Notes

@strwrbby - M-29144 - Psychology (Lvl 1-2) - Merkurius Room

AQ (Adversity Quotient)
• Adversity Quotient : kecerdasan mengatasi kesulitan, kecerdasan mengubah masalah menjadi berkah.
• Adversity sendiri memiliki sinonim nasib buruk, kemalangan, kesulitan, masalah dan sejenis.
• Paul G. Stoltz menulis sebuah buku dengan judul ini tahun 1997, sekitar 2 tahun setelah dunia digoncangkan oleh Emotional Quotient milik Daniel Goleman.
• Tiang utama penopang dari AQ : asumsi "kejadian atau peristiwa itu tidak penting, namun tanggapan atau respons terhadap kejadian tersebut yang akan menentukan masa.

Maksud dari asumsi 'kejadian atau peristiwa itu tidak penting, namun tanggapan atau respons terhadap kejadianlah yang menentukan masa depan' adalah kejadian yang menimpa diri kita tidak penting. Tanggapan kita mengenai kejadian tersebut jauh lebih penting. Jadi misalnya, kita kehilangan harta benda kita. Lalu kita punya banyak cara untuk menanggapi hal itu : mencari, mengeluh, atau mengabaikan. Cara yang kita ambil nantinya akan 'menghasilkan' sesuatu.

Menurut Stoltz dalam bukunya, ada 4 dimensi yang dijadikan pengukur kemampuan atau kapasitas AQ seseorang, yaitu:

Dimensi Pengukur

▶ Kendali/Control (C)
▶ Bagaimana seseorang merasa
memiliki kendali terhadap
peristiwa yang dialaminya
▶ Kepemilikan/Origin and Ownership (O2)
▶ Bagaimana seseorang
memandang kesuksesan dan
kegagalan dalam hidupnya,
apakah itu berasal dari dirinya
atau dari luar
▶Jangkauan/Reach (R)
▶ Bagaimana seseorang
memandang kesulitan sebagai
sesuatu yang merasuki
▶Ketahanan/Endurance (E)
▶Bagaimana seseorang
memandang kesuksesan
sebagai sesuatu yang bertahan
lama

Skala penilaian test AQ:

• 87-126
Orang dengan AQ di range ini tidak bisa mendapat masa-masa sulit. Biasanya mereka akan cenderung menyalahkan diri sendiri jika suatu masalah terjadi. Jika masalah yang mereka hadapi terhitung sulit, mereka cenderung 'menyerah sebelum berperang'.

• 126-136
Individu di skala ini bisa mengatasi masa-masa sulit. Kalau masalah yang mereka hadapi sulit, mereka akan berusaha memecahkan masalah tersebut sekuat dan semampu mereka. Jika masalah sudah mencapai limit ketahanan mereka, barulah mereka akan menyerah.

• >137
Mereka yang AQnya berada di range ini mampu mengatasi masalah sulit dengan baik. Ketika mereka mencoba dan gagal, mereka akan bangkit dan terus mencoba hingga berhasil melewati masa sulit tersebut.

Sebenarnya, hal yang membuat seseorang stress/putus asa adalah kebiasaan self-blaming atau menyalahkan diri sendiri. Seolah semua masalah adalah salah kita dan karena kita. Untuk itu, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi self-blaming :
1. Kenali apa yang terjadi
Kesadaran dan perhatian adalah kunci dari setiap perubahan. Kalau lain kali kita merasa bersalah, coba tanya pada diri kita sendiri apa yang kita pikirkan dan apa yang terjadi pada kita. Jangan menghakimi diri sendiri untuk apapun yang terjadi dan pikirkanlah cara untuk memperbaikinya.

2. Tantang diri sendiri
Setelah mengenali apa yang terjadi pada kita, cobalah untuk menantang diri sendiri untuk memikirkan kemungkinan mengapa suatu hal terjadi. Misalnya, kita menyapa seseorang tapi orang tersebut tidak membalas, jangan langsung berpikir orang itu marah pada kita. Bisa saja ia sedang ada masalah sehingga kita secara tidak langsung kena dampaknya.

3. Maafkan diri sendiri
Kalau ada pepatah mengatakan "musuh paling berbahaya bagi seseorang adalah dirinya sendiri", pepatah itu benar. Ketika seseorang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, otomatis ia akan terus menganggap bahwa dirinya selalu salah. Karena itu, cobalah untuk memaafkan diri sendiri dan lebih berpikir positif.