Notes

Shortplot

Keramaian di Bumi tidka pernah mengenal wakti, terutama di kota-kota besar yang menjadi pusat kendali ekonomi sebuah Negara. Matahari tak lagi menampakkan wujudnya, jarum kecil jam bahkan telah menunjuk pada angka 11. Namun, aktivitas malam di Kota Tokyo tidak berhenti. Bahkan meskipun salju memenuhi setiap sudut ibukota Jepang itu.

Natal hanya tinggal menghitung hari. Tidak heran jika hiasan natal tersebar begitu saja di seluruh penjuru kota. Liburan musim dingin tidak pernah dilewatkan oleh murid-murid yang sudah terlalu penat dengan aktivitas sekolah. Begitu pun dengan seorang laki-laki berambut hitam yang kini berjalan di tengah kota dengan beberapa anak yang terlihat seumuran dengannya.

Miyamura Kaito; itulah nama sang laki-laki yang kini sibuk bercengkrama dengan teman-teman sebayanya. Sesekali tawa terlihat di bibir Kaito kala salah satu temannya mengeluarkan candaan. Semua terlihat menyenangkan, karena sesungguhnya natal dan salju adalah perpaduan yang begitu serasi.

Namun hal itu tidak berlaku untuk Kaito. Natal dan salju adalah perpaduan yang paling memuakkan. Kaito membenci natal. Tidak, ia jauh lebih membenci salju. Karena benda putih itu tidak hanya mampu membuat kulitnya menggigil, namun juga mampu membuat hatinya beku.

Langkahnya terhenti ketikan sebuah boneka Santa berukuran besar berdiri di depan pohon natal raksasa tepat di pusat kota Tokyo. Ia yakin di dalam boneka itu terdapat orang yang memainkannya karena kini sang boneka Santa sibuk membagikan hadiah pada orang-orang yang berlalu lalang, tak terkecuali dengan Kaito.

Memori mengenai kejadian sepuluh tahun lalu kembali berputar di kepalanya. Tak ada lagi tawa yang keluar dari bibirnya. Bahkan kini tatapannya berubah menjadi dingin, menatap sang boneka dengan tatapan menusuk.

Teman-temannya turut berhenti begitu sadar kini Kaito tidak lagi berada di barisan mereka. Ekspresi bingung yang begitu kentara pada wajah teman-temannya tidak digubris oleh Kaito. Tatapan Kaito melunak, berganti dengan tatapan sendu lalu berlari meninggalkan tempatnya berdiri.

"Kaito!"

Kaito mendengar teriakan salah satu temannya itu. Namun, itu tidak membuatnya berhenti. Karena mengingat kenangan itu terlalu menyakitkan.

Background Story
Kaito terlahir dari keluarga yang begitu sederhana, tidak ada yang spesial. Ayahnya bekerja sebagai karyawan di salah satu