Notes

Catatan Orang Tua :
Yonathan lahir pada tanggal 29 Desember 1996 dengan berat 4,4 kg. Beberapa hari setelah Yonathan lahir di RS Bersalin Theresia - Jambi, warna kulitnya terlihat kuning dan menurut dokter karena kadar bilirubinnya meningkat hingga 29. Dokter Anak memberikan penangan dengan terapi sinar selama 3 x 24 jam dan asupan ASI terus menerus. Setelah selesai menjalani terapi sinar, kadar bilirubinnya turun, dan diperbolehkan dibawa pulang ke rumah.
Masa-masa pertumbuhan selama 2 tahun pertama, semua kelihatan berjalan normal dan berat tubuhnya melebihi anak-anak yang seusianya. Kami mulai cemas ketika anak-anak seusianya mulai belajar berjalan, dia baru bisa berdiri dan selalu jatuh ketika mulai melangkah. Kadang dia merespon panggilan, kadang tidak, tapi kami tidak terlalu menganggapi dengan serius, karena ada anak-anak yang seperti itu kelakuannya. Walaupun pertumbuhan fisiknya sangat bagus, mirip actor cilik Boboho, tapi kami mulai kuatir, karena setiap kali belajar berjalan, dia selalu jatuh dan mengakibatkan lutut dan jidatnya biru dan benjol. Kadang sebagai orang tua kami risih ketika ada orang berkata sambil lalu, “Kenapa anak ini jidatnya benjol.”
Pada saat umur Yonathan 3 tahun, kami membawa dia untuk check up ke dokter spesialis pertumbuhan anak di Thomson Medical Centre - Singapura. Dokter kemudian merekomendasikan agar kami membawa Yonathan ke dokter spesialias telinga di Klinik khusus pendengaran, yang setelah melewati berbagai rangkaian pemeriksaan selama hampir 4 jam, dokter menyampaikan hasil pemeriksaannya, bahwa Yonathan mengalami masalah pendengaran yang sangat serius, karena dari tiga level gelombang suara yang bisa direspon hanya gelombang kedua aja. Dokter mengatakan Yonathan kecil harus memakai alat bantuan pendengaran. Awalnya kami shock juga, tapi kami meyakini bahwa Tuhan pasti punya rencana dan jalan keluar bagi kami sekeluarga. Kami setuju dengan saran dokter dan klinik itu secara khusus merancang bentuk dan jenis alat pendengaran baginya sesuai dengan hasil pemeriksaan medisnya. Semua biaya yang kami butuhkan ternyata sudah Tuhan sediakan melalui pemberian kasih dari orang-orang yang digerakkan Tuhan tanpa kami ketahui sebelumnya.
Setelah kembali ke Batam, kami mulai mengenakan alat bantu dengar pada Yonathan kecil. Setiap kali dikenakan, dia tertawa, lalu kemudian tangannya berupaya mencopot alat tersebut. Sesuai dengan saran dokter, kami terus berupaya agar dia dapat terbiasa dengan penggunaan alat bantu dengar, namun selalu saja ada kendala dia tak mau mengenakan alat bantu dengar tersebut, sehingga kami memutuskan untuk menyimpannya sambil terus menanti apa yang Tuhan ingin lakukan dalam hidupnya.
Masa-masa pertumbuhan Yonathan, menjadi sarana bagi kami untuk terus belajar tentang karya dan rencana Tuhan bagi umat-Nya. Masa-masa dia mulai belajar berjalan, berada di sekolah di luar pengawasan kami dan bagaimana dia belajar berbicara, menjadi masa di mana kami menyaksikan mujizat demi mujizat. Vonis dokter yang menyatakan dia tak bisa mendengar, ternyata sampai usia 17 tahun dia baru menyatakan kebutuhannya akan alat bantu dengar. Semuanya terjadi karena kami meyakini bahwa anak-anak adalah anugerah Tuhan yang akan menunjukkan bagaimana kasih karunia Allah akan selalu lebih dari cukup bagi umat-Nya untuk memampukan kita menjalani panggilan hidup dari-Nya.