Notes

RANGKUMAN DETECTIVE G1

DETECTIVE CLASS 31/05/2016
Bagaimana cara mengetahui waktu kematian Mayat.

tanda-tanda yang memungkinkan bagi petugas forensik untuk mendeteksi waktu kematian mayat.
1. penurunan suhu tubuh atau yang disebut Algor Mortis. Mayat yang sudah meninggal maka metabolisme tubuhnya sudah berhenti,sehingga suhu tubuhnya akan mengalami penurunan. Kecepatan perubahan suhu tubuh setiap orang dapat berubah bergantung pada faktor-faktor lain seperti suhu lingkungan sekitar, kelembapan lingkungan, pergerakan udara, tingkat lemak dalam tubuh, dan lain-lain.
Faktor-faktor tersebut semakin lama akan semakin banyak dan mengacaukan waktu perkiraan meninggalnya mayat. Oleh karena itu metode ini hanya cocok bila mayat baru saja meninggal dalam waktu dekat.
contoh grafik Algor Mortis. pic.twitter.com/ICmciqtecR
2. pengerasan mayat atau Rigor Mortis yang terjadi akibat hilangnya adenosina trifosfat (ATP) dari otot-otot tubuh manusia.
ATP digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin pada otot sehingga otot dapat berelaksasi, dan hanya akan beregenerasi bila proses metabolisme terjadi, sehingga bila seseorang mengalami kematian, proses metabolismenya akan berhenti dan suplai ATP tidak akan terbentuk, sehingga tubuh perlahan-lahan akan menjadi kaku seiring menipisnya jumlah ATP pada otot.
Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam setelah kematian. Ada beberapa tahapan dalam proses kekakuan mayat. 3 sampai 4 jam pertama setelah kematian, kekakuan terjadi dibagian atas seperti kelopak mata, kepala, leher, dan rahang.
5 sampai 6 jam setelah kematian, kekakuan terjadi di bagian tengah seperti perut, badan dan tangan.
6 sampai 8 jam setelah kematian, kekakuan terjadi disekitar perut sampai kaki.
Setelah 12 jam mayat akan kaku secara keseluruhan, mayat akan bertahan pada kondisi ini selama 12 jam sampai 48 jam.
Setelah itu mayat akan kembali lemas.Namun begitu ada juga faktor-faktor yang dapat mengganggu laju rigor mortis ini yaitu suhu tubuh, volume otot dan suhu lingkungan.

3. pengendapan darah atau Livor Mortis adalah salah satu tanda kematian, yaitu mengendapnya darah ke bagian bawah tubuh, menyebabkan warna merah-ungu di kulit. Hal ini dikarenakan jantung tidak lagi memompa darah, sel darah merah yang berat mengendap di bawah tubuh karena gravitasi bumi. Livor Mortis ini biasanya terjadi 20 menit hingga 3 jam setelah kematian.

Rangkuman Kelas Detective 7/6/2016

Cara Mengetahui Waktu Kematian Korban Berdasarkan Sistem Pencernaan Korban
Organ dalam sistem pencernaan terdiri dari mulut, gigi, kerongkongan, lambung, usus besar, usus kecil, dll. Yang berarti makanan membutuhkan proses untuk sampai ke lambung bahkan sampai dibuang melalui anus. Dan hal ini memiliki tahapan-tahapanya tersendiri. Setiap tahapan juga memiliki waktu tempuhnya masing-masing, sehingga hal ini bisa digunakan untuk medeteksi perkiraan kematian oleh petugas forensik. Tahapan-tahapannya sendiri adalah sebagai berikut:
1. Makanan dikunyah lalu masuk kerongkongan hingga lambung dalam hitungan detik.
2. Makanan dari lambung menuju usus kecil membutuhkan waktu 3 jam
3. Dari Usus kecil ke usus besar terjadi 6 jam setelah makan.
4. Usus kecil benar-benar bersih dari makanan 8 jam setelah makan.
Tetapi metode ini masih memiliki faktor pengganggu, yang diantaranya adalah penyakit, asupan cairan, rasa takut, atau asupan obat.

>Dengan metode ini kita bisa tahu perkiraan waktu kematian korban dari posisi makanan di tubuh korban, bila kita paham jalur-jalur sistem pencernaan dan waktunya, namun kita juga perlu tahu riwayat korban, apakah ia mengkonsumsi obat-obatan atau yang lainnya sebagai antisipasi dari faktor pengganggu.
>Konsumsi obat dapat menjadi faktor pengganggu karena ada obat yang bersifat lama untuk dicerna dan ada juga yang cepat, belum lagi bahan baku obat itu yang bisa membuat organ pencernaan perlu bekerja lebih, sehingga dapat mengganggu proses autopsi.
>Sedangkan rasa takut dapat mengganggu karena berkaitan dengan hormon manusia. Misalnya dalam keadaan takut, apakah kita memiliki nafsu makan atau ingin memakan sesuatu? Hal tersebut dikendalikan oleh hormon yang kemudian mempengaruhi kondisi kita, termasuk kondisi pecernaan kita.