Notes

Akagawa Jiro— salah satu dari banyaknya manusia yang beruntung di dunia ini. Jiro dilahirkan sebagai anak kedua dari salah satu keluarga konglomerat di Jepang— ayahnya, Akagawa Ryouta, merupakan pemilik sekaligus pemimpin Akagawa Corp. yang berpusat di Tokyo, Jepang. Sejak kecil Jiro dan kakaknya selalu disanjung dengan harta melimpah, membuat keduanya menjadi anak yang manja.

Seiring berjalannya waktu, perusahaan yang dibina ayahnya selama 20 tahun lebih itu mengalami masa tumbang— dan dalam hitungan bulan keluarganya diharuskan berpisah agar selamat dari hutang piutang. Ayah dan ibu Jiro memutuskan untuk menetap di Osaka bersama keluarga besar sang ibu. Sedangkan Jiro dan sang kakak? keduanya mengungsi di sebuah panti asuhan yang terletak di Fukuoka, kota kelahirannya.

Beberapa tahun setelah musibah itu, Jiro dan kakaknya mengalami masa pubertas yang sulit. Akibat kejadian itu, keduanya terkenal sebagai trouble maker di panti— sampai akhirnya panti itu tidak sanggup menampung sang kakak beradik dan memutuskan untuk mengusirnya.

Ironis, memang.

Mengalami banyak hal sulit, tidak membuat Akagawa bersaudara menyerah. Keduanya memutuskan untuk merantau ke Osaka untuk mencari orang tuanya yang telah berpisah kian tahun. Hidup menjadi lebih kejam ketika keduanya mengetahui bahwa orang tua mereka telah dibunuh. Dibunuh oleh saudaranya sendiri, saudara ibunya— dan hal keji itu terjadi selang beberapa hari setelah ayah dan ibunya sampai di Osaka.

Itu berarti, 10 tahun sudah lamanya.

Jiro baru mengetahui hal ini sekarang, ketika ia sudah menjadi dewasa. 10 tahun waktu yang ia habiskan hanya bersenang-senang, 10 tahun pula kematian orang tua nya tidak diketahui siapapun terkecuali si pembunuh. Merasa tidak berguna? tentu saja— ingin sekali rasanya terlahir kembali di dunia ini. Sayangnya, itu semua hanya lah impian yang tidak akan menjadi nyata.

Jiro memutuskan untuk berpisah dari kakaknya— ya, setidaknya untuk beberapa tahun. Ia ingin mengasingkan diri, masih membutuhkan waktu untuk menerima kenyataan. Sedangkan kakaknya— Akagawa Ken? Entah dimana. Jiro berpisah secara sepihak, dalam artian, ia kabur saat itu, saat berumur 18 tahun.

Dan sejak saat itu lah ia tidak pernah bertemu kakaknya lagi. Menurutnya akan lebih baik ia tidak mempunyai keluarga, agar tidak merasa sakit lagi saat kehilangan seseorang. Bertahun-tahun, Jiro berkelana— ia mulai mencari nafkah dengan berbagai cara, menemukan identitas sebenarnya. Maka dengan ini, Jiro bisa merasakan kesenangan yang dirasakan saudaranya beberapa tahun silam, sebagai pembunuh.

Pembunuh bayaran.

Sudah cukup banyak korban yang tertanda atas namanya, dan mungkin, akan lebih banyak lagi. Terus mengacau berbagai tempat, kini Jiro memutuskan untuk bertransmigrasi di Fouxta City, Kyoto, Jepang. Satu-satunya alasan kuat Jiro menetap, agar identitasnya tidak terbongkar.