Notes

Seijūrō Akashi(@AMG_Akashi)
#HE5Slytherin — Divination/Selfplot

Di satu sisi bangunan sekolah Hogwarts yang megah dan besar, lebih tepatnya, asrama Slytherin, terdapat seorang anak bernama Seijūrō Akashi.

Malam hari, rembulan sedang terang-terangnya menyinari sudut bumi ini, bersamaan dengan lusinan bintang yang berada di sekitar rembulan tersebut.

Akashi sedang berada di dalam kamarnya, terkunci rapat layaknya seorang narapidana dalam penjara. Jendela besar di kamarnya pun terbuka lebar, membiarkan secercah sinar rembulan masuk dan menyinari kamarnya ini.

Dirinya sedang berkutat dengan persiapan melakukan tugas, tugas dari kelas Divination. Akashi pun sudah menyiapkan beberapa bahan khusus untuk melaksanakan tugasnya, benang, cermin dan sebuah kuali berisi air yang terletak di atas meja dekat jendela tersebut. Tidak lupa, sebuah dupa khusus yang biasa digunakan untuk ritual-ritual penting.

Lantas, Akashi segera melaksanakan tahap-tahap yang sudah tercam di dalam pikirannya. Ya, perkataan lantang dan tegas dari professornya tentang materi kelas ini dengan jelas diingatnya.

Perlahan, Akashi pun mengikat benang tersebut pada pegangan cermin yang cukup besar tersebut untuk menggantungkan cermin tersebut. Sekarang, Ia dapat melihat refleksi dirinya terpantul di depan cermin dan sinar rembulan di permukaan air.

"Turunkan cermin? Harus hati-hati."

Gumamnya dengan suara nyaris tidak terdengar seraya menurunkan cerminnya dari posisi awalnya. Detik demi detik, Inchi demi Inchi, dengan perhitungan akurat. Tinggal beberapa inchi jarak cermin dengan permukaan air tersebut.

Akashi menghela napas panjang sebelum menaruh dupa di sebelah kuali tersebut. Lalu, Ia mengambil tongkatnya dan mengarahkannya pada dupa tersebut.

"Incendio!"

Yak. Api pun muncul dan membakar dupa tersebut secara perlahan. Lantas, Akashi segera membacakan beberapa doa/kalimat dalam bahasa Romawi dan Yunani. Suaranya cukup lantang dan menggema dalam ruangan kecil tersebut.

Beberapa detik kemudian, Akashi mendongakkan kepalanya. Atensinya pun teralih menuju cermin. Refleksi dari dirinya yang awalnya jernih pun perlahan berubah menjadi menyeramkan. Akashi mengambil beberapa langkah mundur ke belakang,

"Kematian akan datang. Oh, di hari terakhir. Huh?"

Gumammnya seraya menutup jendela besar tersebut sebelum merapikan seluruh perabotan yang Ia pakai. Setidaknya, Akashi berhasil mengerjakan tugas ini.