Notes

Rangkuman Psychology (2/11/16)
"PSIKOPAT"
By D-29185

***

Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya.

Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan mental.

Ciri-Ciri Psikopat:
1. Tampil anggun / penuh percaya diri
2. Sangat senang dipuji
3. Tidak perduli dengan (keselamatan) orang lain
4. Tidak punya rasa tanggung jawab
5. Tidak punya toleransi terhadap kesalahan / perbedaan / deviasi
6. Narsis (Cinta pada diri sendiri), kadang berlebihan.
7. Sering berbohong dan ceritanya berubah-ubah
8. Manipulatif (senang memanfaatkan orang lain)
9. Memiliki pola pikir yang super-kreatif
10. Cenderung melakukan kekerasan saat merasa tersudut/kalah
11. Tidak memiliki rasa empati
12. Punya orientasi seksual yang menyimpang
13. Tidak pernah merasa bersalah
14. Senang melukai/menyakiti orang lain dalam bentuk fisik/non-fisik." Menghela nafas sebentar.
15. Tidak mampu memahami pekerjaan yang sifatnya struktural/prosedural.

Gejala-Gejala Psikopat:
* Sering berbohong, fasih, dan dangkal.
* Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
* Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Kadang-kadang psikopat mengakui perbuatannya, namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
* Senang melakukan pelanggaran di waktu kecil.
* Sikap acuh tak acuh terhadap masyarakat.
* Kurang empati. Bagi psikopat, memotong kepala ayam dan memotong kepala orang tidak ada bedanya.
* Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
* Impulsif dan sulit mengendalikan diri.
* Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
* Manipulatif dan curang.
* Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.
* Biasanya sangat cerdas dan mungkin paling cerdas ketika dibandingkan dengan anak-anak yang lain.
* Biasanya banyak mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya dan marah jika orang lain menyalahkannya. Merasa paling benar, dan biasanya anggapannya itu memang benar.
* Mengetahui sesuatu yang tidak diketahui. Biasanya banyak yang benar dan sangat sedikit sekali yang salah.
* Memiliki perkiraan dengan akurasi yang tinggi (perkiraannya jarang salah dan kebanyakan adalah benar atau benar semuanya).

Cara Menghindari Seorang Psikopat:
- Bersikap preventif.
- Menolak. Seorang psikopat sangat tidak bisa menerima kata 'tidak' karena hal itu mengindikasikan kekalahannya.
- Waspda terhadap orang yang baru berjumpa dengan cara terlalu sopan, lalu memuji dirinya sendiri secara terlalu berlebihan (narsis).

 
Rangkuman Psikologi
Dhampir ; Honeycomb Room
Tanggal : 09/11/2016
Materi : Mimpi
Teacher : @Sir_MTanner
Level : 1-2
Berbicara tentang mimpi memang menarik. Mimpi itu misterius, berwajah tanggung dan ambigu. Wujudnya kadang kabur dan melompat-lompat. Namun ada juga yang teratur dan punya alur. Ketidakjelasan inilah yang membuat mimpi selalu menarik untuk dikaji.
Menurut Sigmund Freud,mimpi merupakan ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang tidak bisa di ungkapkan dalam keadaan terjaga. Misalnya seorang anak yang biasa dibully teman-temannya di sekolah dia bermimpi balas memukuli atau membunuh teman yang membulinya. Freud seringkali mengidentifikasi mimpi sebagai hambatan aktivitas mental tak sadar dalam mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan individu, beriringan dengan tindakan psikis yang salah.
Freud juga menjelaskan bahwa analisis mimpi perlu dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi pada pemimpi dalam kehidupan nyata. Terutama untuk peristiwa yang terjadi pada hari sebelumnya.
Sebagian besar cerminan interpretasi mimpi berisi ketakutan, keinginan, dan emosi yang ada dalam pikiran bawah sadar. Mimpi negatif dapat ditafsirkan sebagai peristiwa yang pemimpi berharap tidak akan terjadi. Misalnya saat kita bermimpi ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi, itu berarti kita berharap bahwa orang yang kita sayangi tidak akan meninggalkan kita.
Freud jg percaya bahwa mimpi adalah manifestasi dari harapan yang muncul dari pikiran alam bawah sadar yang sulit diakses kedalam alam sadar karena didalamnya terdapat berbagai emosi, termasuk ketakutan terbesar dan keinginan keinginan yang bahkan tidak disadari karena ditekan oleh individu tersebut. Hal ini bisa disebabkan karena norma-norma dalam komunitas yang melarangnya. Atau bisa jadi karena situasi yang tidak memungkinkan impuls-impuls tersebut termanifestasi. Maka, impuls-impuls tersebut tersimpan dalam alam ketidaksadaran seseorang yang akhirnya suatu waktu muncul di alam mimpi.
Sama juga dengan mimpi buruk, tapi kebalikannya. Dalam mimpi buruk yang muncul adalah hal-hal yang sama sekali tidak diharapkan terjadi.
Freud menggunakan mimpi sebagai salah satu metode untuk menangani gangguan psikologis kliennya, yang disebut Analisis Mimpi. Metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan,kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Analisis mimpi ini dimaksudkan untuk memberi jalan untuk mempermudah analisis psikologis terhadap neurosis Freudian teori juga menyatakan bahwa mimpi membawa pesan.
Alam bawah sadar tidak berkomunikasi dengan kata-kata melainkan dengan simbol dan emosi melalui mimpi. Beberapa mimpi memiliki pesan dan penafsiran yang jelas jika dilihat dari pengalaman pribadi individu yang bermimpi. Mengenai hubungan mimpi dengan alam sadar, Freud berpendapat bahwa apapun yang ditawarkan oleh mimpi, individu mendapat materinya di alam nyata.
 
AQ
Adversity Quotient adalah kecerdasan mengatasi kesulitan, kecerdasan mengubah masalah menjadi berkah.
Adversity sendiri mempunyai sinonim nasib buruk, kesulitan, kemalangan, masalah dan sejenisnya.
Paul G. Stoltz menulis buku dengan judul ini pada tahun 1997, sekitar 2 tahun setelah dunia digoncangkan oleh Emotional Quotient milik Daniel Goleman.
Tiang utama penopang teori AQ : Asumsi “kejadian atau peristiwa itu tidak penting, namun tanggapan atau respon terhadap kejadian tersebut yang akan menentukan masa depan.
Maksud asumsi 'kejadian atau peristiwa itu tidak penting, namun tanggapan atau respons terhadap kejadianlah yang menentukan masa depan adalah kejadian yang menimpa diri kita tidak penting. Tanggapan kita mengenai kejadian tersebut jauh lebih penting. Jadi misalnya, kita kehilangan harta benda kita. Lalu kita punya banyak cara untuk menanggapi hal itu : mencari, mengeluh, atau mengabaikan. Cara yang kita ambil nantinya akan 'menghasilkan' sesuatu.
Lalu selanjutnya, menurut Stoltz dalam bukunya, ada 4 dimensi yang dijadikan pengukur kemampuan atau kapasitas AQ seseorang, yaitu :
Kendali / Control (C) bagaimana seseorang memiliki kendali terhadap peristiwa yang dialaminya.
Kepimilikan/Origin And Ownership (O2) bagaimana seseorang memandang kesuksesan dan kegagalan dalam hidupnya, apakah itu berasal dari dirinya sendiri atau dari luar.
Jangkuan/Reach (R) bagaimana seseorang memandang kesulitan sebagai suatu yang merasuki bagian lain dari hidupnya.
Ketahanan/Endurance (E) bagaimana seseorang memandang kesuksesan sebagai sesuatu yang bertahan lama.
>>Skala Penilaian<<
• 87-126 Orang dengan AQ di range ini tidak bisa mendapat masa-masa sulit. Biasanya mereka akan cenderung menyalahkan diri sendiri jika suatu masalah terjadi. Jika masalah yang mereka hadapi terhitung sulit, mereka cenderung 'menyerah sebelum berperang'.
• 126-136 Individu di skala ini bisa mengatasi masa-masa sulit. Kalau masalah yang mereka hadapi sulit, mereka akan berusaha memecahkan masalah tersebut sekuat dan semampu mereka. Jika masalah sudah mencapai limit ketahanan mereka, barulah mereka akan menyerah.
• >137 Mereka yang AQnya berada di range ini mampu mengatasi masalah sulit dengan baik. Ketika mereka mencoba dan gagal, mereka akan bangkit dan terus mencoba hingga berhasil melewati masa sulit tersebut.
Sebenarnya, hal yang membuat seseorang stress/putus asa adalah kebiasaan self-blaming atau menyalahkan diri sendiri. Seolah semua masalah adalah salah kita dan karena kita. Untuk itu, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi self-blaming :
1. Kenali apa yang terjadi Kesadaran dan perhatian adalah kunci dari setiap perubahan. Kalau lain kali kita merasa bersalah, coba Tanya pada diri kita sendiri apa yang kita pikirkan dan apa yang terjadi pada kita. Jangan menghakimi diri sendiri untuk apapun yang terjadi dan pikirkanlah cara untuk memperbaikinya.
2. Tantang diri sendiri Setelah mengenali apa yang terjadi pada kita, cobalah untuk menantang diri sendiri untuk memikirkan kemungkinan mengapa suatu hal terjadi. Misalnya, kita menyapa seseorang tapi orang tersebut tidak membalas. Jangan langsung berpikir orang itu marah pada kita. Bisa saja ia sedang ada masalah sehingga kita secara tidak langsung kena dampaknya.
3. Maafkan diri sendiri Kalau ada pepatah mengatakan "musuh paling berbahaya bagi seseorang adalah dirinya sendiri", pepatah itu benar. Ketika seseorang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, otomatis ia akan terus menganggap bahwa dirinya selalu salah. Karena itu, cobalah untuk memaafkan diri sendiri dan lebih berpikir positif.
Sebenarnya self-blaming itu bermula dari pikiran negatif kita. Kunci utamanya sih tetap positive thinking. Kalau kita belum bisa berpikir positif tentang diri kita sendiri, kita pasti merasa bertanggung jawab soal orang lain. Jadi intinya stay positive lah untung menghindari self-blaming.