Notes

Black

Prolog

Miguel Derrick Aleksandrov

Bunyi kicauan burung di hutan pada pagi hari, menyapa gendang telinga sesosok tubuh mungil yang kini sedang berlarian mengejar kupu-kupu berwarna charcoal yang bisa dibilang langka.

"Ayah! Ayah!" teriaknya dengan raut dan nada suara gembira yang menggema ke seluruh penjuru taman.

Sesosok tubuh lain, tegap, tinggi, atletis, raut wajahnya datar dan dingin, dengan surai hitam legam yang panjang digerai bebas, memperhatikan sang bocah bersurai sekelam sosok itu.

"Ya, Demeter?" tanyanya, membalas dengan nada suara yang rendah dan dalam.

Tak lama, sesosok surai kelam yang bertubuh lebih kecil datang membawa jus jeruk dan semangguk bubur ayam. Ia menaruh nampan yang dibawanya di lantai, sebelum memeluk pria dengan postur tegap tadi dan mencium bibirnya lembut.

"Haha-chan! Chichi-chan!" sang bocah datang dengan penampilan kotor dan tangan yang menggenggam kupu-kupu berwarna charcoal tadi. Mulutnya menyunggingkan senyum lebar khas anak-anak.

"Matta ku, Demeter-chan~" yang dipanggil 'haha' hanya terkekeh pelan. Bahkan sang pria yang dipanggil 'chichi' pun ikut menyunggingkan senyum. Pria dengan pakaian serba hitam itu berjongkok dan mengelus rambut bocah yang dipanggil 'Demeter'.

"Nah, sekarang lepaskan kupu-kupunya, ya?" ujarnya seraya tersenyum, "tak boleh menyakiti binatang yang tak berdosa, oke?" lanjutnya dalam bahasa lain, bahasa Rusia.

Tiba-tiba keadaan berubah. Suasana tegang dan suara tembakan dimana-mana terdengar. Kupu-kupu tadi pergi bersamaan dengan tumbangnya sosok sang ayah tepat di hadapannya. Matanya membeliak terkejut, dan terdengar suara ibunya yang berteriak memanggil nama sang ayah.

Pistol dalam genggaman tangan Demeter bergetar, darah sang ayah mengotori sebagian wajahnya. Ia berteriak panik.

"Ayah! Ibu! Demeter takut!" ia menangis, menjerit sampai rasanya tenggorokannya sakit.

Matanya semakin membeliak saat sebuah pistol teracung pada keningnya. Ibunya menggeram rendah dan orang yang menembaknya justru terjatuh.

"DEMETER!" ibunya berlari tertatih-tatih menuju dirinya yang kini menangis. Memeluknya erat sampai... Darah mengucur dari mulut sang ibu, dan tubuhnya menggelepar jatuh meregang nyawa.

Ia melihatnya. Melihat orang yang telah membunuh ibunya. Juga ayahnya. Lalu sepasang tangan hangat merengkuhnya, dan beberapa pria berpakaian hitam mengambil mayat ayah dan ibunya.

"Ayahhhh! Ibuuuuu!" ia berteriak terus saat sepasang tangan tadi membawanya entah kemana, meninggalkan medan pertempuran itu sebelum membalik keadaan.

--------

Seorang pemuda bersurai kelam di awal usia dua puluh tahunnya, kini tampak terbangun dari sebuah ranjang besar, dengan peluh yang membanjiri sekujur tubuhnya dan nafas yang tersengal.

"Shit!" umpatnya saat lagi-lagi mendapat mimpi tersebut. Pemuda yang dulu bernama Demeter itu menatap foto ayah dan ibunya pada meja nakas. Foto saat mereka masih hidup dan dirinya yang masih kecil saat menangkap kupu-kupu bersayap charcoal cantik yang memikat hatinya.

Sesaat kemudian ia menggelengkan kepalanya dan menatap jam di meja nakasnya, tepat di samping foto tadi.

03.30

Decihan sebal ia tujukan entah untuk siapa, memutuskan untuk kembali tidur karena libur kerjanya.

***

Arnoux Hirasaki