Notes

Keadilan Nenek Asyani [PAKAR EKONOMI]
Diketahui :
*Nenek yang hidup sendiri di Jatibanteng, Situbondo.
(Bersama tiga orang lainnya, Ruslan, menantunya yang membantu mengangkat kayu; Abdussalam, sopir mobil pengangkut kayu; dan Cipto, tukang kayu; mereka ditahan sejak Desember 2014. Kasusnya disidangkan di Pengadilan Negeri Situbondo. Hari Senin ini sidang dilanjutkan dengan putusan sela. Bukan sekali ini, pernah terjadi pencuri sandal jepit divonis masuk bui.)
*Enam tahun lalu, suaminya—sudah meninggal—menebang pohon jati di lahannya sendiri. Pekarangan dijual. Juli 2014, Perhutani kehilangan kayu, mengklaim 38 sirap kayu itu milik Perhutani. Persoalan muncul ketika Asyani membawanya ke tukang kayu untuk dibikin kursi. Karena Asyani tidak bisa membuktikan tanda keabsahan kayu, dia bersama tiga orang lainnya ditahan.
*untuk membiayai kehidupan sehari-hari Nenek Asyani hanya bergantung dari penghasilannya menjadi tukang pijat yang dirasa keluarga besarnya tak seberapa. Belum lagi, ke 4 orang anaknya yang juga berpenghasilan pas-pasan tak juga mampu mengubah kehidupan ekonomi sang nenek menjadi lebih baik.
*Anak nenek yang ke 3 ini saja hanya mampu meraih penghasilan dari berjualan sayur.
*Nenek Asyani terkena denda sebesar RP 500 juta akibat vonis pengadilan.
*Nana Mintarti, Direktur Pengembangan Sosial Dompet Dhuafa, memberikan santunan senilai Rp 5juta kepada Nenek Asyani.
*mendapat banyak pertolongan, salah satunya dari Dompet Dhuafa. penggalangan dana yang dilakukan Dompet Dhuafa dalam gerakan “Koin Nenek Asyani".
*bantuan yang diberikan Dompet Dhuafa, diharapkan mampu membiayai kehidupan nenek Asyani beserta keluarga.