Notes

[ Opulent ; Current Time ]

Langkah gadis itu terlihat tidak terburu-buru, juga tidak santai. Gaby melangkahkan kakinya seperti biasa dirinya melangkahkan kaki dirumahnya. Bukan langkah pelan dan tegas saat dirinya sedang bertugas, juga bukan langkah kaki cepat dan kuat saat ia sedang berlari menangkap jambret atau penjahat jalanan lainnya. Ini sudah empat jam setelah dirinya menapakan kakinya ditanah Opulent. Dan kini, ia sedang berada dikantor pusat imigrasi, untuk mengurus perihal kepindahannya ke kota ini. Tentu saja dengan menyamar. Orang diatasnya sudah mengaturnya sedemikian rupa. Gaby percaya orang itu juga memiliki kecerdasan yang sama dengan orang-orang bawahan- em Lord. Ya, Lord. Huh. Manusia macam apa dia hingga bisa menamai dirinya sendiri Lord? Apakah dia mau menyaingin Tuhan?
"Permisi. Dimana aku bisa menyerahkan ini?" Gaby mencoba bertanya pada salah seorang petugas, yang sepertinya seorang petugas security tentang kemana arah yang akan ia tuju untuk menyerahkan syarat-syarat kepindahan dirinya ke kota ini.
Seperti sudah tahu akan isi map berwarna coklat yang Gaby tunjukkan. Petugas security itu melangkah meninggalkan Gaby yang masih berdiam diri. Tak mau tertinggal dengan petugas itu, Gaby segera menggerakkan kedua tungkainya kembali mengekori petugas security itu

"Kau calon pendatang didistrik enam?" seorang perempuan, usianya sekitar- mungkin lebih muda dua atau satu tahu dari dirinya, perempuan yang mendata dirinya saat ini. Ya, petugaa tadi mengantarkan dirinya kemeja perempuan yang sekarang seperti memandang- entahlah tapi sepertinya itu membuat Gaby sedikit kesal.
"Ya. Aku adalah cucu dari salah seorang pemilik perternakan disana. Kenapa?" Gaby sedikit mengangkat dagunya saat berbicara. Perempuan itu tampak tak acuh, dia tidak meladeni perkataan Gaby lagi. Baguslah. Kalau tidak mungkin Gaby akan tertangkap karna tidak bisa menahan gejolak emosinya, melihat lirikan mata wanita jalang didepannya itu.
"Sudah. Terimakasih" Tanpa melihat kearah Gaby. Wanita itu mendorong map coklat milik Gaby dengan jari-jari tangannya yang memang cukup lentik. Dengan kasar juga, Gaby mengambil map miliknya dari meja si jalang itu, seraya bangkir berdiri, dan melangkah keluar.
Sembari melangkah, dalam hati Gaby merutuki dirinya sendiri, mengapa ia terlalu cepat emosi seperti tadi. Apakah karna pengaruh periodenya saat ini? Entahlah. Dengan cepat, Gaby keluar dari gedung imigrasi itu, dan menyetop taksi yang lewat dihadapannya.