, ia kemudian mengambil satu lembar selebaran dari tumpukan di tangannya dan menyodorkan benda itu pada Suzy.

"Aku sedang mempromosikan sekolahku. Siapa tau kau berminat.” ujarnya.

Tangan Suzy mengambil selembaran itu dan membacanya.
Belum ada satu kalimat, ia sudah membulatkan matanya begitu melihat sebuah lambang yang tak asing lagi baginya — SVA. Lalu secara reflek dirinya mengambil jarak dari sosok yang berada di dekatnya itu.

Suzy menatap Sehun dengan pandangan bertanya.

"Kau siapa sebenarnya?" tanya Suzy menyelidik.

Lagi-lagi Sehun terkekeh. "Aku bukanlah orang jahat nona. Tidak perlu takut. Aku sama sepertimu."

"Well, tidak begitu sama. Kau lebih berharga dari pada diriku. Dan berkeliaran tanpa pengawasan seperti saat ini bukanlah hal yang bijaksana." lanjutnya.

Suzy terdiam. Matanya nyalang terbuka, sedikit berkilat waspada. Menyadari bahwa sosok dihadapannya sejenis dengan dirinya membuat tingkat kewaspaadaan gadis itu meningkat.

Ia mengumpat pelan. Mengapa tidak menyadari hal itu lebih cepat? Mungkin hawa yang di bawa oleh hujan telah memecah kesadarannya. Suzy akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat. Karena entah sejak kapan langit telah berhenti mengeluarkan tangisnya.

Tak lama langkahnya berhenti, ketika ia merasakan tangannya tercekal.

Sehun menatap gadis itu dengan tatapan serius. "Aku tidak memaksamu, tapi mohon pertimbangkan. Kau akan lebih aman disana." ucapnya memecah keheningan malam.

"Aku mengerti dan berhentilah bersikap normal terhadapku." ucap Suzy sedikit jengah. Mood nya kembali menjadi tidak baik.

"Karena kita tidak normal, kita … Vampire." lirihnya kemudian.

***

Udara terasa dingin serta berbau pinus dan juga dedaunan basah yang telah membusuk begitu Suzy menapakkan kakinya di sebuah tempat. Ia dapat melihat hutan yang dibiarkan, tumbuh lebat mengelilingi perimeter sebuah bangungan yang menjulang tinggi.

Terlepas dari kebencian yang Suzy rasakan, ia akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran lelaki — di depannya menunggu, yang kini tengah tersenyum ke arahnya.

"Hai," sapa Sehun dengan senyum mengembang di bibirnya. Suzy hanya menanggapinya dengan senyum jengah.

Seolah takut Suzy berubah pikiran, Sehun langsung membawa dirinya masuk ke dalam sebuah bangungan yang bertuliskan 'St. Vladimir Academy'

Suzy hanya diam begitu Sehun menggiringnya melalui beberapa pintu — langsung menuju Great Hall. Ia kemudian menghela napas.

'Kenapa dia membawaku kesini? Bukankah ada banyak jalan lain menuju ruang kepala sekolah?' batinnya.

Ketika mereka melangkah masuk, dengungan bising yang berasal dari pembicaraan para murid, assisten dan guru di sana langsung terhenti saat itu juga — seakan ada seseorang yang mematikan tombolnya. Ratusan pasang mata berbalik menatap mereka berdua.

Suzy masih belum mengerti arti tatapan yang tengah Sehun lemparkan padanya. Setelah memberi senyum misterius, akhirnya Sehun membawa Suzy pergi ke tempat yang sebenarnya tidak ingin ia datangi.

"Selamat datang di Saint Vladimir Academy, Suzy-Ah." sambut kepala sekolah — Miss Kirova, begitu mereka masuk ke dalam ruangan itu.

Dengan senyum yang dipaksa Suzy menyambut uluran tangan Miss Kirova.

"Terima kasih, Miss."

Sehun menatap sekeliling sebentar, sebelum akhirnya menatap Miss Kirova yang kini tengah mengirimkan sebuah pesan melalui matanya. Suzy yang tidak mengerti sedikit menyipit curiga, penasaran apa yang dilakukan keduanya.

"Ayo," ajak Sehun tiba-tiba.

Sepanjang perjalanan di koridor Sehun hanya diam. Hal itu tentunya membuat Suzy bingung. Ditatapnya punggung Sehun yang ada di depannya. Entah mengapa, Suzy tak ingin — seolah ada yang mengancam — berada di dekat Sehun.

"Bertanyalah." ucap Sehun mengejutkan Suzy yang ternyata sedari tadi melamun.

"Kenapa kau membawaku ke asrama Moroi? Bukankah seharusnya aku di tempatkan di asrama ... Dhampir?"

"Karena kau berbeda. Dan kau —"

Ada jeda sebentar. Sehun membalikkan badannya dan menatap Suzy tepat pada manik matanya.

"— istimewa." sambung Sehun yang seketika membuat tubuh Suzy membeku.

**

Semua kegiatan yang dilalui Suzy selama di Academy berjalan dengan lancar. Semua orang menerimanya dengan baik. Kecuali tiga orang, yang kebetulan seasrama dengan dirinya — menatap bengis setiap mereka berpapasan.

Soal siapa dirinya sebenarnya, ia sudah tidak terlalu memikirkannya lagi berkat Sehun. Karena nanti ia akan mengetahui dengan sendirinya.

Namun, sampai saat malam bulan purnama pertama, Suzy merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Ia terbangun tengah malam dengan napas terengah-engah. Mata yang semula berwarna coklat, berubah menjadi merah pekat.

"Arrghh ...."

Tenggorokannya terasa kebakar. Ia berguling kesana-kemari sambil memegangi lehernya yang semakin lama menyiksa dirinya.

"Haus. Darah. Arrgghh ...."

Suzy lupa entah sudah berapa lama dirinya tidak meminum darah. Sisi manusiawinya masih bisa ia kendalikan saat itu. Tapi tidak untuk sekarang — tepat saat bulan purnama sepenuhnya.

Di dalam sana Suzy berteriak meminta tubuhnya berhenti begitu tau kemana sosok itu akan membawanya pergi. Terlambat. Sisi Vampirnya-lah yang memenangkan tubuhnya kali ini.

Secepat kilat Suzy lain berlari menembus hutan yang berada di belakang Academy.

"Berisik. Tenang saja, aku tidak akan memangsa teman-temanmu itu." ucap Suzy pada dirinya sendiri.

'Tidak lagi minum darah!'

"Tapi sayangnya aku harus."

Suzy hanya diam tak berdaya melihat sosok itu yang terus-terusan menancapkan taringnya pada tubuh hewan-hewan malang itu. Di tengah perburuannya, tiba-tiba saja langit mengeluarkan tangisannya. Seoalah mewakili isi hatinya.

Suzy mengumpat pelan. "Hah baiklah cukup untuk malam ini."

*

Keesokan harinya, Suzy bangun dengan tubuh jauh lebih segar. Dengan langkah ringan ia berjalan hendak menuju ruang perpuatakaan. Di sepanjang koridor, Suzy dapat melihat segelintir orang — yang biasanya rame, tengah membicarakan sesuatu yang entah apa ia tidak tau.

"Kau sudah dengar kabar itu kan?"

"Iya sudah. Kasihan sekali gadis itu."

"Aku yakin itu pasti karena kedatagannya."

"Padahal belum genap dia sebulan berada di sini."

"Hey sudah-sudah. Tak baik membicarakan orang."

Ah ia tidak bermaksud mencuri dengar. Hanya saja suara mereka yang sedikit keras membuat Suzy yang tak sengaja lewat di depannya mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Nah itu dia! Pasti karena dia ada di sini Neechan mati! Cepat usir gadis pembawa malapetaka itu!!"

Sebuah teriakan dari arah kanan membuat Suzy menolehkan kepalanya penasaran. Ia tak mengerti mengapa kini semua orang — yang tengah berkerumun, memandangnya dengan berbagai macam arti tatapan. Salah satunya seorang gadis mungil, yang ia duga berteriak tadi memandangnya penuh benci.

"Rey, tenangkan dirimu. Dia tidak ada hubungannya dengan kematian Neechan." ujar salah satu temannya berusaha menenangkan gadis itu.

"Tidak! Dia pasti ada hubungannya! Dia pembunuh!!!" teriak gadis itu semakin histeris. Hampir saja dia menyerang Suzy — yang hanya diam termangu — kalau tidak dicegah oleh seseorang yang tiba-tiba muncul dari kerumunan.

"Bawa dia." ucap Sehun pada sambil menunjuk dengan dagunya mayat seorang gadis bernama Neechan, dan juga gadis yang sempat meneriaki Suzy tadi.

"Dan kau Suzy-Ah, ikut aku." sambung Sehun dengan nada datar, membuat semua orang di sana langsung berbisik-bisik.

Suzy menghela napas lelah. Ia sudah tau kalau seperti ini jadinya bila dirinya masuk ke Academy ini. Seharusnya ia tidak usah menerima bujukan Sehun. Lebih baik ia hidup di luaran sana tanpa pengawasan — tapi bisa tenang, daripada di sini dengan pengawasan tapi tidak tenang sama sekali.

"Jangan dipikirkan ucapan gadis itu. Dia hanya belum bisa menerima kehilangan sahabat dekatnya." ucap Sehun begitu mereka sampai di tempat sepi — atap asrama.

Semilir angin di tempat itu menerbangkan beberapa helai rambut Sehun yang terlihat sedikit panjang dari sebelumnya. Pemuda itu tengah menutup matanya, tampak menikmati anugrah yang diberikan Tuhan untuk makhluk-Nya.

"Tapi ucapan gadis itu memang benar. Tak seharusnya aku berada di sini. Aku tidak butuh perlindungan apapun." ucap Suzy lirih. Ia mendongakkan wajah menatap langit yang bersih dari awan.

"Kau butuh. Sangat butuh." ucap Sehun dengan menekankan setiap katanya.

"Beri aku alasan yang pasti, Sehun." ucap Suzy.

Sehun menghela napas. Mungkin sudah waktunya ia memberitahu gadis itu. Setelah berperang dengan batinnya, Sehun memegang kedua pundak Suzy — menatapnya.

"Kau adalah Vampire Adhena. Calon ratu kami. Ratu dari segala Vampir. Dan kau adalah —" Sehun berjeda, "— incaran dari para Vampire Strigoi." lanjutnya.

Fakta baru, yang amat sangat mengejutkan membuat kepala Suzy pening. Ia bahkan sampai butuh bantuan Sehun untuk menopang tubuhya.

Sehun langsung merengkuh tubuh Suzy — menenangkan. Diusapnya pelan rambut panjang Suzy.

"Sshh ... aku tau kau perlu waktu. Tapi, waktu kita tidak banyak. Bersiaplah, My Lady."

**

Waktu telah menunjukkan jam pembelajaran pertama akan segera dimulai. Suzy menatap jadwal digenggamannya.

'Personal Protection'

"Huh hari terakhir sebelum ujian." gumannya.

Tak terasa, semenjak ia mengetahui identitas aslinya beberapa minggu yang lalu membuat jadwal Suzy semakin pada. Itu dikarenakan dirinya yang spesial-lah membuat Suzy harus ekstra keras mempersiapkan diri.

Suara langkah kakinya menggema ketika ia berjalan di koridor seorang sendiri. Matanya melirik ke sekeliling — sedikit heran.

"Tumben sepi. Kemana yang lain?" tanyanya pada dirinya sendiri. Dan begitu sampai di kelas, sama halnya di koridor tadi, Suzy mendapati kelas sepi bahkan kosong. Tak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali.

"Kau salah kelas, Suzy-Ah."

Tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu kelas, membuat Suzy menolehkan kepalanya. Gadis itu menatap bingung seorang pemuda, yang tadi berbicara.

"Maksudmu?"

Pemuda itu terkekeh. Ia berjalan mendekati Suzy dengan langkah pelan. Suzy yang merasa asing dan tak pernah melihat pemuda itu langsung memasang sikap waspada.

"Jangan takut. Aku tidak bermaksud apapun." ujar pemuda itu lembut. Suzy hanya diam, membiarkan pemuda itu mendekat ke arahnya.

"Jadi, apa maksud perkataamu tadi?" tanya Suzy lagi.

"Ah kelas ya? Iya kau salah kelas. Hari ini kita belajar di luar sana. Dan aku ditugaskan untuk mencari murid yang kemungkinan belum tau, ya seperti kau ini." jelas pemuda itu santai.

"Ngomong-ngomong, namaku Jeon." sambungnya.

"Kenapa bisa aku tidak tau?" tanya Suzy menyipit curiga. Meskipun begitu tangannya tetap menjabat uluran tangan Jeon.

"Sudah cek pesan masuk?"

Suzy menggelengkan kepalanya. Ia meringis mengingat ponselnya mati sejak kemaren.

"Nah berarti bukan salahku yang membuatmu tidak tau mengenai hal ini. Aku sudah menyebarkan informasi melalui email ke kalian."

Suzy mengangguk kaku dan tersenyum — sedikit meringis tak enak hati.

"Maaf," ujarnya pelan. Jeon tersenyum memaklumi. Ia kemudian mengulurkan tangannya ke arah Suzy, yang tentunya membuat gadis itu mengernyit heran.

"Apa?"

"Ke tempat latihan sebenarnya." ucap Jeon dengan senyuman aneh dan juga tatapan yang sulit dijelaskan.

Ah! Suzy mengerti. Ia pun menerima uluran tangan Jeon.

"Hm ... baiklah. Mari kita latihan!" seru Suzy semangat.

Masih dengan senyum anehnya, Jeon membawa Suzy keluar kelas. Jika kalian pikir Jeon akan membawa Suzy ke tempat latihan yang sebenarnya, kalian salah. Jeon tidak membawa Suzy kesana. Melainkan ia akan membawa gadis itu ke tempat yang pastinya tak pernah Suzy ingin bayangkan, bahkan dalam mimpi buruk pun sekalipun.

*

Citra demi citra bergantian mengusik pikirannya. Jeritan, kobaran api, darah, dan kesakitan uang mendera. Semua gambaran itu menyelubunginya — terasa menyesakkan, hingga akhirnya akal sehatnya mengingatkan dirinya agar segera keluar dari bayangan itu.

Percikan kesadaran mulai menghampirinya. Napas yang tadinya memburu mulai tenang.

"Mimpi itu ...." guman Sehun, yang baru saja tampak mengalami mimpi buruk. Matanya melirik jam dinding yang menggantung di kamarnya. Seketika mata Sehun melotot dan langsung bangun dari tempat tidur.

"Kelas!!" pekik Sehun panik. Dengan terburu-buru ia menyambar jubahnya dan segera berlari keluar kamar.

Namun Sehun langsung memelankan langkah kakinya begitu mendapati koridor menuju ruangan Gym sepi. Biasanya jika kelas telah dimulai, suara murid-murid yang sedang latihan akan terdengar sampai koridor. Tapk tidak untuk malam ini. Hal itu tentunya membuat Sehun heran.

Kosong. Ruangan benar-benar kosong, sama sekali tak ada tanda-tanda orang masuk sejak tadi. Menduga-duga perasaan Sehun mulai tak enak. Tanpa berpikir panjang dia langsung berlari menuju ruang kepala sekolah.

"Miss Kirova! Miss Kirova!" masih dengan napas tersengal-sengal Sehun mengetuk pintu ruang kepala sekolah — tidak sabar.

Tak lama kemudian, muncul-lah orang yang Sehun cari.

"Ada apa? Kenapa kau tampak gelisah, Sehun?"

"Apa Master Belikov meliburkan kelasnya?"

Miss Kirova menggelengkan kepalanya heran. "Tidak."

Badan Sehun menegang. Dugaan-dugaan buruk mulai menghampirinya. Dia menggelengkan kepalanya keras berusaha menghilangkan bayangan buruk yang sempat terlintas.

"Ada apa?" tanya Miss Kirova bingung melihat tingkah Sehun yang tak biasanya.

"Mereka, mengibarkan bendera perang. Saat ini juga." ucap Sehun setelah jeda begitu lama — memecah keheningan malam, yang semakin lama udaranya terasa menusuk tulang.

*

Sekarang ia tau penyebab kelas sepi tadi. Rupanya salah satu dari pengkhianat, telah mencampurkan 'Dream Potion' ke dalam makanan dan minuman para murid dan guru, sehingga mereka tertidur pulas tadi.

Sehun menghela napas kasar. Dia ceroboh. Andai saja tadi dirinya lebih waspada, tidak akan seperti ini jadinya.

"Suzy-Ah ...." lirih Sehun pelan. Pandangannya berubah sendu — menatap langit yang hitam kelam.

Sehun segera merubah ekspresi wajahnya begitu melihat segerombolan makhluk yang telah mereka tunggu sejak tadi. Mata birunya menjadi merah, menatap nyalang makhluk di depannya.

"Selamat datang, pasukan Strigoi." sambut Miss Kirova.

---------------------------

Strigoi, merupakan makhluk ras Vampire yang rohnya telah diserahkan kepada iblis sepenuhnya demi hidup abadi, dan juga kekuatan hitam. Mereka hidupnya selalu memberontak. Biasanya mereka akan menghisap darah para Vampire murni — Moroi — agar ras itu musnah dan mereka bisa hidup menguasai dunia. Dan mereka pun tau, bahwa Vampire ras darah campuran tidak akan pernah bisa berhubungan dengan sesamanya. Maka dari itu, dengan musnahnya ras Vampire Moroi mereka akan bisa menguasai Vampire jenis lainnya.

Dan Vampire Adhena, merupakan Vampire ras tertinggi dan terkuat dari jenis Vampire lainnya. Namun sayangnya Vampire jenis ini sangat langka dikarenakan pembantaian yang pernah dilakukan Vampire Strigoi di waktu lampau.

Darah milik Vampire Adhena-lah yang membuat banyak dari ras Vampire berbondong-bondong untuk mencoba mencicipinya. Konon, siapapun yang meminum darah Vampire Adhena mereka akan bisa hidup abadi dan tentunya juga kekuatan mereka bertambah kuat berkali-kali lipat dari sebelumnya. Hal itulah yang membuat Vampire Strigoi sangat memburu Vampire Adhena.

----------------------------

"Dimana pemimpin mu?" tanya Miss Kirova datar.

Baik pihak Strigoi maupun pihak Miss Kirova semua saling melemparkan tatapan tajam. Ada yang sudah tidak sabar bertarung, ada juga yang masih terlihat ragu. Kemungkinan dia murid level kelas 1.

"Entah, mungkin dia sedang menikmati darah gadis itu haha ...." ucapnya dengan nada mengejek.

Sehun tau siapa gadis yang dia maksud. Ia mengepalkan kedua tangannya erat, ingin rasa langsung menghajar mulut penuh racun bisa itu.

"Shut up!"

"Uh pangerannya berkuda putih yang malang. Gagal melindunginya heh?" lagi-lagi dengan nada itu membuat Sehun geram.

"Simpan semua ucapanmu tua. Bersiaplah."

Semua orang di sana langsung bersiap mendengar suara titahan itu. Dan tak lama kemudian, tempat itu menjadi saksi bisu perang besar terjadi.

Memang kekuataan mereka tidak sebanding dengan para Strigoi. Namun dengan bantuan beberapa senjata mereka yakin pasti bisa. Suara-suara jeritan kesakitan mulai terdengar dari seluruh penjuru area. Mayat-mayat dan juga darah terlihat mendominasi.

Sehun mengerang pelan. Salah satu Strigoi berlari menerjang dirinya. Tubuhnya terdorong beberapa meter dari tempatnya berdiri sebelumnya. Ia merasakan kepalanya membentur sesuatu.

"Sehun! Kau tidak apa-apa?" seru Miss Kirova — berlari menghampirinya. Dia mengulurkan tangan, membantu Sehun berdiri.

"Aku baik-baik saja, Miss." ujar Sehun, menunggu rasa pusing di kepalanya reda. Miss Kirova memberi kode, yang langsung dimengerti dirinya.

Mereka pun berdiri saling memunggungi. Keduanya terlibat dalam pertarungan yang semakin ganas. Sehun mencengkram leher dari salah satu Strigoi yang telah lemah dengan kuat. Hingga bunyi retakan membuat cengkraman Sehun melonggar dan ditendangnya tubuh mayat itu.

"Pergilah." ucap Miss Kirova tiba-tiba.

Sehun mengerutkan dahinya. Meski bergitu tangannya tetap aktif dalam mematah-matahkan tulang musuhnya.

"Selamatkan Suzy."

Sehun langsung berbalik, menatap Miss Kirova tak yakin. Kondisi kepala sekolahnya itu tak jauh berbeda dengan dirinya. Tubuhnya kini penuh dengan luka-luka. Ditambah suasana yang semakin genting membuat Sehun ragu untuk meninggalkannya.

"Tenang, ada Belikov yang membantuku." ujar Miss Kirova begitu mengerti arti tatapan Sehun.

"Pergi atau hancur." sambungnya dengan nada mengerikan. Aura mengintimidasi seketika menguar dari tubuh Miss Kirova, membuat Sehun tak berkutik. Dengan patuh ia pun menuruti perintah dari kepala sekolahnya itu.

Sehun berlari menerobos kerumunan yang saling bertarung mempertahannya nyawa. Dengan sedikit bantuan dari teman-temannya, akhirnya Sehun berhasil keluar dari medan pertempuran, dan ia berhasil sampai di sebuah tempat dimana gadis itu berada. Dark Castile.

Badannya menegang begitu sampai ia disambut dengan suara jeritan kesakitan milik orang yang sangat ia kenal.

"Suzy-Ah ...." lirih Sehun. Ia pun dengan cepat mendobrak salah satu pintu, yang diduga ada gadis itu di dalamnya.

Pemandangan di depannya membuat emosi Sehun langsung berada di puncaknya. Di depan sana, Suzy terbaring tak berdaya bersama orang yang ia percayai selama ini tapi dengan teganya mengkhianati dirinya. Siapa lagi jika bukan Jeon, pemimpin para Vampire Strigoi.

Tanpa memperdulikan Sehun yag terdiam di depan pintu, Jeon tetap melanjutkan aktifitasnya. Sebenarnya yang ada dibenak Jeon adalah Menghisap darah Vampire Adhena hingga habis, namun menyiksanya sebentar tak apalah.

"Mau ikut bergabung?" tanya Jeon dengan senyum polosnya. Rahang Sehun langsung mengeras. Dicengkramnya pasak perak di tangan kanannya dengan kuat. Sedangkan Jeon hanya tersenyum miring melihat benda itu.

"As you wish." ucap Sehun menggeram.

Tanpa pikir panjang, Sehun langsung menyerang Jeon yang telah melepaskan taringnya pada tubuh Suzy. Akhirnya mereka berdua pun larut dalam pertarungan yang jelas-jelas tak seimbang itu. Sehun tampak kelelahan dikarenakan dirinya telah habis bertarung di medan pertempuran tadi, sebelum melawan Jeon yang masih tampak segar bugar. Apalagi Jeon telah meminum darah milik Suzy, membuat siapapun bisa menebak siapa pemenangnya.

Tubuh Sehun terbanting keras begitu Jeon melemparkannya. Ia terbatuk-batuk dan darah langsung keluar dari mulutnya. Dirinya meringis karena lagi-lagi ia merasa gagal. Gagal dalam menyelamatkan calon Ratu mereka. Andai dia datang lebih cepat. Andai dia lebih sigap. Andai dia ... aarrghhh!!!! Kata andai tidak dapat merubah apapun.

"Hanya segitu kemampuanmu? Cih!" Jeon berdecih tak puas. Padahal ia kira bisa melepaskan rasa puas dengan bermain bersama Sehun.

Sehun terdiam, tidak membalas ucapan Jeon. Namun yang pasti, bibirnya membentuk sebuah senyuman misterius. Kemudian bibirnya mengucapkan satu buah kalimat, yang membuat tubuh Jeon mematung seketika.

"Et venit ad locum ubi dicitur."

.
.

Mantra terlarang.

**

Suzy membuka matanya perlahan-lahan.

'Dimana aku? Apa yang terjadi? Oh, Tuhan ... sakit! Semuanya sakit ....'

Air mata jatuh dari pelupuk matanya tanpa bisa ia cegah. Suzy tidak dapat merasakan apapun. Gelap, dingin dan sunyi.

Kegelapan sudah seperti sesuatu yang tidak bisa dirubah di sini. Tidak ada bedanya apakah ia menutup atau membuka matanya. Semuanya gelap.

Sesuatu di dalam dirinya memberontak, mendesaknya melakukan sesuatu, tetapi ... apa? Suzy sulit berpikir apalagi bergerak. Seluruh tubuhnya lemas dan sakit. Ia bahkan tidak bisa merasakan jari-jarinya.

Tiba-tiba Suzy mendengar suara dari luar.

'Suara apa itu?' pikirnya.

Suzy ingin mendengarkanya lebih baik lagi, tapi ia merasa kesadarannya semakin menipis. Membuka mata dan tetap bangun sudah merupakan suatu hal yang membuatnya sangat lelah.

Suzy ingin tidur. Namun ketika dirinya sudah hampir tertidur, sesuatu yang hangat menyentuhnya. Ia juga mencium aroma ... pinus?

"Suzy, bangun ...."

Suzy mendengar suara itu samar. Suaranya terdengar familiar, tetapi ia tidak dapat mengingatnya.

'Siapa dia?'

Merasa penasaran, perlahan Suzy membuka matanya. Masih sama, semuanya gelap.

"Kau tidak bisa melihatku?" tanya suara itu lirih. Suzy tidak dapat lagi mengeluarkan suaranya. Tenggorokannya terasa kering.

"Suzy, dengarkan. Kamu harus bertahan. Aku akan membawamu pergi dari sini."

Suara itu terdengar cukup tenang, tetapi mendesak. Suzy tidak menjawab. Pelupuk matanya terasa semakin berat. Ia lelah ... dan ingin kembali tidur.

"Suzy, jangan menyerah! Tetap bertahan! Apapun yang terjadi, jangan berjalan mendekati sinar biru itu, mengerti?"

Suzy merasa suara itu semakin jauh sekarang — nyaris tak terdengar. Ia terlalu lelah untuk dapat melawan keinginannya. Dirinya ingin beristirahat. Suzy akhirnya pun menyerah dan perlahan mulai menutup mata.

Seketika rasa sakit itu hilang. Kesunyian itu masih ada, namun kali ini tidak dingin dan angkuh. Dia hangat dan menenangkan. Suzy menyambut rasa tenang, damai dan nyaman dalam dirinya ketika sinar biru mulai menyelimuti tubuhnya seluruhnya.

***

Ruangan itu temaram, hanya sedikit cahaya yang masuk dari sela sela jendela yang di tutup tirainya di sudut ruangan. Pengap dan menyesakan itulah kesan yang akan kau dapatkan ketika memasuki ruangan berukuran cukup besar itu.

Salah satu pintu yang berada di ruangan itu terbuka seperti memberi tanda bahwa masih ada kehidupan di dalam ruangan itu. Pintu itu sedikit berderit ketika sebuah tangan membuka pintu itu untuk terbuka lebih lebar. Sosok laki-laki itu memasuki ruangan, menutup kembali pintu itu dan berdiri membelakangi cahaya yang memang tak banyak.

Terdengar helaan nafas dan sosok itu kini melangkahkan kakinya mendekat ke sudut ruangan. Dengan perlahan ia memposisikan dirinya untuk duduk di atas kasur berwarna putih yang berada di sisi kiri ruangan.

Matanya berubah nanar ketika melihat sesosok gadis yang tertidur di atas kasur itu. Tangan nya mengusap surai gadis itu, mendekatkan wajahnya dan berbisik tepat disamping telinga gadis itu, merapalkan kata-kata dengan begitu pelan hingga tak ada seorang pun yang dapat menangkap apa yang di katakan nya, kecuali dirinya dan sosok yang berada di dekatnya saat ini.

Seulas senyum terukir di wajah laki laki itu. "Kau akan baik baik saja." ujarnya sembari mengelus pucuk kepala gadis itu.

Gadis itu diam tidak merespon apa yang diucapkannya. Wajahnya tenang seperti tertidur, namun satu hal yang di sadari laki laki itu. Bahwa gadis itu tidak benar benar tidur seperti yang orang lain fikirkan. Dia tidak akan bangun hanya dengan sebuah panggilan. Hanya saja dia —

.

.

.

.

.

.

.

— tidak akan bangun dalam waktu dekat.


     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.