Notes

“. . . .Apa disini tempat untuk audisi The Rapstar?”
Tampak seorang gadis yang tengah memegang sebuah pengeras suara memasuki studio dan menaiki panggung dengan kikuk. Langkah tungkainya terlihat ragu---berharap semoga ia tidak salah masuk ruangan. Gadis bersurai coklat itu lantas mengambil tempat tepat di tengah-tengah panggung. Belum sampai beberapa menit ia berada di sana, butiran keringat dingin pertanda gugup meluncur bebas di pelipis sang dara. Pun, kelima pasang mata yang tengah memandanginya dengan tatapan heran membuat gadis bernama lengkap Park Kaori itu bertambah gugup.
“Ya. Anda benar,”
Jawaban yang baru saja diterimanya membuat gadis belia itu menghela nafas lega. Setidaknya, ia tidak akan mempermalukan diri sendiri dengan salah masuk ruangan.
“M—Maaf, studio ini sangat besar,” Kaori menggaruk kepalanya dengan kikuk, “Saya takut salah ruangan.”
Setelah berkata demikian, fokusnya diganggu oleh gestur seorang staff yang seperti tengah memberinya kode—entah maksudnya apa. Kaori hanya melemparkan sorot pandang yang berisikan kehampaan pada staff yang terlihat frustasi itu.
“Ne?” Tanya Kaori dengan ekspresi polos. Ia bersumpah, pasti dirinya terlihat sangat bodoh saat ini.
“Silahkan perkenalkan diri anda, miss.” Sahut seorang juri yang membuat Kaori sedikit terkejut. Ternyata itulah yang dimaksudkan si staff. Perkenalan diri. Ia mengangguk.
“Annyeong haseyo!” Sang dara membungkukkan tubuhnya, “Park Kaori imnida! Mohon bimbingannya--!” ucapnya dengan pengeras suara terposisi di depan bibirnya. Seulas senyum ramah ia tampilkan.
“Saya akan memulai penampilan saya.”
Intro mulai mengalun. Lampu studio mulai meredup, menyisakan sebuah sinar laser. Sinar yang kini menjadi milik Kaori. Single spotlight—kebanggaan semua performer di dunia. Wajah kikuk sang dara perlahan berubah, menampilkan aura yang jauh berbeda dari yang ia tunjukkan sebelumnya. Lenyap sudah sisi cerobohnya, kini saatnya Kaori yang asli menguasai panggung.
Sorot pandangnya datar—menatap lurus ke arah para judges. Kuasa yang memegang pengeras suara pun terangkat, mendekatkan benda tersebut di bibir sang gadis.
“Da geueobeoryeo.”
Jemari jempol kirinya bergerak horizontal dari kanan ke kiri—seperti sedang mengiris bagian tubuh tersebut. “Da geueobeoryeo.” Ia mengulangi gerakan ‘mengiris’ yang baru saja ia lakukan.
“SSAK—da geueobeoryeo,” pemilik surai brunette itu melakukan penekanan pada kata ‘Ssak’. Gestur kuasanya pun berubah menjadi seperti sebuah pistol yang siap menembakkan selongsong peraknya.
“Neo, neo, neo, neo,” ‘Pistol’nya ia gerakan ke kiri dan kanan secara bergantian. “Uh!”
Kaori melenggangkan tungkainya ke depan dengan luwes. Wajah penuh percaya diri memperlengkapi keseluruhan penampilan gadis pemilik postur ramping itu.
“Uri eodiseo mannan jeok eobtji anha?” Ia menekuk lututnya hingga posisinya menjadi berjongkok, “Neon wae eodiseo nae yaegihago danyeo--?”
Kaori meluruskan tungkainya sembari menggerakkan pinggulnya ke belakang, memamerkan lekuk tubuhnya yang menggoda.
“Byeoldareun Idea eobseumyeon. Nae sajinina bwa,”
Senyuman sinis ia tunjukkan. Kepalanya bergerak ke samping, seakan merasa terganggu. Sedetik kemudian, senyuman yang tadinya menghiasi wajahnya sirna dan digantikkan dengan air muka datar andalannya, “Nae bangbyeok~!”
Kuasa kirinya kini berposisi di pinggangnya. Kaori menghela nafas sebelum melanjutkan lirik, “Eottae? Yeppeuji anha.
Jeoldae na chakhaji anha. Naega haneun yeppeun jit, naega hae boni,” sang dara mengacak surainya yang tergerai bebas, “Eottae hepeuji anha--!”
Volume suaranya meningkat, dengan nada yang makin meninggi. Pemanasan telah usai, kini tibalah saat baginya untuk menunjukkan kemampuan yang sebenarnya. Diangkatnya kuasa kiri setinggi-tingginya. Wajahnya menunjukkan seringai kejam, seperti telah siap menerkam siapa saja yang menghadangnya.
“Ildan neo, neo, neo CHUGA--!
Jonha yeol batge deo, deo yak ollyeo—JULKKA!”
Tubuh gadis itu bergerak melakukan bounce ringan mengikuti irama yang mengalun. Sembari itu, sang dara melanjutkan liriknya—nyaris berteriak,
“WHO’S HOT?!
WHO’S HOT?!
Nuga imi ne meorissok GWABUHAA--!” pada bagian yang terakhir, tubuh bagian atasnya terhuyung ke depan bersamaan dengan ketiga jemarinya yang membentuk pistol terayun ke depan.
“Deo heundeureo jekkyeobwara. Nae meorissoge ne ireum hanbeon saengyeobwara,
Yeogin muindo geurae naega juingong. But, sori jurigo neo honja jeomsu maegyeobwara!”
Beat pun berubah. Lagu yang mengalun memasuki bagian chorus. Kaori menyentakkan kedua tungkainya ke atas tanah. Lututnya sedikit ia tekuk. Kuasanya beralih melancarkan gerakan seperti sedang memanggil seseorang. Tatapannya kian menajam, menusuk siapa saja yang tenggelam ke dalam bola hitam kelamnya itu. Pinggangnya melenggang dengan anggun sembari bibirnya melafalkan sederet lirik,
“I’m gonna give you a chance. So baby watch ur back,
Sallyeoneun deurilge,” Pinggulnya ia sentakkan ke kanan dan kiri mengikuti beat, “Black b-b-black. BLACKLIST!”
Sang dara melipat kedua kuasanya di depan dada. Surai coklatnya kini terkumpul di bagian kanan, membentuk belahan tiga banding empat. Kepalanya ia tekuk ke samping, memamerkan belahan leher putihnya. Ya, aura dewasa yang seksi memang menjadi poin utama dalam performnya kali ini.
“I’m gonna give you a chance. So baby watch ur back,
Sallyeoneun deurilge,” Torsonya melantaskan koreografi chest pump seiring dengan beat, “Black b-b-black. BLACKLIST!”
“Kamsahmnidaa~” Kaori membungkukkan tubuhnya, mengakhiri performanya.