Notes

Incheon, 4 January 2011

Sepi. Bahkan daun yang perlahan gugur dari batangnya dan tertarik gravitasi ke tanah pun terasa amat menyita perhatianku. Namun aku sama sekali tak terusik, hati kecilku terus berkata aku tak boleh menyerah dan pergi dari sini.

Kedua bola mataku tak henti menatap sebuah rumah sederhana yang terletak tepat di seberang jalan dimana aku duduk. Tak kurasakan sama sekali tanda kehidupan disana. Aku tahu persis hal itu. Aku tahu persis bahwa hal yang kutunggu, apapun itu, tak akan pernah datang lagi.

1 jam… 2 jam… 3 jam…. Langit sore yang tadinya cerah mulai m

enampakkan semburat keunguan yang dalam sekejap berubah menjadi gelap. Tidak baik bagi gadis berusia 14 tahun sepertiku untuk terus berada disini. Maka, dengan langkah yang berat, kuangkat badanku dari tumpuan duduk tersebut dan berlahan berjalan pulang menuju rumahku, yang hanya berjarak 50m dari sana.

--

Seoul, 8 January 2017

Seo Jihye. Seorang gadis yang tahun ini akan genap berusia 20 tahun. Tentunya sudah menginjak umur yang cukup dewasa untuk menentukan segala sesuatu dalam hidupnya, menentukan masa depannya.

Kehidupannya berawal tentu saja dari pernikahan kedua orang tuanya. Seo Minjae, ayahnya, merupakan seorang kontraktor sipil ternama di kota kelahirannya, Incheon. Sedangkan ibunya, Park Seohee, adalah seorang ibu rumah tangga biasa, meskipun sebelum menikah ia bekerja sebagai seorang pengacara.

Jihye sendiri mempunyai seorang kakak laki-laki yang 3 tahun lebih tua darinya, namanya Seo Daeyeol. Saat ini Daeyeol sedang berkuliah di Seoul National University, dengan jurusan hukum untuk melanjutkan cita-cita ibunya. Dirinya sendiri, masih seorang murid di SOPA. Meski begitu ia senang kedua orangtuanya tak pernah membandingkan dirinya dengan kakaknya tersebut. Jihye memiliki kemampuan alami untuk mencerna pelajaran dengan baik. Tak pernah ada masalah dengan nilainya meskipun sang gadis jarang menyentuh semua buku pelajarannya.

Hidupnya selalu sempurna, dikarenakan latar belakang pekerjaan ayahnya yang mampu menopang seluruh kebutuhan serta kemauannya. Oleh karena itulah, Jihye tumbuh menjadi anak yang manja dan suka meremehkan orang lain. Sudah berkali-kali ayah, ibu, maupun kakaknya berusaha mengubah sifat buruknya itu. Namun semuanya percuma, terutama ditambah dengan kejadian buruk yang menimpanya saat usianya berumur 12 tahun.

Jihye kecil sangat menyukai bermain bersama dengan seorang anak laki-laki yang sebaya dengannya, namanya Jeon Daehyun. Setiap harinya, mereka bermain bersama entah dirumah Jihye maupun Daehyun, dari pulang sekolah hingga sore hari. Masih terekam kuat dalam memorinya, sering sekali kakaknya Daeyeol menggendongnya paksa untuk pulang kerumah pada sore hari.

Namun suatu hari, kenyataan pahit menggoncang hidupnya begitu saja, tanpa peringatan apapun. Saat itu ia dan Daehyun berumur 12 tahun, dan mereka masih melanjutkan pertemanan mereka yang semakin dalam. Jihye seperti biasa tengah berjalan pulang dari sekolah dan langsung menuju ke rumah Daehyun. Mereka memiliki janji hari itu, Daehyun sudah memaksanya datang jauh-jauh hari, entah kenapa. Dengan perasaan yang tak sabar Jihye pun mendatangi rumah itu. Namun yang ia temukan hanyalah sebuah rumah kosong yang seperti sudah ditinggalkan penghuninya. Aneh sekali, padahal baru kemarin ia kesana dan rumah itu masih baik-baik saja.

Jihye tak ingin larut dalam kesedihan, ia terus menunggu kedatangan sahabatnya kembali. Tidak mungkin ia meninggalkannya begitu saja. Hari demi hari, bulan demi bulan, minggu demi minggu. Daehyun tak kunjung kembali. Intensitas Jihye datang mengunjungi rumahnya dan menunggu pun semakin berkurang. Gadis itu hanya melakukannya seminggu sekali, masih berharap akan kembalinya sahabatnya tersebut.

Hingga akhirnya pada pergantian musim gugur ke musim dingin tahun 2012, 4 tahun silam. Seperti biasa sang gadis duduk pada suatu bangku di seberang rumah tersebut, menggantung asa bahwa Daehyun akan kembali. Namun seperti biasa pula, tak ada apapun. Jihye berjalan gontai menuju rumah dan kamarnya. Saking rindunya, ia membuka kembali sebuah kotak yang menyimpan beberapa barang berharganya. Tentu saja, beberapa barang tersebut berkaitan dengan Daehyun.

Pandangannya tertuju pada suatu flashdisk berwarna biru muda dengan sebuah gantungan hello kitty disana. Jihye ingat betul, itu pemberian dari Daehyun, seminggu sebelum ia menghilang. Sampai sekarang gadis itu belum membukanya, ia takut tak kuasa menahan rasa rindunya.

Sampai akhirnya Jihye memberanikan diri menontonnya. Betapa kagetnya dia bahwa isi flashdisk tersebut merupakan beberapa video dengan Daehyun sebagai tokoh utamanya. Sahabatnya itu terlihat sedang melakukan dance dengan berbagai gerakan dan terus menyeringaikan senyumnya ke arah kamera.

Alasan kecil itulah yang membuat Jihye memulai untuk belajar dance pada usianya yang ke 14 tahun. Bukan alasan kecil sebenarnya, karena hal itulah yang merubah hidupnya hingga sekarang. Ayah dan ibunya mengetahui hal itu, termasuk kakaknya. Malahan sang ibu memasukkan Jihye ke dalam klub vocal untuk semakin menambah kemampuannya. Mungkin bagi mereka, ini akan dapat mengubah sifat buruk Jihye. Namun bagi Jihye, hal ini hanyalah sebuah pelarian dari kesedihannya, dan ia sama sekali tak berpikir bahwa hal itu akan merubah hidupnya.

-

Usia Jihye telah menginjak 18 tahun sekarang. Selain belajar, waktu luangnya digunakan untuk berlatih dance dan juga olah vocalnya. Terutama setelah kepindahan orangtuanya ke Seoul 3 tahun yang lalu, membuatnya mau tak mau harus meninggalkan semua kenangan di Incheon dan memulai hidup baru disini.

Perlahan namun pasti, jalan menuju masa depannya makin terlihat. Mungkin suatu saat nanti ia bisa masuk ke salah satu agency entertainment, menjadi terkenal, dan mungkin dengan cara itu ia dapat bertemu kembali dengan teman masa kecilnya? Siapa yang tahu.

HS Entertainment adalah salah satu jalannya.