NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

— STIGMA —

2 tahun yang lalu.

PRANG-!

Vas bunga yang semula tertata elok diatas papan kayu berkaki empat, kini hancur tak berbentuk. Tercecer bersamaan dengan pecahan barang-barang pecah belah lain yang bernasib sama sepertinya. John Rainheart ialah pelaku atas kekacauan tersebut sekaligus merupakan pemilik atas barang-barang itu sendiri. Dihadapan Pria berusia hampir berkepala empat tersebut, nampak sosok wanita dengan beberapa luka dibagian tubuhnya tengah menangis pilu menahan rasa sakit yang disekujur tubuhnya.

"C-cepat tanda tangani surat perce—"

Plak-!

Belum sempat sang istri menyelesaikan ucapannya. Tamparan keras menyapa pipi lebamnya untuk kesekian kalinya. John, tidak lain dan tidak bukan adalah pelaku tindak kekerasan tersebut. Hal ini bukanlah hal asing yang dilakukannya pada Danee, sang istri. Dan karena ini pula yang membuat Danee ingin segera menyudahi ikatan hubungan mereka berdua. Bebas dari siksaan suaminya, itulah harapan yang selalu Ia panjatkan setiap malam.

Tanpa pasangan suami istri itu sadari, sepasang onyx hitam berbinar ketakutan sedari tadi menatap perkelahian mereka. Menciptakan secara perlahan lubang trauma didalam hati bocah pemilik onyx hitam tersebut. Detik berikutnya, pandangan bocah berusia 6tahun itu berubah menjadi gelap akibat sebuah tangan yang menutup kedua onyxnya. Arga Rainheart sang kakak dari bocah bernama Arko Rainheart itulah yang membungkus indra pandang sang adik. Lalu setelahnya, membawa tubuh mereka berdua menjauh dari pemandangan yang menyanyat hati mereka.

Arga dan Arko sudah memasuki kamar mereka. Saling memandang dengan raut muka sedih bercampur marah. Akan tetapi tidak ada yang dapat Arga dan Arko lakukan untuk membantu sang ibu. Kekuasan ayahnya terlalu mendominasi keadaan rumah mereka, ayahnya dapat berbuat semaunya seperti melampiaskan emosinya pada sang ibu, membentak, mengotoriter isi rumah, mabuk-mabukan lalu membuat kegaduhan, dan hal lain sebagainya. Mereka hanya bisa menerima dan menangisi nasib buruk yang menjadi takdir mereka.

Sangat miris bukan? Rumah yang seharusnya menjadi tempat rehat melepas kepenatan setelah seharian beraktifitas. Rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung sewaktu ketakutan menghinggapi.
Rumah yang seharusnya menjadi sumber senyuman kala para anggota didalam rumah tersebut sedang bersedih. Akan tetapi semua itu seakan menjadi mitos bagi anggota keluarga John Alexander. Rumah mereka adalah neraka kecil yang dikepalai oleh John. Suami dari Danee dan ayah bagi Arga dan Arko.

Debuman berasal dari tubuh yang mungkin baru saja menabrak benda keras membuat Arga dan Arko tersadar dari lamunan mereka yang entah sejak kapan mereka memulainya. Mereka segera berlari keluar kamar, kembali keruang utama untuk melihat keadaan kedua orang tuanya.

"Mom!!" Arko berteriak sembari berlar,merengkuh tubuh tak berdaya sang ibu. Entah apa yang dilakukan oleh John hingga ibunya tergeletak pingsan dengan aliran darah keluar melalui lubang hidungnya.

Melihat hal tersebut, Arga bergegas menghubungi pihak Rumah Sakit untuk membawakan sebuah ambulans ke rumah mereka. Sedangkan disisi lain, John hanya berdiri terpaku memikirkan apa yang baru saja dilakukannya pada sang istri.

Rumah Sakit — 2 tahun yang lalu.

Sebuah ruangan berdominasi warna putih dengan bau obat-obatan yang menguar kini menjadi tempat Danee sementara tinggal. Sudah 3 hari Ia menjalani rawat inap di Rumah Sakit ini. Arga dan Arko seringkali menjenguknya bahkan hingga ikut menginap menemani sang ibu. Tetapi tidak dengan John. Pria yang masih menjabat status sebagai suaminya itu, sama sekali belum pernah menampakkan batang hidungnya. Membuat rasa lega tercipta didalam hati Danee.

Sepasang hazel Danee memandang kosong jendela dikamar inapnya. Nampak sejuk karena Sang Surya baru menampakkan diri. Wanita dengan beberapa kerutan diwajahnya, memoles senyuman. Manik Danee masih terpaku damai pada jendela kaca dihadapannya, tapi berbanding balik dengan apa yang dilakukannya pada tangannya sendiri. Salah satu tangan Danee tengah menggenggam sebilah pisau buah yang tadinya berada dinakas tempat meletakkan barang-barang miliknya. Gila. Wanita dengan dua anak itu sepertinya telah kehilangan kewarasannya. Saat Ia mulai menggores sebelah tangannya yang menganggur.

Senyuman semakin lebar terpatri dikedua sudut bibir. Seolah-olah senyuman itu mengatakan 'Ini semua sudah selesai'. Bersamaan dengan derasnya aliran darah dari pembuluh nadinya yang mengalir, menghiasi ranjang yang semula berwarna putih tanpa noda tersebut.

Arga dan Arko berlari, menggerakan kedua tungkai mereka untuk bergerak cepat . Menapaki lantai koridor Rumah Sakit yang akan membawa mereka menuju salah ruang yang akhir-akhir ini sering mereka datangi. Pagi-pagi buta pihak Rumah Sakit menghubungi Si anak sulung. Memberitahukan kabar tentang Sang ibu yang sangat mengguncang batinnya. Kabar pasal tewasnya sang ibu akibat tindakan bunuh diri. Ya, kini ibunya sudah benar-benar tiada. Tidak akan ada lagi yang melindungi mereka dari perbuatan keras sang ayah. Ibunya sangat tega melarikan diri tanpa membawa dirinya dan Arko. Bahkan sampai saat ini Arga masih tidak dapat menjelaskan keadaan mendiang Danee pada Arko. Arga berharap pihak Rumah Sakit bisa menyampaikannya kabar ini lebih baik daripada dirinya.

//Hanya Arko yang Ia miliki sekarang// batin Arga seraya memikir nasib malang bocah berusia belum genap 6 tahun itu. Arko pastilah akan memiliki trauma tertentu dengan semua peristiwa buruk yang dialaminya. Dan Arga bersumpah untuk melindungi adik semata wayangnya.

— 2 Tahun kemudian —

Dap. Dap. Dap.

Tapakan sol sepatu hitam nan mengkilap terdengar beradu dengan marmer putih dibawahnya. Dibelakang sang pemilik sepatu hitam, nampak diikuti pula barisan pasang sepatu lain yang sama mengkilapnya.

John Alexander. Masih ingat nama tersebut? Nama yang pernah menjadi trend 2 tahun silam akibat kabar duka istrinya yang meninggal karena bunuh diri. Dan dampak buruk dari hal tersebut adalah Ia menjadi tersangka dugaan alasan Danee memilih mengakhiri hidupnya. Akan tetapi entah apa yang dilakukannya hingga semua dugaan itu lepas namanya. Membuat semua kembali seolah tidak terjadi apa-apa.

Ya, tidak ada yang berubah dari kehidupan John. Dia tetaplah pria yang arogan, egois, serta hidup tanpa aturan. Namun, tidak sepenuhnya semua berjalan layaknya sewaktu Danee masih bernafas. Karena didalam lubuk hati John tersimpan rasa penyesalan yang amat mendalam pada mendiang sang istri. John saat ini lebih terfokus pada perusahaannya, lebih sering menghabiskan waktu dikantor daripada pulang menemui anak-anaknya. Ia tidak dapat menatap wajah Arga and Arko, mengingatkannya pada Danee dan segala tindakan buruk yang dilakukannya dulu. John berpikir bahwa dirinya hanya perlu bekerja keras memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya tanpa memberi mereka kasih sayang yang sebenarnya amat diperlukan Arga dan Arko setelah mereka kehilangan kasih sayang dari ibu mereka.

"Tuan Alexander. Pihak sekolah Tuan Arga meminta Anda untuk datang ke sekolah siang ini" Ucap pria paruh baya yang kerap disapa Sekretaris Handi.

"Ck. Apalagi ulah Arga sekarang?" Tanya John tanpa melepas atensinya dari tumpukan kertas dihadapannya.

"Seperti biasa Tuan. Tuan Arga berkelahi dengan temannya" Balas Sang sekretaris sekaligus tangan kanan John.

"Kau datanglah ke sekolah Arga. Berikan apa yang diinginkan oleh guru disana. Dan kurung Arga seharian dikamarnya" Balas John dingin. Pria itu lelah, lelah dengan segala tingkah anak-anaknya yang semakin lama semakin menyimpang. Tetapi Ia pun tau bahwa dirinya bukan orang tua yang benar yang dapat dijadikan panutan oleh Arga dan Arko. Ia lebih memilih Handi untuk mengurusi semua hal tentang Arga dan Arko. Karena sekali lagi, penyesalan itu terlalu larut didalam tubuhnya, menciptakan John si pecundang yang lari dari tanggung jawab.

@ Sekolah Arga

Disisi lain. Seorang pemuda dengan wajah rupawan yang tidak tampak akibat lebam-lebam menghiasi wajahnya terlihat sedang melangkah tergesa menaiki tangga sekolahnya, menuju atap sekolah. Menghiraukan sekujur tubuhnya yang nyaris mati rasa.

Brak!

Besi berkarat itu kini telah terbuka, Arga meringis
     
 
what is notes.io
 

Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.