Notes
Notes - notes.io |
"Waktu yang ia miliki tak akan lama lagi,"
Kalimat pertama dari pria paruh baya berjubah putih yang merengkuh tubuh gempalnya tersebut menggema di seluruh ruang kerja si sumber suara. Sejenak keheningan menguasai, masing-masing tenggelam dalam pikiran yang berbeda-beda. Benar-benar hening, seakan-akan tak ada lagi kehidupan disana,
Keheningna itu tak bertahan lama, karna sesaat kemudian isakan kecil mulai pecah dari penghuni lain ruangan praktek dokter tersebut.
"Apakah tidak ada cara lain? Aku akan membayar berapapun yang dibutuhkan, asalkan kau bisa menyembuhkannya," tanya pria lain disana, mencoba berbicara dengan suara yang ia kendalikan setenang mungkin. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan orang yang membutuhkannya. Disaat orang yang ia sayangi, membutuhkan segala dukungan darinya.
"Maaf, kami tidak-"
"Tidak apa-apa," sela sang gadis, sumber suara isak pilu yang sedari tadi mengisi ruangan dengan aroma khas tersebut. Ia tidak ingin mendengar kalimat bernada simpati yang ditujukan padanya, karena ia hanya akan menjadi semakin lemah dengan itu. Sesekali ia menghela nafas, mengisi paru-parunya dengan lebih banyak udara, menenangkan dirinya sebelum melanjutkan ucapannya.
"Aku akan menerimanya dengan baik," lirihnya seraya menunduk. Senyuman manis mengembang di bibirnya, meskipun sedikit ternoda oleh aliran air mata yang masih menetes turun dari kedua maniknya. Senyuman paling indah yang ia punya, mencoba meyakinkan siapapun yang melihatnya bahwa ia memang baik-baik saja.
"Dan, aku permisi," ucapnya seraya bangkit berdiri, membungkukkan badan pada dua orang lain yang lebih tua sebelum melangkah pergi dari ruangan yang menyesakkan –baginya- itu dengan perasaaan sedikit lebih lega. Setidaknya, ia tidak perlu merahasiakan hal ini dari siapapun lagi. Ia tidak perlu menyimpan beban berat untuk dirinya sendiri.
***
Dori -begitu ia kerap disapa- terkesiap dari lamunannya ketika merasakan sesuatu yang dingin menyengat permukaan pipi kanannya. Saat ia menoleh untuk mencari tahu siapa pelaku mari-ganggu-lamunan-Dori tersebut, netranya menangkap wajah tampan seorang pemuda dengan cengiran lebar menghiasi wajahnya.
“Kau mengganggu imajinasiku, baka!” seru Dori pada pemuda yang malah tertawa lepas melihat lipatan di dahi sang dara semakin bertambah.
“Kau terlihat semakin jelek dengan wajah seperti itu, Dori-chan!” balas si pemuda. Meskipun sedikit kesal disebut baka, ia menyembunyikan hal tersebut karena tak ingin sang lawan bicara merasa menang atas dirinya. Ia memberikan ekspresi wajah mengejek dan langsung berlari begitu Dori mengejarnya.
“Jangan lari kau hidung Akio!” teriak Dori pada temannya tersebut. Lelah mengejar, sang gadis akhirnya memilih berhenti tepat di bawah sebuah pohon maple yang tumbuh subur di pekarangan tersebut. Tatapannya tertuju pada Akio yang juga berhenti di bawah pohon maple lain, tak jauh dari tempat ia berdiri. Keduanya bertatapan dan saling melempar ejekan melalui tatapan mata dan gesture tangan mereka.
Nafasnya masih sedikit memburu saat Dori memutuskan untuk duduk dan bersandar pada pohon yang menaunginya tersebut. Ia memejamkan mata, menghirup udara sebanyak mungkin memenuhi paru-parunya seraya menikmati udara sejuk musim gugur. Tak lama kemudian, indra pendengarannya menangkap suara gemerisik dedaunan yang diinjak mengarah kepadanya.
Rasa kantuk menyerang dirinya yang kelelahan, dan semakin menguasai aroma cologne Akio yang menyejukkan, membuat kedua kelopak matanya benar-benar tertutup secara alami sekarang.
“Kau tertidur?” tanya Akio seraya menyamankan posisinya di samping sang gadis. Ia berpikir gadis bersurai dark-brown tersebut benar-benar tertidur karna tak ada respon sedikitpun yang ia dapat, hingga sang adam memutuskan untuk duduk lebih dekat dan menyandarkan kepala Dori pada bahunya.
“Hanya memejamkan mata,” balas Dori. Kedua lengannya bergerak melingkar pada pinggang ramping sang lelaki. Tubuhnya bergerak dari posisi awalnya, menyamankan dirinya pada sandaran barunya seraya berucap, “Kumohon jangan pergi..”
“Hey, tentu saja aku tak akan pergi. Aku tidak mau Bibi mengomeliku karna meninggalkan karung berasnya,” canda Akio. Bagaimanapun ia lelaki, hingga ia merasa sedikit canggung dengan posisi mereka yang sekarang.
“Berjanjilah untuk takkan pernah pergi..”
Karna tak ada nada candaan sama sekali dari balasan lawan bicaranya, Akio memutuskan untuk menenangkan gadis tersebut dengan mengusap perlahan surainya.
“Baiklah, aku berjanji tak akan pergi. Sampai kapanpun,”
Ia sadar dirinya telah membuat orang lain untuk berjanji padanya, janji yang hanya akan menyakiti orang itu sendiri di kemudian hari.
***
Beberapa hari berlalu setelah vonis ‘resmi’ yang ia dapat, sang dara hanya menghabiskan waktunya dengan diri. Mengabaikan ketukan pintu maupun panggilan dari ayahnya diluar sana, ia menyibukkan diri dengan menulis cerita yang tak sempat ia selesaikan. Hanya keluar dari sangkarnya disaat benar-benar diperlukan.
“Kau tidak bisa melakukan ini pada ayah, sayang,” ucap seorang pria paruh baya yang menghadangnya saat akan kembali memasuki ruangannya. Wajah lelaki itu terlihat kuyu, sarat akan kesedihan. Seakan ia menanggung semua rasa sakit yang diderita sang anak, mengambil alih semua penderitaan, demi melihat seulas senyum di bibir pulm gadis kesayangannya.
Hanya helaan nafas yang terdengar, sebelum yang lebih muda berinisiatif memberi pelukan hangat pada lawan bicaranya, meskipun tak ada sepatah katapun terucap dari belah bibirnya. Sebelah tangannya bergerak di balik tubuh sang ayah, mengusap secara perlahan vertical secara berulang. Menghantarkan kehangatan lebih, seraya berbisik, “Aku baik-baik saja, ayah,” lirihnya.
“Ayah tau kau tak-“
“Kita sudah membicarakannya, bukan?”
Ini kali kedua ia menyela ucapan orang yang seharusnya ia hormati. Sejak kecil ia diajarkan sopan santun dengan baik olah ayah dan almarhum ibunya, hingga ia merasa heran darimana datangnya keberanian tersebut.
Kini giliran yang lebih tua menghela nafas, menebar perpaduan aroma tembakau dan juga mint, serta kayu manis yang menenangkan. Pria paruh baya tersebut melonggarkan pelukan sang gadis, mengambil jarak diantara mereka guna mendapati wajah anak tunggalnya yang semakin memucat. Hatinya teriris, matanya memanas menyadari bahwa dirinya tak bisa melakukan apa-apa guna mengembalikan kebahagiaan sang dara.
“Ayah tau apa yang kau pikirkan. Inilah akhir hidupmu, dan kau tak lagi bisa melakukan apa-apa. Setidaknya nikmati hari-harimu dengan baik jika kau ingin menyerah. Itu akan membuat perasaan ayah menjadi lebih baik, dan juga dirimu,” ia memberi jeda, menghirup udara sebanyak mungkin saat dirinya mulai bergetar. “Ayah hanya ingin melihatmu bahagia…”
“Hanya aku sendiri yang tahu, bagaimana cara mencapai kebahagiaanku, Ayah…”
Karna kebahagiaanku kini sudah tak lagi ada di genggamanku sendiri.
***
|
Notes.io is a web-based application for taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000 notes created and continuing...
With notes.io;
- * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
- * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
- * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
- * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
- * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.
Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.
Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!
Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )
Free: Notes.io works for 12 years and has been free since the day it was started.
You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;
Email: [email protected]
Twitter: http://twitter.com/notesio
Instagram: http://instagram.com/notes.io
Facebook: http://facebook.com/notesio
Regards;
Notes.io Team