NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

Episode 5

* Scene 1

[Seo Haejoon]

Untuk kesekian kalinya pada malam itu, Haejoon memutar posisi tidurnya dan menghasilkan suara samar yang ia yakin tak akan mampu membangunkan teman-teman sekamarnya.

Mereka berlatih dari pagi hingga malam tanpa henti, para bocah itu pasti akan memanfaatkan waktu tidur mereka dengan sebaik mungkin.

Dan Seo Haejoon bahkan tak bisa memejamkan matanya disini.

Perkataan sang atasan masih berlari-lari membuat riuh di kepalanya. Dan bukan berarti juga Haejoon bisa melupakan pemikiran itu tanpa beban. Ia pasti akan ditagihi jawaban setiap harinya.

Atau mungkin setiap jam.

Atau menit.

Atau detik.

Terserahlah.

Sang adam mengerang dan akhirnya menarik selimutnya hingga menutup seluruh tubuhnya, sekali lagi mencoba untuk memejamkan matanya dan menghanyutkan diri ke alam mimpi.

'Sret'

Dengan gerakan cepat, Haejoon kembali menyibakkan selimutnya hingga hanya menutupi ujung kaki hingga dadanya. Pemuda itu menghembuskan nafasnya sambil menatap ke langit-langit kamar tersebut. Mungkin ia tak bisa menyimpannya sendiri; mungkin ia butuh orang lain. Bukan untuk meminta saran, tapi hanya untuk melonggarkan pikirannya.

Lelaki bersurai legam itu akhirnya melirik ke arah ponselnya dengan agak ragu, apakah orang itu masih terbangun saat ini? kesempatannya kecil sekali. Tapi hanya ada satu orang yang bisa ia percaya kalau sudah begini.

[Park Seojung ]

“Kenapa presdir jadi seenaknya begitu, sih?”

Suara bening Seojung menyalip nyanyian binatang malam; penuh kekesalan, sekaligus mengandung ketidakpahaman.

Di depannya, ada lelaki yang barangkali tengah bingung atas respon gadis manis itu yang mencak-mencak usai mendengar keluh kesah sang adam. Bahkan, Seojung tampak acuh pada pakaian tidurnya yang tak sempat ia ganti sehingga hanya dilapisi cardigan tipis dengan warna favoritnya, mocca.

Belasan menit lalu, gadis penyandang marga Korea Park itu dibuat terlalu khawatir sehingga /sesaat/ lupa segalanya. Isi pesan yang dikirim Haejoon, entah mengapa memicunya lekas melesat ke tempat yang dituliskan lelaki itu karena tahu Haejoon sedang perlu teman bicara; tempat yang sama dengan saat mereka pertama kali bertemu, beberapa bulan lalu.

… Dan sekarang, mendengar tuturan lengkap Haejoon, membuat Seojung yang sudah kenal dekat dengan lelaki itu merasa berhak marah—untuk tindakan Presdir Hero Entertainment yang dirasanya semena-mena.

Bagaimana bisa Presdir merekrut Haejoon tiba-tiba ke dalam grup yang sedang dirundung masalah karena skandal salah satu membernya? Lebih kejam lagi, tepat saat Haejoon sedang bersinar oleh bakat yang dimilikinya.

[Seo Haejoon]

Haejoon menengok ke arah Seojung ketika gadis itu mulai menyuarakan reaksinya terhadap ceritanya barusan. Bukannya menanggapi dengan serius, tapi Haejoon malah tertawa melihat gadis itu berbicara dengan penuh penekanan. Terlihat sangat lucu dan manis di mata Haejoon.

Bagi orang-orang bermata jeli, mereka pasti sudah dapat menemukan bahwa Haejoon sedang terpesona pada sosok gadis yang duduk di sebelahnya itu. Pemuda itu masih menatap sang gadis dengan cukup intens dan mengatupkan mulutnya. Semua beban yang sedari tadi memberatkan dirinya seakan hilang begitu saja. Sihir gadis bernama Park Seojung itu sangat luar biasa baginya. Haejoon menarik nafasnya dan menghembuskannya, terasa melegakan.

Seketika, Haejoon bisa melupakan tentang semua masalahnya untuk beberapa saat. Lelaki itu terkekeh dan dengan penuh pertimbangan mengangkat tangannya, menggerakkannya ke atas kepala sang gadis yang lebih muda darinya itu dan mengacak-acak rambutnya sambil terkekeh tanpa memberi sang gadis clue tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi di pikirannya.

Seo Haejoon kembali menarik nafasnya, merasakan udara malam yang tenang dalam-dalam. Ia lalu kembali membuang nafasnya dan akhirnya buka suara. "Lucu ya, malam ini aku merasakan dejavu," ujarnya tiba-tiba, jauh melenceng dari topik asli mereka.

Ya, momen ini memang membawanya terbang kembali ke saat pertama kali Haejoon secara tak sengaja bertemu dengan Seojung dan memberikannya nasihat sebagai seorang senior yang baik.

"Tapi entah mengapa, aku senang bisa bertemu denganmu." Haejoon sendiri mengalami shock di dalam dirinya, tak mengerti kenapa ia bisa mengucapkan hal-hal aneh seperti itu. Tapi ia membiarkannya mengalir, toh, ia benar-benar merasa senang bisa mengenal Seojung.

Pemuda itu menengok ke arah sosok hawa disebelahnya, "Aku punya kembang api, mau main sebentar?"

* Scene 2

[Kim Jinwoo]

[ 🎥 ]

Tak kunjung mendapatkan kabar dari sosok terkasih, Jinwoo gelisah tak karuan. Bermodalkan nekat dan niat ingin menemui Jinhee, pemuda ini pun melanggar peraturan untuk tidak pernah menginjakkan kaki di dorm perempuan agensinya. Masa bodoh dengan hukuman yang mungkin akan ia dapatkan lagi, yang terpenting saat ini adalah Son Jinhee.

Setibanya di sana, dengan memohon dan meminta bantuan beberapa pihak, alhasil Jinhee berhasil dibujuk untuk keluar dari kamar dan menemui Jinwoo. "Jinhee-ya...," ucap Jinwoo seraya melangkah mendekati tubuh gadisnya itu. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti kala ia mendapati perban yang melindungi pergelangan tangan Jinhee. Tangannya mengepal, tubuhnya bergetar. Jinwoo tak mampu menatap Jinhee karena ia tak ingin membayangkan alasan di balik apa yang baru saja ia lihat.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan, akhirnya Jinwoo kembali tersadar bahwa ia tidak boleh membuang-buang waktu lebih lama lagi. Tanpa mempedulikan sekitar, ia memberanikan diri untuk menarik Jinhee ke dalam dekapannya untuk ia peluk erat. "Dengarkan aku sebentar, aku mohon," pintanya dengan suara lirih kepada sosok yang teramat ia rindukan. "Aku hanya ingin melihat keadaanmu sekarang, walau aku tahu kau pasti tidak baik-baik saja. Maaf. Maafkan aku atas apa yang terjadi. Maaf sudah melibatkanmu. Maaf membuatmu mendapatkan semua caci maki yang seharusnya dilayangkan untukku. Aku tahu, pasti sulit untuk memaafkanku. Karena itu, aku...."

Jinwoo menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan seraya melepaskan Jinhee dari pelukannya. "Aku akan melepaskanmu. Kamu boleh menganggapku tak ada setelah ini," ucapnya, dengan sebuah ukiran senyuman yang ia paksakan. "Aku menyayangimu. Aku menyayangimu, Son Jinhee."

* Scene 3

[Han Yumi]

[🎥]

"Aaaaaah!"

Teriakan dari si gadis Han terdengar lantang di sisi jalur pejalan kaki, menarik perhatian dari hiruk-pikuk manusia yang tengah mengayunkan tungkai. Beberapa pasang netra mulai menatap aneh, membuat Yumi menyadari posisinya dan berakhir dengan membisikkan lembut kata maaf.

Hari ini Han Yumi akan berkunjung menemui seseorang di Hero Entertainment, sembari menunjukkan hasil dari audisi pertama. Tentu, Yumi ingin memamerkan hasil kerja kerasnya pada seorang Goo Sanghyuk.

Sang dara melipat kertas yang memancing teriakannya tadi, menghela napas dalam sebelum mengembalikan si benda kedalam saku. Tak sesuai perkiraan, kata "gagal" lah yang tercetak pada lembar pengumuman.

"Tak apa, Han Yumi! Masih ada hari esok. Semangat!!!" ucapnya lantang seraya tertawa kecil, tak peduli bahwa pejalan kaki lain ikut tertawa karena ulahnya.

Sejak meninggalkan agensi Ayah, Yumi belajar lebih giat. Bukan hanya berkutat pada latihan, ia pun belajar bagaimana kehidupan berjalan.
Tak semua hal dapat mengalir
sesuai keinginanmu, ada kalanya akan terjatuh walau segala usaha telah dikerahkan. Karena itu, manusia tak mungkin hidup dan menanggung segala beban seorang diri. Kini Yumi mencoba lebih percaya pada orang di sekitar, dan hal itu membuat auranya tampak lebih ceria. Memang tak semua orang yang ditemui bersikap baik, tetapi apa salahnya mencoba membuka diri? Memang beginilah hidup sebenarnya, bukan?

Langkah tungkai Yumi sempat terhenti tatkala netranya menangkap sosok gedung kebanggaan Ayahnya, Hero Entertainment. Sebuah senyuman lantas melambung di wajahnya, menggantikan rasa takut yang dahulu selalu melingkupinya.

"Itu Han Yumi kan? Mau apa ia datang kesini?"

Alih-alih melenggang dengan wajah dingin seperti yang dahulu selalu ia lakukan, Yumi kini tersenyum, membungkuk manis pada para rombongan gadis sebelum melanjutkan langkah tungkainya. Seorang staff yang ia temui mengira Yumi akan bertemu Pak Direktur, kemudian berkata bahwa beliau sedang ada di ruangan bersama trainee Sanghyuk.

"Ayah? Sedang apa bersama Sanghyuk?"

Tanpa berpikir panjang, Yumi bergegas menuju ruang kerja Direktur. Bukan Han Yumi namanya jika tak dipenuhi rasa ingin tahu yang berlebihan.

Dan begitulah, sang dara berakhir dengan pose penguntit, mengintip dari balik celah pintu yang sedikit ia buka.

"Ah?"

Netranya menatap potret yang tak biasa dari balik celah kecil. Kuasa milih Ayahnya tampak menyerahkan uang dengan jumlah tak sedikit kepada Sanghyuk. Si pemuda tampak sangat berterimakasih, beberapa kali membungkukkan figur ke arah Beliau

Yumi yang merasa ada hal tak beres segera memasuki ruang, kembali menutup pintu dengan cukup keras. Berbagai spekulasi muncul di benaknya kini, dan Han Yumi tak ingin pembicaraan yang mungkin terjadi akan terdengar oleh staff Hero.

"Ayah, kenapa memberikan uang pada Sanghyuk?"

[Goo Sanghyuk]

"… dan selanjutnya aku dapat uang dari ayahmuㅡ hey, kenapa kau cemberut begitu?"

Jari telunjuk Sanghyuk dengan jahil mencolek bibir ranum yang sedari tadi mengerucut dihadapannya itu.

Yumi juga sudah kurang lebih empat kali memukul dadanyaㅡ mengatakan bahwa dirinya jahat sepanjang penjelasannya.

Sebenarnya, teruna bermarga Goo tersebut cukup bingung. Apa salahnya dari pekerjaannya ini?

"Aku melindungimu, jadi aku dapat uang. Lalu salahnya dimana?" Nada penuh tanda tanya meliputi suaranya.

Tak membiarkan sang dara menjawab, Sanghyuk menyambung kalimatnya dengan cepat. "Aku senang dengan pekerjaan ini. Aku senang bisa bertemu denganmu. Aku senang sempat menjadi malaikat pelindung buatmu. Sejujurnya, aku berharap ini bisa lebih lama. Karna kurasa..."

Sanghyuk memberi jeda di perkataannya, sekedar untuk menghela nafas.

Detik selanjutnya, manik hitamnya menatap lurus manik indah sang dara. "Han Yumi, aku mulai menyukaimu."

* Scene 4

[Kim Jinwoo]

[ 🎥 ]

Rasa lega menyelimuti raga seorang Kim Jinwoo. Berpisah dari Jinhee memang menggoreskan luka di hatinya, tetapi apabila ia egois dan mempertahankan hubungan mereka justru ia akan menorehkan luka mendalam baik pada dirinya dan juga pada Jinhee. Ia tak ingin Jinhee kembali terluka, apalagi itu karenanya. Malam ini, langkahnya cukup ringan dan ia pun bertekad untuk kembali ke dorm BREAK dan menemui para hyongnya. "Saya pulang," serunya cukup ragu saat setelah ia masuk ke dalam dorm yang menampung sekelompok pemuda itu. Tepat dugaan, managernya masih berada di sana dan menyambut kedatangannya dengan wajah geram dan berkacak pinggang. "YA, KIM JINWOO!" Teriakkan itu berhasil membuat seisi dorm berkumpul di ruang depan, membuat Jinwoo salah tingkah dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Jinwoo pun melangkah maju mendekati leader hyong dan juga managernya, kedua tangannya menggenggam masing-masing pergelangan tangan mereka. "Hyong, aku minta maaf. Aku tahu aku salah tapi mohon biarkan aku memberikan penjelasan dulu baru kalian boleh marah sepuasnya," pintanya dengan sedikit memohon, hingga akhirnya dikabulkan dan Jinwoo pun mengutarakan seluruh alasannya tanpa terkecuali.

Keesokan harinya, dengan pakaian serba hitam yang disertai topi juga masker wajah, Jinwoo memberanikan diri untuk datang ke gedung agensinya guna menemui Seo Haejoon. Sebetulnya ... ia belum siap untuk menginjakkan kakinya lagi di sini, namun ia tidak ingin menunda lebih lama karena takut ia justru malah mengurungkan niatnya. Setelah tiba dan berkeliling cukup lama, keberadaan Seo Haejoon tak berhasil ia temukan. Tak habis pikir, Jinwoo pun mengirimkan pesan singkat yang meminta Haejoon hyong untuk menemuinya di ruang latihan dance yang kerap kali mereka tempati dulu. Dengan penuh harap, Jinwoo memasuki dan menunggu Haejoon di sana. Tak ada pesan balasan, namun tiba-tiba saja pintu ruang terbuka dan menunjukkan sosok yang ia tunggu.

"Hyong...," panggilnya dengan mengenyampingkan rasa gengsi. "Maaf mengganggumu, tapi saya ingin minta maaf," ucapnya langsung memasuki inti pembicaraan. Ia pun turut menjelaskan bahwa ia tahu penawaran yang diberikan Sir Jayzee sang CEO Hero Entertainment tentang Haejoon dan juga BREAK. Jinwoo dengan tegas mengungkapkan harapannya agar Haejoon menerima penawaran tersebut. "Saya tahu ini tidak mudah dan begitu tiba-tiba. Saya tidak akan memaksamu, hyong, tapi saya harap penawaran ini dapat dipikirkan baik-baik...."

[Seo Haejoon]

Haejoon berbohong jika berkata kalau ia tak terkejut akan kedatangan Jinwoo hari ini.

Bukan hanya karena kemunculannya, tapi juga karena topik apa yang dibawanya saat ini.

Seorang Kim Jinwoo meminta maaf, bahkan berujar dan bertingkah secara formal di depannya. Pemuda itu habis tenggelam di laut mana?

Namun Seo Haejoon masih bungkam, masih tak tahu harus memberi respon seperti apa. Di suatu sisi, Haejoon sangat ingin memaafkan Jinwoo dan kembali menjadi seperti dulu--maksudnya, hey, itu yang selalu Haejoon inginkan, bukan? Tapi disisi lain, Haejoon merasa tak seharusnya ia memberikan kata ampun secepat ini bagi sosok yang telah menyebabkan banyak hal buruk terjadi pada dirinya.

Haejoon bahkan tak menatap ke arah netra pemuda itu. Ia hanya menatap lurus ke depannya dengan air muka datar; menyembunyikan dilemma hebat yang sedang terjadi di dalam dirinya, antara harus memaafkan pemuda itu atau tidak. Hingga akhirnya omongan Jinwoo berbelok ke arah yang lain, membuat Haejoon diam-diam melirik ke arah Jinwoo dengan ekor matanya. Jinwoo tiba-tiba saja membicarakan penawaran mengejutkan oleh Sir Jayzee untuknya beberapa hari lalu; meninggalkan survival show dan bergabung dengan Break.

'Saya tahu ini tidak mudah dan begitu tiba-tiba. Saya tidak akan memaksamu, hyong, tapi saya harap penawaran ini dapat dipikirkan baik-baik....'

Tentu tidak.

Haejoon sudah mengecamkan pada dirinya untuk tak mengiyakan tawaran itu. Ia akan berjuang sampai akhir dan akan memenangkan survival show tersebut. Ia akan menunjukkan pada dunia bahwa ia bisa melawan orang-orang itu dan menjadi sukses. Pria itu hanya memanfaatkan kepopuleran sesaatnya, dan bahkan Haejoon tak bisa menjamin apakah ia akan tetap bersikap sebaik itu jika Haejoon sudah berhasil mengangkat nama BREAK.

Dengan jawaban yang sudah berada di ujung lidah, Haejoon berdiri dan menengok ke arah Jinwoo, sudah siap untuk mengatakan tidak hingga ia melihat wajah lelaki itu.

Dirinya goyah.

Setumpuk kenangan akan masa lalunya dan Jinwoo terputar di pikirannya. Jinwoo adalah anak yang baik, Haejoon tahu betul akan hal itu. Selama ini anak itu hanya dikuasai oleh amarahnya pada Haejoon. Ia hanya marah. Jinwoo masih muda, adalah hal yang normal jika ia belum bisa mengontrol sikapnya.

Dan sebagai sosok yang lebih tua darinya, Haejoon seharusnya mengerti.

Hyung macam apa dia ini?

Juga, jika ia memaafkan Jinwoo sekarang. Maka hari-hari penuh penekanannya akan usai sudah. Haejoon tak perlu lagi memikirkan cara untuk membuat Jinwoo kembali bersikap seperti dulu lagi karena pemuda itu sudah melakukannya. Jinwoo sudah menyadari kesalahannya.

Cukup lama Haejoon memandang ke arah Jinwoo tanpa bergerak barang satu inci pun. Masih dengan wajah yang sama, namun saat ini wajahnya sudah sedikit lebih lembut dari yang sebelumnya. Setelah melalui peperangan panjang di dalam dirinya, Haejoon akhirnya membuka mulutnya dengan yakin.

"Kau saat itu sedang jatuh. Tapi aku tidak ada untukmu." ia memberi jeda beberapa detik, lalu membuang nafasnya dengan cukup berat. "Ini saatnya aku melakukan tugasku sebagai Hyung yang sangat kau hormati, kan? Yah, walau sedikit terlambat, aku ingin membantmu bangkit," lanjutnya dengan lebih santai dan akhirnya mengukir senyuman di wajah.

[Kim Jinwoo]

"Aku memang sangat menghormatimu, hyong!" Sahutnya tanpa jeda guna membalas ucapan bak sindiran tersebut. Sebuah dengusan yang diakhiri senyuman lebar juga turut mengiringi.

Dan sebetulnya, ucapan Haejoon berhasil membuat Jinwoo cukup terasa terenyuh. Memang benar adanya bahwa Haejoon adalah sosok yang baik. Tak terbayang kalau ia berada di posisi Haejoon saat ini, mana bisa ia memaafkan segala maca perilakunya terdahulu?

"Ah, hyong...," panggilnya, berhubung mereka berdua masih dapat bertemu. "Mengenai Jinhee, aku tahu kalau seorang Seo Haejoon tak akan pernah tergantikan di hatinya. Aku pun tidak mengerti kenapa Jinhee setuju untuk berpacaran denganku waktu itu, meski begitu aku senang sekali," ungkapnya yang lalu menundukkan kepala. Jinwoo tak mampu menatap Haejoon, ia malu ... dan tak ingin menunjukkan raut wajah kecewa atas diri sendirinya itu. "Tapi...."

"Tapi ternyata keegoisanku malah membuat Jinhee hancur," ujarnya kemudian, yang lalu mengangkat kepala dengan sebuah senyuman ketir terlukis di wajah tampannya. Jinwoo melangkah, memberanikan diri untuk mendekatkan dirinya ke hadapan Haejoon. Dengan kepala yang tertoleh ke lelaki itu, Jinwoo kembali berucap, "Aku menyayangi Jinhee, hyong. Dan aku memutuskan untuk melepaskannya sekarang. Kalau kau menyayangi Park Seojung, mungkin sebaiknya kau pun melakukan hal sama."

* Scene 5

[Park Seojung]

Minggu ini, Seojung seperti mengalami dejavu sebanyak dua kali. Hanya saja, dengan efek yang jauh berbeda. Jika di waktu pertama ia berdebar bahagia karena mengulang pertemuan dengan Haejoon, maka untuk saat ini gadis itu kembali disinggahi dilema tak berujung karena memikirkan kondisi kesehatan ibunya.

Memang, beberapa hari lalu Seojung mengikhlaskan kealpaannya untuk kabar sakit sang ibunda dan pilih menuntaskan kewajiban sebagai salah seorang trainee. Tapi, rasanya kali ini ia akan benar-benar jadi anak durhaka jika kembali menomor duakan ibunya untuk status trainee yang sungguh tidak se-berharga keluarga baginya.

Peritonitis.

Satu kata itu terus berputar di benaknya bak rekaman kaset rusak. Sukes mengoyak lapis demi lapis ketegarannya dan menyuburkan kebimbangan sang dara.

Pada titik ini, membuat Seojung terpekur di depan pintu ruangan CEO Hero Entertainment selagi menyusun serangkaian kata agar diperbolehkan pergi menemui sang ibu, setidaknya sekali ini saja.

‘Tok! Tok’

Ketukan pelan yang direspon suara berat sang CEO menjadi kode tersendiri bagi Seojung memantapkan hati.

Jadi, dengan langkah /agak/ gemetar, putri tunggal Park itu menemui sang Presdir dan mengutarakan sebundel beban yang ikut mengikatnya saat ini.

“Maaf, tapi apa saya diijinkan pergi?” Tuntut Seojung takut-takut, di ujung tuturannya.

Belum mendapat tanggapan berarti, gadis itu melanjutkan permohonannya, “Ibu sedang dalam operasi dan saya sangat ingin mendampingi beliau.” Suaranya tercekat, bergetar menahan tangis.

“Boleh kan jika saya tidak ikut episode ketiga ini?”

Hening beberapa saat, sedang Seojung pilih menekuri ujung sepatu yang ia kenakan saat ini.

“Park Seojung.”

Sang dara mengangkat wajah, terpejam sesaat untuk menetralisir rasa gugup, berharap Presdir memberi jawaban persis yang diingini.

“Itu sudah resiko,” tutur sang CEO, sempurna menghadirkan firasat tak nyaman di hati gadis yang tengah ia ajak bicara.

“Di dunia hiburan ini, wajar bila kita bahkan tidak dapat menemui mayat orang tua kita.”

Baru sampai segitu saja, kepala Seojung sudah bak diguyur air es yang membuat otak dan sarafnya lumpuh, total; tak menyangka orang yang ia segani bebicara sesadis ini.

“Kau menandatangani kontrak trainingmu karena lebih memilih impian dibanding keluarga dan sahabat, ‘kan?”

Seojung masih terdiam; antara setuju dan tidak atas pertanyaan yang lebih mirip pernyataan dari bibir sang CEO.

“Aku tidak mengatakan kalau aku tidak memberikanmu izin.”

Harap-harap cemas Seojung menunggu kalau-kalau ada kalimat susulan dari Presdir. Dan … benar saja. Pria paruh baya itu memang lanjut bertutur, hingga membuat sang dara tak lagi ragu untuk lekas hengkang dari tempat ini, “Silahkan bila kau ingin menemui ibumu dan silahkan ucapkan selamat tinggal pada semua yang telah kau perjuangkan.”

Meski matanya memerah dan Seojung mati-matian menelan serapah, gadis itu menyempatkan membungkuk dalam sebelum berlalu pergi.

Cih!

Dia tak sudi diperbudak mimpi.

—To Be Continued—
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.