NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Pagi itu, mentari terlihat mengintip dari ufuk timur. Memancarkan sinar hangat yang membuat tumbuhan, sekali lagi, tersenyum senang karena bisa mengolah makanannya hari ini. Mereka tanpa pamrih membersihkan udara agar makhluk hidup lain bisa merasakan segarnya oksigen yang dihasilkan olehnya.

Gadis itu menghirup nafasnya dalam dalam. Merasakan sejuknya dan bersihnya udara pagi. Membuat rongga dadanya bersorak senang karena tidak perlu bekerja keras menetralkan zat berbahaya yang dihirup.

Kedua kakinya yang terbalut sneakers bergantian melangkah melalui beberapa belokan, mengantarkan sang dara pada sebuah rumah yang menjadi tempat tujuannya.

{ Send Text to Nam Seo-Na }

✔️ Seona?
✔️ Aku sudah di depan rumahmu.
✔️ Jangan berdandan terlalu lama.

Jemarinya dengan luwes bergerak diatas keypad layar sentuh, mengirimkan sebuah pesan singkat kepada sahabatnya semasa sekolah menengah atas.

Pagarnya terkunci. Dia lalu melirik arlojinya, jarum pendek di dalam sana menunjuk pada angka sembilan. Masih terlalu dini untuk pergi menonton film, sebenarnya.

"Apa dia masih tidur?"

Batinnya berucap. Memikirkan kemungkinan terburuk yang akan dialami kedua kaki jenjangnya. Berdiri menunggu. Padahal kemarin, sahabatnya itu yang begitu antusias untuk menonton film horor yang sedang banyak digandungi itu.

Sang dara terlihat terus menerus melirik handphonenya, menunggu balasan dari Soeun. Atau akan lebih baik jika sahabatnya itu keluar dan membuka pagar dalam keadaan siap.

Sesekali dia mengetuk pintu pagar. Namun tidak ada jawaban.

Baru saja gadis itu akan menyandarkan tubuhnya pada pintu pagar -yang kini dia bersumpah tidak akan melakukan tindakan bodoh itu lagi-, pintu itu tiba tiba terbuka. Beruntung sekali dia belum bersandar.

"Allura! Maaf membuatmu menunggu lama." Seru Seona sembari tergesa mengunci kembali pintu pagar.

"Ibumu sedang tidak ada?"

Gadis itu bertanya, mengabaikan perkataan yang terlontar karena ia sudah maklum. Namun merasa aneh melihat sahabatnya mengunci pagar.

"Tidak, Eomma kemarin pergi ke luar kota bersama adikku. Aneh rasanya tidak melihat Se-mi di rumah."

Gadis itu tertawa kecil, "bukankah kau selalu berkata bahwa dia menyebalkan?"

"Dia memang menyebalkan. Aku selalu gatal untuk mengajaknya bertengkar." Ucap Seona mendeskripsikan adiknya, "Tapi biasanya dia yang akan menemaniku jalan-jalan."

Gadis itu terdiam beberapa detik, membiarkan kakinya melangkah. Entah mengapa pembahasan tentang adik selalu membuat celah hatinya berbisik iri.

"Tsk- pantas kau mengajakku."

Kedua dara itu terlihat berjalan sembari sesekali bercengkrama. Jarak antara halte bis dan rumah Seona memang terbilang cukup jauh. Beruntunglah banyak pepohonan rindang membuat tubuh mereka terhalang dari sinar mentari.

Jalanan Seoul terlihat mulai ramai, hal itu terpampang dengan banyaknya mobil yang melintas. Memang ini bukan jalan utama, tetapi banyaknya mobil yang melintas mengeluarkan suara berderu membuat perbincangan mereka sedikit tersamarkan.

"Astaga! Al, aku lupa belum mengantarkan pesanan kue yang diperintahkan Eomma!"

Sahabatnya medadak berseru keras, membuatnya dan beberapa orang di sekitar mereka terkejut mendengar suara yang mengalahkan deru mesin mobil.

"Bagaimana bisa .. Aish- Pabo-ya!"

"Ottoke..! Sepertinya aku harus kembali ke rumah dan mengantarkannya dulu, baru kita bisa menonton." Lanjut Seona sembari memasang raut panik.

"Yasudah, cepat kau antar dulu."

"Tapi-"

"Aku akan menunggu di cafe itu."

Gadis itu menunjuk sebuah kedai kopi yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Tunggu ya, mungkin akan sedikit lama."

Seona mengangguk, dan berlari melewati jalan yang mereka lalui tadi setelah mengatakan maaf untuk kesekian kalinya.

Ada ada saja. Allura berdecak atas kelakuan sahabatnya yang pelupa itu.

Kedua tungkai kakinya melangkah, berniat mendatangi dan menunggu di kedai kopi seperti janjinya pada Seona. Namun seketika mengurungkan niatnya, teringat bahwa dirinya akhir akhir ini sudah terlalu sering mengkonsumsi kafein. Ia khawatir pencernaannya akan terganggu.

Mencari tempat lain, netra gadis itu mendadak terpatri pada sebuah taman. Sebuah tempat yang memiliki banyak bangku taman, namun di sisi lain berisikan beberapa permainan untuk anak-anak. Gadis itu lalu memutuskan untuk menunggu pada salah satu bangku taman yang ada di sana.

{ Send text to Nam Seo-Na }

✔️ Seona, aku tidak jadi menunggu di cafe.
✔️ Aku menunggumu di taman yang tidak jauh dari situ.

Menjejali kedua telinganya dengan headset, lalu bersandar dan mengamati sekitarnya, membunuh bosan.

Dalam diam, dia bisa melihat tempat ini kini dipenuhi dengan banyak anak anak kecil, mereka sepertinya anak yang baru saja pulang taman kanak kanak yang tidak jauh dari sini. Seulas senyum terlukis di wajahnya tatakala melihat anak anak itu sepertinya begitu senang bermain disini.

Benaknya seketika mengingat kenangan masa kecilnya. Tumbuh dan menghabiskan masa kecil di wilayah barat membuatnya kehilangan kesempatan untuk bermain dengan bebas layaknya anak anak yang baru dilihatnya.

Dulu, ibunya selalu khawatir jika melihatnya bermain diluar. Berfikir bahaa wilayah barat sana tidak aman dan selalu takut dirinya akan diculik dalih memberikan apapun yang dirinya butuhkan, seakan sedang menukar kesempatannya untuk bermain.

Tidak. Gadis itu tidak pernah sekalipun kesal pada ibunya karena hal itu, karena ia mengerti bahwa orangtuanya hanya terlalu menjaganya dan tidak ingin kehilangan anak satu satunya yang mereka miliki.

Kerap kali dia merasa kesepian karena tidak ada teman yang bisa diajaknya bermain selain di sekolah, tidak jarang dia merasa iri melihat teman temannya yang lain memiliki seorang adik atau kakak yang bisa mereka ajak bermain, menghabiskan waktu di musim panas. Membuatnya beberapa kali memberikan permintaan konyol selama ulang tahunnya.

Dia selalu ingin memiliki seorang adik.

Konyol memang, namun Allura tidak jarang membayangkan memiliki saudara. Hal hal kecil seperti bermain dengan adiknya yang lebih kecil darinya, pergi ke sekolah bersama, menghabiskan waktu musim panas bersama dengan pergi ke kolam renang, bahkan dia sering membayangkan bagaimana rasanya bertengkar dengan saudara kandung.

Namun itu tidak pernah terjadi, karena akhir akhir ini dia mengetahui bahwa dia akan selalu menjadi anak tunggal mengingat ibunya tidak bisa memiliki anak lagi. Dara itu menghembuskan nafasnya kasar. Merutuki dirinya yang kembali mengingat masa kecilnya.

Netranya tanpa sengaja melirik pada ayunan yang terletak tidak jauh darinya. Melihat seorang gadis kecil seakan kesulitan mengayunkan ayunannya seorang diri, bahkan menduduki ayunannya pun kesulitan.

Selama beberapa detik dia sekan melihat kilas balik dirinya sendiri sewaktu kecil. Menunggu orangtuanya pulang bekerja dan bermain sendiri di halaman belakang rumah.

Melepaskan headsetnya, kakinya tanpa sadar beranjak menuju tempat yang tadi dilihatnya.

"Mau Unnie bantu?" Ucapnya dan tersenyum pada anak kecil itu, sembari menunduk menatap anak yang tingginya bahkan tidak sampai batas pinggangnya.

Gadis kecil itu terkejut, tangan kecilnya seketika melepaskan pegangan ayunan lalu beringsut mundur, menjauh sembari tetap menatapnya dengan pandangan berkerut. Seakan dirinya adalah seorang yang bermaksud jahat.

"Hey- sini, tidak apa. Unnie tidak akan berbuat jahat." Lanjutnya sembari mengulurkan sebelah tangannya, mengajak anak itu kembali mendekat.

"Eomma bilang aku tidak boleh mendekati orang asing."

"Aniya- Unnie hanya ingin membantumu, sungguh."

Anak kecil itu perlahan mendekat, menyambut uluran tangannya membuatnya seketika mengulas senyum, mengangkat anak yang sepertinya berumur empat tahun itu dan meletakkannya pada tempat duduk ayunan.

Memastikan anak itu sudah berpegangan, dia lalu mengayunkan ayunan itu perlahan sembari mencoba mengobrol dengan anak itu, "siapa namamu?"

"Ka-eun. Eum, Cho Ka-Eun." Gadis kecil itu mengucapkan namanya sedikit terbata dengan aksen khas anak kecil.

"Nah, Kaeun. Sekarang pegangan yang kuat, karena Unnie akan mengayunkannya dengan tinggi." Ucapnya memberi aba aba pada gadis kecil itu dan menarik ayunan itu dengan tinggi dan melepaskannya.

Hal tersebut sontak membuat Kaeun mengeluarkan tawa senang karena ayunannya mengayun dengan tinggi, "Unnie lagi, lagi."

Allura tertawa kecil lalu mengikuti kemauan gadis kecil itu, kembali mengayunkan beberapa kali hingga akhirnya anak itu memintanya untuk berhenti.

Secara tiba tiba anak itu melompat turun dari ayunan, tangan kecilnya menarik narik rok yang dipakai Allura, membuatnya sedikit kebingungan. Butuh beberapa detik untuk menyadari bahwa gadis kecil itu mengajaknya menghampiri sebuah perosotan.

"Kaeun mau menaikinya. Tapi tidak boleh kalau tidak dengan Eomma." Ucap anak itu polos, "Takut jatuh."

"Karena sekarang ada Unnie, jadi ayo kita bermain." Jawabnya menampilkan raut wajah semangat sembari menggandeng jemari kecil Kaeun. Melangkah perlahan, menyesuaikan diri.

"Hati-hati."

Gadis itu mengawasi Kaeun yang sedang menaiki tangga perosotan, berjongkok menunggu di ujung perosotan agar anak itu tidak terjembab dan mencium tanah saat meluncur.

"Unnie! tangkap Kaeun." Gadis kecil meluncur sembari itu merentangkan kedua tangannya, mengeluarkan tawa yang membuatnya ikut terkekeh geli.

Hap.

Kedua tangannya berhasil menangkap pinggang gadis itu dan mengangkatnya sebelum akhirnya menurunkannya di atas tanah. Membuat gadis kecil mengeluarkan sebuah tawa lepas dan kembali berlari untuk menaiki perosotan.

Benar sebuah perkataan bahwa sebuah tawa dari anak kecil membuat kita juga merasakan kebahagiaan.

"Sudah dulu ya, kaki Unnie pegal." Ucapnya setelah berjongkok menangkap Kaeun untuk kesekian kalinya. Dan langsung mendudukan diri di tanah sembari mengendong anak kecil itu.

"Ne- Unnie." Jawab Kaeun dengan suara riang. Membuatnya gemas lalu mencubit kedua pipi tembemnya.

Allura memang selalu dengan cepat bisa mengakrabkan dirinya dengan anak anak. Entah mengapa.

"Kaeun disini sendiri?" Tanyanya baru menyadari bahwa sedari tadi gadis kecil itu seakan tidak ada yang menemani.

Kepala kecil Kaeun mengangguk lalu menjawab dengan aksen anak anak, "Kaeun baru pulang dari TK, menunggu Eomma jemput. Eomma lama sekali jemputnya."

"Kenapa tidak menunggu di TK? Disini kan tidak ada yang menjaga." Sahut Allura menatap anak itu. Sedikit heran.

"Bosan Unnie. Disana permainannya sedikit."

Gadis itu mengangguk mengerti menirukan wajah polos Kaeun. Selama beberapa waktu, dia seakan lupa bahwa dirinya sedang menunggu sahabatnya.

Sambil menggendong gadis kecil itu, dirinya bangkit dan melangkah menuju salah satu stand es krim yang ada di sana.

"Kaeun mau es krim?"

"Mau, Unnie!"

Dia terkekeh. Tentu saja. Anak kecil mana yang tidak suka es krim.

"Eomma-mu tidak melarang makan es krim kan?" Tanyanya sembari membenarkan posisinya yang sedang menggendong Kaeun.

Gadis kecil itu menggeleng, membuat rambutnya ikut bergoyang searah kepalanya.

"Oke- Stawberry atau coklat?"

"Mm .. Coklat!"

Dia menurunkan gadis kecil itu, merogoh dompetnya dan membeli dua buah es krim sesuai rasa favorit mereka. Lalu memberikannya satu pada Kaeun sembari mengajaknya duduk di salah satu bangku taman.

Jemarinya sesekali mengusap es krim yang berada di sekitar mulut Kaeun. Menyadari bahwa tipikal anak anak memang tidak bisa memakan es krimnya dengan benar.

Gadis kecil itu tiba tiba bangkit dan berlari dengan kaki kecilnya menuju suatu tempat, membuat kenignya sekali lagi berkerut, namun membiarkannya sembari memperhatikan.

Netranya menangkap gadis kecil itu kembali sembari membawa sebuah tas bergambar kelinci. Ah, ternyata dia berlari untuk membawa tasnya.

"Unnie, lihat. Tadi Kaeun belajar menggambar di sekolah."

Gadis kecil itu berucap dengan semangat, membuat raut wajah manis tersimpul. Ia mengeluarkan buku gambar dari dalam tasnya.

"Apa itu Kaeun dan Eomma?" Allura mencoba mengeluarkan sebuah pertanyaan menanggapi gambar yang diperlihatkan Kaeun. Terlihat dua orang perempuan yang sedang bergandengan tangan.

Gadis kecil itu menggeleng lalu raut wajahnya terlihat serius menjelaskan sembari menunjuk gambar, "Kaeun selalu ingin mempunyai kakak perempuan, jadi Kaeun menggambar ini."

Benak gadis itu seakan terketuk. Merasa sedang melihat dirinya sendiri yang sejak dulu bermimpi memiliki saudara. Sebuah hal yang tidak pernah dimengerti oleh seorang yang bukan anak tunggal.

"Ah- manisnya. Tapi Kaeun kan kau sudah memiliki Unnie, ini." Balas Allura menunjuk dirinya sendiri sembari mencubit pipi gadis kecil itu.

"Benarkah?" Tanya Kaeun tanpa sadar masih mengeluarkan cadelnya.

"Tentu saja." Gadis itu mengulas senyum lalu tertawa kecil, namun seketika tersentak mendengar Kaeun berseru pada seseorang di depan mereka.

"Eomma, Kaeun disini!" Seru gadis kecil itu lantang sembari melambaikan tangan pada seorang yang dia sebut Eomma.

Melihat gadis kecil itu berlari menuju ibunya, Allura bangkit dan mendekati wanita paruh baya yang kini juga berjalan mendekati mereka.

Dia juga bisa melihat wanita itu melambaikan tangannya ke arah mereka.

"Eomma, Eomma. Kaeun punya seorang kakak sekarang."

Kaeun berbicara sembari menghampiri ibunya. Meskipun tidak sampai satu jam, dia merasa benar benar telah memiliki seorang adik mendengar Kaeun menganggapnya sebagai kakak, tertawa kecil mendengarnya.

"Aigo- benarkah? kau pasti senang akhirnya memiliki seorang kakak, ya." Wanita itu menjawab dengan antusias, menatapnya lalu mengulas senyum ramah sembari mengangkat tubuh Kaeun.

Gadis itu terdiam senjenak dan bingung harus berkata apa, "Anyeonghaseyo- Allura Park imnida. Eum- Saya tadi tidak sengaja melihat Kaeun dan menemaninya bermain."

Wanita itu mengangguk mengerti, "Tidak apa, senang melihat ada seorang yang menemani Kaeun. Terimakasih."

"Eh- iya sama sama." Jawab Allura sembari mengulas senyumnya, "Kaeun anak yang menyenangkan."

"Nah- Kaeun, maaf Eomma terpaksa harus memisahkan kalian. Eomma masih punya tugas di kantor." Wanita itu berucap, "Sekarang, ayo sampaikan salam perpisahanmu pada Allura Unnie sebelum kita pulang."

"Ne- Eomma." Gadis kecil itu mengangguk, melepaskan sebelah tangannya yang semula memegang bahu ibunya lalu melambaikan tangan kepadanya, "Sampai jumpa Unnie, nanti main kesini lagi ya temenin Kaeun."

Dia membalas lambaian tangan itu dengan gemas lalu berjanji, "Iya sayang, nanti Unnie pasti main kesini lagi jika tidak sibuk."

Netranya menatap sepasang ibu dan anak itu yang semakin menjauh, membuatnya tidak bisa menahan diri untuk terus mengulas senyumnya. Berharap suatu hari nanti akan bertemu dengan gadis kecil itu lagi.

Sepertinya dia akan semakin menyukai anak kecil mulai dari sekarang.

Tidak lama, jemari lentiknya merogoh saku yang terletak disamping rok, merasakan getaran yang dikeluarkan oleh handphonenya.

Ia lalu membuka sebuah pesan singkat.

{ Text from Nam Seo-Na }

✔️ Allura.
✔️ Aku sudah di taman.
✔️ Kau disebelah mana?

"Al."

Baru saja dia akan membalas pesan, gadis itu mendadak tersentak merasakan bahunya disentuh oleh seseorang, menoleh dan mendapati sahabatnya berdiri di belakangnya.

"Yak- mengapa kau senyum senyum sendiri!" Seru sahabatnya itu sembari menatapnya ketakutan. Membuatnya ingin sekali menimpuk Seona.

"Tidak apa."

"Serius? Kau tidak sedang di hipnotis kan? Atau disini ada pria tampan?"

"Ey- Aniya, ayo pergi. Kau lama sekali."

Allura mengabaikan sahabatnya yang masih terheran heran, menariknya menuju tempat tujuan mereka yang tadi sempat tertunda.
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.