Notes

Dirinya, dan hatinya sudah lelah dan capek dengan tugas yang membuatnya lembur tiap malam di usia dini. Ini baru hari kedua loh. Penyiksaan mental tiada akhir ini masih akan berlangsung sekitar 5 hari lagi. Sungguh, bukan awal yang baik bagi seseorang yang jarang merenggangkan otot dan tiap harinya hanya menerima 'lemon' yang diberikan kehidupan. Mendecak lidahnya pelan, bocah bermanik kucing segera mengecek daftar tugas berikutnya.

"Eh? Tugas praktek?"

Memicingkan matanya, ragu. Sejauh ini hanyalah tumpukan kertas sajalah yang ada di meja belajarnya. Dan rasa pegal di tangan yang menghantui tidurnya., walau hari ini untuk pertama kalinya dia mendapat kelas praktek terbang. Tapi yah-- bukan hal yang ingin dia bicarakan, pastinya.

"O..ke."

Praktek dimulai dari membaca note penjelasan yang sudah ditinggalkan oleh guru tercinta dengan seksama, dan sebisa mungkin teliti, karena segala ditempat ini merupakan pengalaman pertama untuknya. Kata per kata, kalimat per kalimat, paragraf per paragraf, diarunginya dengan perasaan kantuk yang menjadi jadi. Masuk kedalam memori dan tertutup rapat, tak bisa dibuka lagi. Seperti itulah.

"Sip!"

Menutup note dengan mantap. Oke, gangerti apa apa. Tapi sudahlah, segera dirogohnya sebuah tangkai-- tongkat sihir dari dalam jubahnya dan mulai melirik-lirik sekitar. Menemukan seekor cicak. Dapat. Seringai ganas.

"Tadi-- uh--"

Mengecek kertas notenya sekali lagi.

"Ah, vera vero!"

Ketuk tongkat sihir tiga kali. Namun tak terjadi apa apa. Aneh. Cicaknya kabur.

"Ah-- sial--"

Baca kertasnya lagi dibagian bagian mantra lalu menepuk kenignya. Yha, masalah klasik. Salah mantra. Mari coba lagi. Ada tikus disana, dor--
Ketuk tongkat sihir 3 kali ke tikus tersebut dan dengan lantang berkata--

"Vera verto!"

*POOF* bersamaan dengan kristal putih, keberadaan tikus digantikan dengan piala air.