Notes

Nama: Kazumi Ando
Asrama: Gryffindor
Keterangan: Tugas Transfigurasi

Self-plot, start!
.
.
.
"Buku ada, peralatan menulis lengkap, seragam rapi. Oke, semua sudah beres." Gumam seorang Kazumi Ando, salah satu murid perempuan di sekolah sihir tersohor, Hogwarts. Waktu telah menunjukkan pukul 20:55 dan itu berarti jika berdasarkan jadwal, pelajaran Transfigurasi akan segera di mulai dalam waktu 5 menit. Si pemilik surai merah muda itupun melangkah keluar dari asramanya.

---
Berjalan di koridor sekolah sendirian memang terasa berbeda. Di tambah kebanyakan para murid telah masuk ke kelasnya masing-masing. Semakin lama, koridor terasa semakin sepi. Terutama saat hampir mendekati ruangan kelas Transfigurasi.

'Ciit, ciit'

Kazumi tersentak pelan dan refleks langsung menoleh ke sumber suara, hanya untuk menemukan seekor tikus. "Astaga, bikin kaget saja." Ia tertawa canggung sebelum melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas.

---
Kedua kelopak mata sang murid Gryffindor ini mengerjap beberapa kali setelah mendengar pengumuman yang baru saja diucapkan Prefect asramanya.

"Profesor tidak dapat hadir?" Pertanyaan itu lolos dari bibir sang gadis. Anggukan yang ia dapat, beserta penjelasan lengkap mengenai tugas dari sang Profesor. Tanpa basa-basi lagi, ia langsung menulis apa saja yang diperintahkan dalam catatannya.

"Hm.. mengubah objek bernyawa menjadi benda mati.. ya?" Sang gadis menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia pernah membaca beberapa buku tentang transfigurasi sebelumnya, dan bisa dikatakan hal tersebut beresiko, namun tidak terlalu rumit seperti mengubah benda tidak bernyawa menjadi hidup. Tapi bukan itu yang menjadi permasalahannya sekarang, di mana ia dapat menemukan hewan yang akan ia ubah?

Kazumi melirik sekitarnya, rata-rata murid Gryffindor lain sudah keluar untuk melakukan percobaan tersebut, baik sendiri maupun berdua. Sang penyandang marga Ando itu kembali melihat catatan tugasnya seraya mengetuk-ngetukkan pena bulunya di meja. Matanya terpejam untuk berpikir di mana tempat yang paling tepat untuk menemukan— paling tidak, serangga atau tikus.

Sepersekian detik kemudian, orb biru langit itu kembali menampakkan diri dan terlihat berapi-api. "Itu dia!" Serunya sebelum berlari keluar kelas, menghasilkan tatapan aneh dari teman-temannya yang tersisa.

---
Seekor tikus kini sudah berada di tangan, dan tongkat sihir juga sudah berada di genggaman. Kini sang gadis tinggal melakukan praktek. Kazumi mengambil nafas dalam-dalam, ia tidak boleh mengacau kali ini. Selain karena dapat menyebabkan kematian pada mahkluk kecil itu, ia juga bisa kehilangan hewan sebagai objek transfigurasinya. Ia meletakkan tikus yang tadi ia dapatkan dengan susah payah di meja. Ia mengelus mahkluk omnivora itu lembut, berusaha membuat si tikus diam.

"Jangan kabur ya.." Dengan ajaibnya, si tikus bisa diajak kerja sama. Gadis itu menatap hewan mamalia itu sebentar, sedikit terlihat rasa bersalah di mata nya. Helaan napas pelan dapat terdengar sebelum menggeleng singkat. Ia harus fokus sekarang. Perlahan tangannya terangkat, gerakan terhenti sejenak di udara sebelum kembali bergerak dengan mengetuk tongkat sihirnya sebanyak tiga kali pada objek. "Vair-ah VER-toh."

Kedua bola matanya melihat sang tikus dengan intens. Perubahan terjadi, namun tidak seperti yang ia harapkan. Seharusnya tikus itu sudah berubah menjadi piala air atau cangkir, namun yang ia dapati sekarang adalah piala air dengan kaki-kaki tikus.

Kazumi menatap mahkluk itu sambil mengernyit, peluh imajiner pun mulai bermunculan. Apa dia telah melakukan kesalahan? Gadis itu mengacak rambutnya kemudian menggigit ibu jarinya, hal yang biasa ia lakukan ketika berpikir.

Jangan-jangan ia salah merapal mantra. Pemikiran itu muncul di kepalanya setelah berdiam diri selama dua menit.

"Pasti itu.. Reparifarge." Ucapnya sambil mengayunkan tongkat, mengembalikan piala air setengah gagal itu menjadi tikus kembali. Bersyukur ia sudah membaca buku pedoman transfigurasi karya Emeric Switch sebelum masuk sekolah.

"Ingat vair-uh VAIR-toh, bukan vair-ah VER-toh. Vair-uh VAIR-toh." Gumamnya, berlatih mengucapkan mantra transfigurasi itu. Setelah di rasa cukup sang gadis kembali mengetukkan tongkatnya pada tikus tiga kali. "Vair-uh VAIR-toh!"

Perlahan, wujud hewan berkaki empat itu berubah hingga menyerupai piala air yang sesungguhnya. Senyuman lega terbentuk di bibir sang gadis, di ambilnya piala tersebut dan semua barang-barangnya. Kini saatnya ia kembali ke asrama dan menulis essay yang akan ia kumpul besok.

-end-