Notes

Dari dulu sampai sekarang..
8 bulan dan 17 hari- dihabiskannya dalam kandungan sang ibu, sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dan lahir ke dunia; dengan panjang tubuh 101,5 cm dan berat 15,5 kilogram; Astrandi Ganendra lahir dengan persalinan normal. berjalan normal, berakhir baik. Menjejal kehidupan yang sudah Yang Maha Kuasa titipkan pada umatnya.
1999 - 2004
Tumbuh kembangnya sempurna. Kedua orang tua Astra sungguh menyayangi sang anak. Digelimangi dengan perhatian dan kasih sayang, masa kecil seorang Astra dijalaninya dengan baik. Umur 2 tahun, ia bahkan sudah tahu bagaimana caranya memegang sumpit dan makan sendiri. Dan sudah dibaptis pula di gereja Katedral Indonesia. Bocah yang aktif bermain dengan kawan-kawan kompleksnya dulu-main kelereng, lomba mobil Tamiya, adu ikan cupang, atau mengganggui sekelompok anak perempuan saat mereka sedang main karet-walau sang Ibu selalu bawel memakaikan sunblock karena tidak rela sang anak yang 'putih' kulitnya hitam seperti 'anak kampung'. Sang Ibu, adalah adalah Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin yang percaya kalau dampak sinar matahari yang berlebihan akan menyebabkan sang anak terkena kanker. Sangat memperhatikan kesehatan kulit yang membuat Astra tumbuh dengan 'kulit mulus' layaknya perempuan saja. Sedangkan sang Ayah, adalah Dosen Lektor Kepala bagian Pembina Utama Muda fakultas Teknik Universitas Universitas Indonesia- jelas, bukan 'bidang' sang Ayah untuk mengurusi segala penampilan sang anak atau apapun itu. Menghiraukan keadaan rumah tangga sang orang tua yang cukup kacau waktu itu; Astra, tetaplah menjadi seorang bocah polos, yang tidak pernah tidur malam dan selalu menonton channel Spacetoon.
2005-2010
Mengambil waktu ketika Astra ketika SD. Astra adalah anak yang pintar di kelas, cukup pintar, walau sangat anti dengan matematika. Bukan tanpa alasan; namun ia pernah dicandai oleh teman tetangganya; 'satu tambah satu, hasilnya sama dengan jendela.' Walhasil, saat di kelas, ketika gurunya bertanya pada seisi anak kelas; 'Anak-anak, satu tambah satu berapa?' Dengan penuh antusias karena sudah merasa tahu jawabannya apa, Astra mengangkat tangan dan menjawab; 'SAYA, 'BU! JENDELA!' Hal tersebut benar-benar membuatnya malu dan trauma, karena teman-teman sekelasnya sontak saja tertawa- dan sang Ibu Guru, yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Untuk 6 tahun penuh di SD, Ia dikenal sebagai 'Aswin' ; singkatan dari Astra-Window, jendela. Biarpun begitu, ia tetap percaya diri dan tertawa saja. Apalagi, ada serial anime 'Naruto' yang entah kenapa bisa membuatnya tegar walau disekolah suka diledeki, Uzumaki Naruto, si ninja berambut kuning, adalah tokoh panutannya waktu itu. Walau kerap kali ditertawakan, dan nampak selalu 'sendirian'; ia masih bisa tersenyum sendiri, dan selalu ingin mencoba untuk menjadi yang terbaik dengan segala kemampuannya. Dari Naruto pula, Astra mulai mengenal anime, komik, dan sebangsanya.
2011 - 2013
Mengambil masa ketika Astra SMP. Yang paling diingatnya kala itu adalah ketika MOS, dan ia kedapatan membawa headband Naruto oleh kakak OSISnya-sejujurnya dibawa oleh Astra karena menganggap kalau headband itu adalah 'sumber kekuatannya', sang wibu Naruto-yang terpaksa disita sebelum akhirnya dikembalikan setelah Astra menjalankan 'dare' tersendiri; mengelilingi kelas dan salim tangan ke sesama teman kelasnya waktu itu. Untuk urusan pelajaran, ia lumayan bersahabat dengan guru-guru serta nilai harian. Walau memang dasarnya ia tidak seambisius itu untuk mengejar ranking kelas. Namanya juga anak 'nakal', kebanyakan waktunya ia habiskan dengan menonton kartun animasi, membaca komik, dan menjajal hobi baru; menggambar. Tepatnya, sejak kelas 8. Astra menjadi langganan anak-anak kelas yang iseng ingin digambarkan wajahnya dengan dibayar menggunakan permen atau ayam goreng dari kantin. Dari Naruto, Vocaloid, hingga ... hentai. Ya, berterima kasihlah untuk internet yang mengenalkannya ke sisi kelam dari dunia anime dan manga asal Jepang itu. Diam-diam me