Notes

Senyuman tipis terpatri pada bibir Ichirou, setelah mendengar jawaban yang diberikan oleh gadis tersebut. Memang tidak ada yang lebih baik, ketika seseorang dapat memahami apa yang kau inginkan. Bukan karena dia merasa terganggu akan sang gadis yang menangis, melainkan pandangan-pandangan yang diberikan. Namun kemudian, dia harus merasakan kalau lengannya digandeng oleh gadis tersebut. Apakah... gadis tersebut juga merasa bahwa dia merepotkan?

"B-Baiklah." Ichirou pun tidak memberikan protes akan apa yang barusan dikatakan oleh sang gadis. Lagipula, digandeng oleh seorang gadis rasanya berbeda dari digandeng oleh seorang pria.

Kemudian, Ichirou melangkahkan kakinya lebih dahulu agar keduanya keluar dari dalam toko ini. Dan masalah langkah selanjutnya, dia akan menyerahkan semuanya kepada sang gadis. Namun, ketika keduanya baru saja berada di depan pintu, kedua orang pria yang memiliki tinggi sama dengannya telah berdiri dengan tampang cemas bercampur kesal.

"Seharusnya aku membawa tali saja kalau borgol tidak diperlukan." Ucap Saigo, dengan tatapan memicing beserta kedua lengan yang disilangkan pada dada.

"Seharusnya aku membawa tali anjing yang sudah kusiapkan untukmu." Tambah Jirou, dengan raut wajah tenang.

Perempatan muncul pada pipi Ichirou setelah mendengar apa yang dikatakan oleh kedua saudaranya. Kemudian, ringisan pelan terlepas dari sela bibirnya.

"Aku tidak mau pulang dengan kalian! Aku akan pulang dengan Alice-san saja." Ucap Ichirou, lalu dia menarik sang gadis untuk menjauh dari mereka berdua. Ini adalah kali pertama dia berkata seperti barusan kepada Saigo.

Kedua kelopak mata Saigo melebar setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Ichirou, ekspresi sebelumnya pun luntuh dan kini tubuhnya berbalik untuk mengejar kakak sulungnya itu. Dia mana bisa diabaikan seperti barusan.

"Ichirou-aniki! Ichirou-aniki!" Seru Saigo berulang kali; tidak perduli akan orang-orang yang terkejut.

Jirou sendiri hanya mengukir seringaian kecil. Lalu berbalik badan untuk mengejar mereka semua.