Notes

Bel berbunyi, dan itu berarti kelas hari ini sudah berakhir. Aku menatap guru Kim yang mulai beranjak dari tempatnya. Namun, sebelum ia benar-benar keluar dari kelas, aku memberikan seulas senyum tipis kepadanya dan beralih menatap teman-temanku. Kelas ini tidak begitu ramai, memang. Hanya ada beberapa artis muda —termasuk aku—, sementara yang lainnya terpisahkan oleh perbedaan kelas dan level yang sudah menjadi peraturan sekolah ter-elit di Seoul ini sejak dulu.
"Woodam, kami duluan!" kata salah satu temanku, Airin namanya. Aku hanya membalas dengan menganggukan kepalaku, duduk dengan manis di tempatku hingga kelas ini benar-benar kosong. Setelah yakin bahwa kelas ini benar-benar kosong, aku mengeluarkan masker hitam dan sebuah jaket yang cukup tebal dari ranselku. Penyamaran dimulai. Walaupun sekolah ini cukup elit, tentu saja tetap ada beberapa siswa-siswi yang iseng menguntit para artis sepertiku, dan pasti mereka merasa beruntung bisa satu sekolah denganku. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, aku berjalan perlahan menyusuri lorong sekolah yang cukup panjang itu sambil melirik ke segala arah. Aku berjalan ke tempat parkir dengan tergesa-gesa namun mataku tetap gesit memperhatikan keadaan sekitar. Itu dia, aku melihat van yang masih berada cukup jauh dari tempatku saat ini. Karena mengejar waktu, aku berlari ke tempat van tersebut diparkirkan dan masuk ke dalamnya.
"Hyung! Kenapa kau parkir mobilnya jauh sekali sih?!" gerutuku pada manajer hyung. Aku dapat mendengarnya meringis pelan. Masih menunggu jawaban darinya, tiba-tiba sebuah suara yang cukup familiar muncul dari tempat duduk belakang.
"Kalau parkir di dekat justru akan banyak fans yang mendatangimu." Refleks, aku langsung menolehkan wajahku ke asal suara tersebut.
"Hyung?" Ujarku pelan ketika mendapati Louis hyung sedang duduk memangku tablet pc dengan wajah datarnya.