Notes

15 Juli 1998

Untuk pertama kalinya gadis mungil itu melihat dunia. Setelah 9 bulan dihabiskannya bergelut didalam perut Ibundanya. Meski belum mengerti apapun yang dirasanya, namun pelukan seorang Ibu menghangatkan dirinya.

Adalah Cheng Xiu-bee nama gadis mungil tersebut. Menjadi putri pertama serta cucu pertama di keluarga Cheng. Bee, nama singkat yang diberikan oleh Cheng Xiao ㅡIbundanya. Air mata wanita 25 tahun itu jatuh ketika ia melihat putrinya mengeluarkan tangisnya untuk pertama kali. Ketakutan yang menghantui Xiao akan kecacatan pada bayinya hilang seketika. Sebab Bee tidak menangis saat dikeluarkan. Bayi itu begitu tenang. Tetapi justru hal tersebut yang membuat panik tim medis serta keluarga Cheng. Begitu pun dengan Cheng Xiuhan ㅡAyahnyaㅡ yang baru tiba di detik-detik terakhir kelahiran Bee. Rasa penat yang menempel di tubuh pria tersebut sekejap hilang melihat putri pertamanya.

15 Juli 2000

Untuk pertama kalinya, diumurnya yang ke dua tahun Bee merayakan ulang tahunnya. Meski dirinya belum mengerti banyak hal namun gadis mungil itu cepat menguasi berbagai hal yang ia pelajari. Seperti, berbicara, merangkak, berdiri. Bee mempelajari hal itu dengan waktu singkat.

Neneknya ㅡCheng Puan, merupakan guru besar tarian tradisional China sekaligus pemilik sanggar seni di Shenzhen. Tepatnya, hari ini untuk pertama kalinya Bee keluar dari rumah dan ikut bersama Puan ke sanggar seni untuk menemani wanita tersebut mengajar. Mau tidak mau Puan mengajak Bee. Sebab hanya wanita itu yang bisa menemani gadis kecil itu di pagi hari.

Cheng Xiuhan seorang pembisnis. Bukan hanya sekali saja pria itu bolak balik ke luar negeri, tetapi setiap waktu. Jadwalnya sangat sibuk, hanya hitungan jari saja kepulangan pria itu dapat dihitung. Sedangkan Cheng Xiao seorang guru di sekolah seni di Shenzhen. Wanita itu harus berangkat sedini hari untuk sampai ke tempat kerjanya dan akan pulang saat senja. Waktu kebersamaannya dengan Bee hanya saat malam hari saja, itu pun jika pekerjaan kantornya telah selesai.

15 Juli 2002

Meski begitu, Cheng Puan sangat bahagia meski harus merawat Bee. Sebab gadis kecil itu adalah cucu pertamanya. Apapun Puan lakukan untuknya. Seperti saat sekarang, di umur Bee yang ke empat tahun. Masa dimana Bee mulai sedikit-sedikit mengenal dunia. Mulai ingin melakukan banyak hal yang membuatnya penasaran.

Hari itu, Bee diajak oleh Puan ke tempat dimana wanita itu mengajar seperti biasa. Semakin lama Puan mengajak cucunya ke sana, semakin tumbuh rasa ketertarikan Bee akan tari-tari tradisional China. Saat itu Puan tengah mengajarkan suatu gerakan kepada muridnya. Dan di sana, di bagian belakang, gadis mungil itu berdiri memperhatikan sang nenek. Sekon kemudian, saat neneknya menggerakkan tubuhnya, gadis kecil itu tanpa admisi mengikuti. Menjadi salah satu murid-murid Puan yang mengikutinya.

Tentu saja Puan terkejut melihat itu. Untuk pertama kalinya ㅡmeski ada beberapa kali Bee menari tarian tradisional dengan gerakan yang tidak jelasㅡ Puan melihat bakat dari dalam diri cucunya.

Bolehkah Puan menyebutnya bakat?

01 Agustus 2003

Sudah setahun berlalu. Sejak Cheng Puan melihat bakat di dalam sosok Bee. Tak ragu Puan mengajari Bee satu persatu jenis tarian tradisional China. Bee pun telah resmi menjadi salah satu murid di sanggar seni Puan.

Hari itu, pesta kota berlangsung. Pusat kota Shenzhen dipenuhi orang-orang yang datang untuk menonton pertunjukan. Salah satunya adalah Bee. Gadis itu sangat ingin melihat senior-senioranya serta anggota penari lainnya tampil. Begitu bahagianya gadis itu saat mendengar persetujuan dari ibunya sebab tahun lalu ia melewatkan pesta tersebut dikarenakan larangan sang Ibunda. Saat itu gadis itu sedang sakit juga, jadi ia dapat memaklumi keposesifan Ibundanya.

Saat lampu sorot mulai menyorot mereka yang berdiri di tengah jalan kota guna menampilkan tampilannya. Bee begitu serius menatap ke titik soratan lampu. Antusiasnya meningkata kala dentuman musik mulai terdengar. Matanya berbinar kala melihat gerakan-gerakan yang diberikan oleh penari-penari didepan. Rasa kagumnya +5 November 2016

"Pergilah, kejar impianmu."

Saat kalimat persetujuan tersebut terlontar dari bibir Ayahnya, entah seketika keinginannya untuk pergi hilang begitu saja. Rasanya ia ingin menghambur kepelukan Ayahnya saat itu juga. Menangis dan menceritakan kelabilannya saat itu.

Air matanya pun jatuh. Padahal sedari tadi telah ditahannya. Saat Ayahnya menyerahkan sebuah tiket yang sudah lama ia nantikan semakin menambah tangisnya.

"Tenang Ayah akan mengantarmu."

Bee melangkah maju dan membalas pelukan Ayahnya. Bahkan untuk sekarang bibirnya kelu untuk mengeluarkan komentar. Semoga pilihan ini baik untuk dirinya kelak.

9 Januari 2017 ; Seoul, Korea Selatan

Setelah melewati banyak hal di negara baru dan kota baru, kini audisi tersebut dibuka. Audisi impiannya. Dan disini Bee berdiri untuk menunggu nomor gilirannya.

-%%%-