NotesWhat is notes.io?

Notes brand slogan

Notes - notes.io

# SOLO PLOT
# France, 2018
# Adjusted Time



Sudah pukul setengah satu ketika Sara akhirnya melajukan mobil ke tanjakan kecil berkelok yang merupakan jalan masuk ke area parkir kota lama berbenteng. Pohon-pohon besar meneduhi lapangan parkir kecil dan dari sana, Sara menaiki tangga untuk menuju alun-alun di bawah sebuah restoran.
Ketika Sara menginjakkan kaki ke alun-alun, terciumlah aroma melati yang lembut dan samar-samar, terbawa angin yang menggoyang-goyangkan sulur tumbuhan rambat di tembok-tembok pucat terkelantang matahari. Kolam pancuran modern nan gajil memercikan air yang beriak lembut di tengah-tengah area teduh tenteram berlantai ubin batu. Sara berhenti di bawah patung malaikat kontemporer yang menghiasi air mancur, mencelupkan tangan ke air yang mengucur dari mawar keemasan di tangan si malaikat. Fontaine Meisie, demikianlah yang tertera di sebuah plakat kecil.
Di kota ini ada air mancur yang dinamai dari nama ibunya yang sudah meninggal dunia tepat tujuh tahun lalu. Bagaimana tidak? Hanya ada 27 restoran bintang lima di Prancis, dan salah satunya ada di kota ini ; Sainte-Mère. Berkat ibunya lah kota ini menjadi terkenal.
Restorannya, Chez Anges, yang sekarang dipegang oleh salah satu orang kepercayaan ibunya itu terletak di atas alun-alun, di bangunan batu kuno bertingkat-tingkat yang dahulu merupakan pabrik pengolahan zaitun. Sara ingin sekali duduk-duduk dibawah payung raksasa di teras penuh sesak jauh di atas, menikmati pemandangan dan makanan lezat, bersantai-santai sampai dapur lebih tenang selepas jam makan siang. Namun, restoran itu pasti sudah penuh, seluruh mejanya dipesan tamu sejak berbulan-bulan sebelumnya.
Semerbak bunga-bunga, hawa yang panas, gemercik air mancur, tembok batu aus di sekelilingnya, semua seolah menggapai hati sanubari Sara dan membelai jiwanya yang sedikit tegang.
'Okay.. semuanya akan baik-baik saja. Dia tidak akan mengenalimu. Sudah belasan tahun sejak terakhir kau ke tempat ini bukan?' Sara bermonolog dalam hatinya.

Inhale - Exhale - Inhale - Exhale

Rasa lega mengisi hatinya seiring dengan udara yang masuk ke paru-paru. Udara di sini sama sekali tidak berbau seperti rumah sakit, atau kantor terapis, atau rumah bibinya yang digelayuti keputusasaan sepekat debu yang mengotori udara Inggris.
Sara berjalan melewati galeri seni dan sebuah restoran yang akan dengan senang hati menyambut para turis naif yang sempat coba-coba untuk datang ke Chez Anges tanpa memesan tempat.
Bangunan auberge, alias penginapan, menjorok ke alun-alun, tembok batunya dirambati sulur-sulur melati, balkonnya dicerahkan oleh geranium merah.
Sara berbelok ke jalan berikutnya, lalu berikutnya lagi, menuju gang sempit rahasia yang diteduhi bangunan, saking berdekatannya bangunan di kiri-kanan sampai-sampai terkesan hendak berciuman, tali jemuran terentang di balkon-balkon. Melati tumbuh dimana-mana, bunga-bunga putih mungil menaburkan keharuman ke wajah Sara.
Keributan dapur senantiasa memunculkan kenangan akan musim panas di benak Sara, musim panas dan setiap kunjungannya ke tempat ibunya bekerja. Jendela-jendela yang terbuka dan pintu belakang Chez Anges mengeluarkan panas, sedangkan dapur mengeluarkan bunyi riuh rendah, kelotak pisau, dentang panci, teriakan orang-orang, juga mengeluarkan aneka aroma : lavendel, minyak zaitun, kacang, daging, karamel ...
Selagi Sara mendekati pintu yang terbuka, teriakan semakin kencang, kata-kata yang sudah dia dengar berjuta-juta kali di dapur ibunya, "Service! J'ai dit service, merde, keburu rusak, nih. SERVICE, S'IL VOUS PLAÎT!"
"―Kami sudah buru-buru, tahu! Sialan―awas!"
Tumpukan piring kotor. Teriakan marah. Sumpah serapah yang bergema ke tembok batu.
Sara mengintip ke balik pintu, tidak sanggup menahan diri. Semasa kanak-kanak dan remaja, Sara tak ubahnya anak kecil yang bengong di luar toko permen, terkurung di kantor ibunya, hanya bisa menonton segala macam aksi, segala macam kejadian seru, dari luar: gerak cepat dan kontrol mengagumkan nan meletup-letup saat kreasi kuliner hebat lahir dan dilemparkan ke luar untuk dimakan.
Setidaknya, lima belas orang berpakaian putih dan hitam bergerak secepat kilat di tengah hutan futuristik dari baja dan marmer. Empat orang tampaknya khusus bertugas berteriak-teriak, dua chef berpakaian putih, dua pelayan bertuksedo hitam, dipisahkan oleh konter lebar dan rak baja: tempat piring-piring elegan dioperkan ke tangan para pelayan, yang membawanya ke ruang makan dalam waktu ―idealnya― sedetik setelah piring selesai diisi untuk diantarkan ke tujuannya, sang pelanggan. Gelombang nostalgia sontak menerpa Sara.

"Connard!" teriak seseorang.
"C'est toi, le connard, putain!" umpatan balasan.

Tubuh besar berdiri tegak di balik konter yang paling dekat dengan pintu dan berbalik untuk menghadap ke adegan tersebut, menghalangi pandangan Sara sehingga yang bisa dia lihat hanyalah bahu nan bidang. Rambut tebal kepanjangan ―warna cokelat tuanya diselang selingi helai-helai pirang keemasan bak karamel leleh― terurai ke kerah seragam laki-laki besar itu, seragam juru masak bertanda biru-putih-merah Meilleur Ouvrier de France. Tanda biru-putih-merah yang mengindikasikan bahwa orang inilah sang chef, tetapi dia tidak lagi kurus seperti dulu. Bahwa dia bisa mengisi ruang sebesar itu, dulu Sara hanya bisa membayangkannya. Bukan saja berbadan besar berotot, dia juga tampak penuh percaya diri.
Geraman pria itu mula-mula pelan, lalu bertambah kencang hingga memenuhi dapur dan tumpah ruah ke jalan bagaikan auman binatang buas. Sara spontan menutup telinga. Ingin rasanya Sara menggaruk-garuk bagian dalam telinganya untuk mengusir dengung yang mengganggu.
Ketika geraman itu pupus, suasana menjadi hening. Sara mencengkeram dinding batu di samping pintu, sekujur tubuhnya tergelitik. Dirinya entah kenapa terasa tegang dan kulitnya serasa gatal.
Pria itu ―Marvin Legrand― berputar bagai singa yang baru saja mengomeli anak-anaknya. Dia kini melihat Sara.
Jantung Sara berdebar-debar kencang, seolah dirinya telah terdampar tanpa senjata di savana. Insting 'perlawanan' menyuruhnya menutup jarak di antara mereka, mengulurkan tangan untuk menjambak rambut pria itu keras-keras, dan mencium mulut itu supaya berhenti mengaum. Biar laki-laki itu tahu rasa.
Insting 'kabur' ingin agar Sara merentangkan tangan lebar-lebar, mempersilakan tubuhnya yang rapuh itu dicabik-cabik.
Sara mencengkeram dinding batu erat sekali sampai-sampai telapak tangannya tergores, menghalau kedua insting tadi sekuat tenaga.
Marvin berdiri diam sambil menatap Sara. Di belakangnya, kesibukan yang sempat terhenti, kembali berlanjut: petits commis, pelayan, sous-chef, semua kembali mengerjakan tugas masing-masing dengan gesit dan efisien, adu mulut menguap begitu saja. Seseorang mulai membersihkan makanan yang tumpah. Yang lain mengambil piring bersih dari rak dan mulai menata kreasi nan magis di atasnya.
Sara berusaha mengingat-ingat motivasi di balik kedatangannya. Sara mengenakan celana panjang formal, tetapi dilengkapi sandal santai. Sialnya, blus formal-kasualnya tak sengaja terkena cokelat lumer yang dia makan sewaktu memutar-mutar mobilnya tak tentu arah dalam perjalanan tadi ... atasan yang melekat di tubuhnya tinggal kaus kutung sutra halus.
Dengan alis terangkat, Marvin melirik Sara dari ujung rambut hingga ujung kaki. Penasaran. Barangkali merasa tertantang. Namun, waswas.
"Anda terlambat," katanya datar.
"Mobil saya bermasalah," Sara minta maaf. ―tunggu dulu, darimana laki-laki ini tahu bahwa Sara terlambat? Ini kan kunjungan dadakan.
"Bon, allez." Sang chef ―yang notabenenya adalah pekerja ibunya itu. Sekaligus orang yang pernah ditaksir Sara saat berumur 14 tahun― sepertinya maklum. Dioperkannya kain putih yang terlipat kepada Sara. Sara serta-merta mengenali tekstur kain tersebut: seragam juru masak. Berikutnya, dia diserahi celemek profesional berbahan tebal. Marvin meliriknya lagi dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Sepatu Anda mana?"
"Saya―"
"Kalau Anda meneteskan karamel panas ke kuku kaki yang bercat itu, aku tidak mau tahu. Datang bekerja tanpa bersepatu. Padahal, Aurélie bilang Anda pernah magang dibawah bimbingan Claretta Meisie secara langsung."
"Hah?―" Sara semakin bingung.
Mata sebiru laut sontak menyipit. "Belum-belum sudah terlambat. Tebus kesalahan Anda kalau masih ingin mendapat kesempatan. Pakai seragam dan bantu Morgan menyiapkan jeruk."
Barangkali Sara seharusnya memberitahunya tepat saat itu. Akan tetapi, peluang untuk terjun langsung ke dalam dapur bersama Marvin, begitu menggoda. Sara berpeluang untuk bekerja disana pada jam makan siang, untuk berpura-pura menjadi bagian dari ini semua. Bukan di kantor. Bukan sekedar mengamati demonstrasi masak yang disederhanakan untuk orang awam. Sepenuhnya menjadi bagian dari aktivitas di dapur.
Ya Tuhan, jarinya nyeri. Bekerja di dapur diawasi chef profesional ternyata jauh lebih sukar. Sara sudah mencoba. Bukannya tidak terampil memasak. Masalahnya, kecepatan, intensitas, keharusan menghindar dari gerakan orang lain, dan repetisi tugas disini melampaui apa saja yang biasanya dilakukan oleh Sara. Sara benci jeruk bali. Dia mulanya tidak tahu, tetapi sekarang dia membenci buah itu sepenuh hati. Mungkin sebaiknya dia undur diri dari dunia memasak, menjadi seorang ahli mikrobiologi saja, dan menciptakan jamur yang mampu memusnahkan pohon jeruk bali dari muka bumi.
Dia bahkan tidak bisa melihat macam-macam makanan indah yang diciptakan di sekelilingnya. Dia tidak bisa mendongak dari tugas di hadapannya. Mengupas buah demi buah, menjajarkan segmen merah muda mengilap untuk dipergunakan oleh orang lain, sampai jarinya pedih dan sari buah asam merasuk ke kulit yang perih, sedangkan dinginnya buah membuat gerakan Sara kikuk.
Marvin mampir di pos Sara tepat saat dia mengisap sari buah asam dari jempolnya, untuk mengurangi rasa sakit, dan ketika dia mengadah, dilihatnya mata Marvin terpaku pada mulutnya, alis pria itu terangkat sedikit.
'Mati, Sara mati. Aspek higiene.' Sara sontak menjatuhkan sebuah jeruk bali, lantas menukik untuk menyambar buah tersebut, tepat menghalangi jalannya seorang sous-chef yang membawa mangkuk raksasa berisi adonan financier.
Sous-chef berkelit, badannya secara refleks berputar untuk menahan bobot mangkuk yang berat, sedangkan lututnya menabrak iga Sara. Tepat saat sang sous-chef dan mangkuknya yang seberat dua puluh kilogram hampir menimpa Sara, seseorang menangkapnya. "Aduh," gumam Sara lemah sambil melirik tangan anyar yang kini membuai mangkuk itu, sedangkan tangan lainnya mencengkeram bahu sous-chef.
Tangan besar yang kuat. Banyak luka kecil bekas terbakar dan tersayat. Rambut ikal cokelat tua ...
Marvin meletakkan mangkuk itu di mesin pengocok, mambantu sous-chef-nya berdiri, menyuruh pria itu melanjutkan pekerjaan, dan memandangi Sara sekejap. Tubuh Sara tergelitik, menantikan omelan dan geraman. Namun, Marvin hanya memandanginya.
Sara menggapai lebih jauh lagi ―sadar bahwa pantatnya menungging ke udara sementara dia menjulurkan tangan
     
 
what is notes.io
 

Notes is a web-based application for online taking notes. You can take your notes and share with others people. If you like taking long notes, notes.io is designed for you. To date, over 8,000,000,000+ notes created and continuing...

With notes.io;

  • * You can take a note from anywhere and any device with internet connection.
  • * You can share the notes in social platforms (YouTube, Facebook, Twitter, instagram etc.).
  • * You can quickly share your contents without website, blog and e-mail.
  • * You don't need to create any Account to share a note. As you wish you can use quick, easy and best shortened notes with sms, websites, e-mail, or messaging services (WhatsApp, iMessage, Telegram, Signal).
  • * Notes.io has fabulous infrastructure design for a short link and allows you to share the note as an easy and understandable link.

Fast: Notes.io is built for speed and performance. You can take a notes quickly and browse your archive.

Easy: Notes.io doesn’t require installation. Just write and share note!

Short: Notes.io’s url just 8 character. You’ll get shorten link of your note when you want to share. (Ex: notes.io/q )

Free: Notes.io works for 14 years and has been free since the day it was started.


You immediately create your first note and start sharing with the ones you wish. If you want to contact us, you can use the following communication channels;


Email: [email protected]

Twitter: http://twitter.com/notesio

Instagram: http://instagram.com/notes.io

Facebook: http://facebook.com/notesio



Regards;
Notes.io Team

     
 
Shortened Note Link
 
 
Looding Image
 
     
 
Long File
 
 

For written notes was greater than 18KB Unable to shorten.

To be smaller than 18KB, please organize your notes, or sign in.