Notes

Sinar surya nampak mulai menjalankan tugasnya ditemani kicauan burung yang mengudara untuk berlomba mencari makan. Sama halnya dengan apa yang sedang dilakukan burung-burung itu. Lukas, seorang pemuda bersurai hitam malam juga tengah sibuk bekerja mencari ranting-ranting pohon disekitaran hutan yang letaknya tak terlalu jauh dari rumahnya untuk dijual nanti. Ayam bahkan belum berkokok, namun Lukas telah mengumpulkan cukup banyak ranting dalam bakul yang tersampir dibelakang punggungnya.

Kini 2 jam telah berlalu, tungkainya mulai memberontak meminta waktu istirahat. Sebuah pohon jati besar nan rindang menjadi pilihan Lukas untuk menyandaran tubuh lelahnya barang sejenak. Punggungnya menyandar pada batang pohon jati, kelopak matanya menutup menikmati hembusan angin yang menerpa halus. Sungguh suasana yang amat damai hingga menyebabkan Pemuda ini tanpa sadar justru terhanyut ke dunia mimpi.

BUUM!

Debuman keras secara tiba-tiba menguar berasal dari dalam hutan, membuat seluruh satwa serta adam yang sedang tertidur disana tersentak kaget.
"Suara apa itu?" Lukas menyeru setengah sadar dari keterkejutannya. Hazel kembarnya bergerak mengitari area hutan, menerka darimana asalnya debuman itu. Tungkainya pun mulai ikut berdiri menopang berat badan adam itu, seraya menggendong bakul anyamannya Lukas segera bergegas menyusuri tanah lembab sebagai tempatnya berpijak. Semakin dalam Ia masuk ketengah hutan, maka semakin terdengar pula suara gergaji mesin dari dalam sana. Lukas yakin bahwa ada orang yang sedang bertindak ilegal menebangi pohon-pohon disini, seperti yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya. Tak memerlukan waktu banyak untuk menemukan sumber suara itu, maniknya telah menangkap sosok mereka. Para penebang liar.

"Hei! Apa yang kalian lakukan?! Kenapa menebangi pohon ini!" Lukas berseru lantang, menarik seluruh atensi orang-orang yang tengah bekerja menebangi pohon-pohon jati yang terkenal dengan kualitasnya itu. Ditempat itu terdapat puluhan batang pohon tergeletak diatas tanah, bahkan pohon jati muda yang belum waktunya ditebang pun sudah tidak memiliki nyawa lagi. Semua ditebang tanpa adanya pengganti.

"Hahaha siapa kau berani mengganggu pekerjaan kami?" Seorang dengan pakaian lebih berkelas dari kerumunan pekerja itu bersuara sinis, aura kesombongan begitu memancar darinya.

"Aku penduduk desa disini! Kalian adalah orang asing yang tidak memiliki ijin untuk menebangi pohon-pohon disini! Jadi sekarang pergilah sebelum ku panggil seluruh warga desa" Wajah Lukas memerah menahan emosi. Sungguh, Pemuda ini akan sangat marah apabila Ia mendapati ada orang yang merusak hutan didesanya, terlebih orang tidak bertanggung jawab seperti para orang dihadapannya.

"Apa kau bilang? Tidak ada ijin? Hahaha" Gelak tawa pria asing itu semakin terpecah, diikuti tatapan meremehkan yang teruju pada Lukas.
"Tentu saja kami sudah memiliki ijin dari seluruh warga desa untuk membangun sebuah jalan raya disini. Sedangkan kau hanya bocah tidak penting yang pendapatnya tidak diperlukan. Jadi sekarang pergilah dan jangan mengganggu pekerjaan kami!"

Manik kembar Lukas terbelalak mendengar jawaban pria kota itu. Apa benar seluruh warga desa menyetujui pembangungan jalan raya disini? Termasuk kepala desa? Bagaimana bisa mereka menyetujuinya disaat hutan ini menjadi satu-satunya penahan dari banjir yang rentan terjadi didesa mereka? Apa mereka tidak sadar akan bahaya itu?
Begitu banyak pertanyaan berkelibat memenuhi otak Lukas. Perasaan marah, kesal,kecewa dan heran bercampur dalam dirinya.
.
.
.
"Pak Kades! Pak Kades!" Sosok pemuda dengan surai malamnya telah sampai didepan sebuah rumah milik kepala desa Tumengging. Sosok itu tak lain dan tak bukan ada Lukas, Ia langsung menuju rumah Kades selepas peristiwa tadi. Tak lama seorang pria lain tiba membuka pintu, peci serta baju safari yang melekat pada tubuh pria itu membuktikan bahwa Ia merupakan orang penting didesa ini. Ya, pria itu adalah Orang yang memegang jabatan sebagai kepala desa disana.