Notes

ㅤ【 Tony as a Spy 】

* ˚ KRINGGG! KRINGGG! KRINGGG! ˚ *

Dering telepon memecah keheningan malam, merusak bunga tidur yang menghinggapi Tony, membuat puan bertubuh mungil itu terpaksa bangun dengan beberapa ucap umpatan yang mengiringi. Kuasanya meraih gagang telepon, yang sialnya langsung disambut dengan rentetan ungkapan protes dari tersangka yang membangukannya di pagi buta seperti ini.

"Dammit! Paul, can you stop? Berisik," tutur Tony seraya bangkit dan duduk di tepi ranjangnya. Tak ada sehelai kain pun yang menutupi tubuh, berhubung ia tidak suka ada yang membatasi pergerakannya dikala tidur.

ㅤ"Aku hanya ingin mengingatkan kalau kurang dari dua belas jam lagi, informasi itu harus sudah ada di tanganku. Mengerti? Jangan lamban, Antoinette."

"Tutup mulutmu karena sosok yang selalu lamban adalah kau." Kalimat itu menjadi penghujung percakapan telepon antara Tony dan Paul, yang tak lain adalah rekan kerjanya. Gagang telepon itu ia letakkan kembali dengan sedikit bantingan, akibat terlalu kesal karena waktu istirahatnya terganggu. Dan kalau sudah begini, mana mungkin ia bisa tidur lagi.

Sepasang tungkai jenjang itu pun melangkah menyusuri lantai menuju ruang ganti. Tony memutuskan untuk melanjutkan sedikit pencarian guna melengkapi seluruh data yang sudah ia kumpulkan selama tiga hari terakhir, baik dengan cara observasi langsung dan mengintai, interogasi terselubung, sampai bekerja sama dengan seorang hacker handal kenalannya untuk menyusup masuk ke database CCRS. Iya, CCRS, tidak salah. Satu dari unit yang berada di bawah FSI, karena figur yang sedang dipantau oleh Tony dan organisasi kecil yang memperkerjakannya berada di sana.

Setelan dengan dominan warna abu-abu sudah menyelimuti tubuh Tony, kini ia pun siap berangkat menuju markas kecil tempat sang hacker berada agar ia dapat mengetahui progress dari kelengkapan datanya. Tak lupa, sebuah pendrive turut ia bawa karena ia tak mungkin berada jauh dari benda penting itu.

Tak butuh waktu lama, berhubung jalanan di pagi buta sangatlah sepi, Tony pun tiba di tempat tujuannya. Dengan kecanggihan teknologi, hanya dengan menghadapkan wajahnya di pintu saja ia sudah dapat memasuki tempat tersebut.

ㅤ"Oh, Tony, kau datang tepat waktu. Baru saja aku akan menghubungimu," ujar Dan, hacker handal yang ia rekrut untuk bekerja sama dengannya.

"Apa?" Respon sang puan hanya sesingkat itu, namun langkah kakinya tampak lebih cepat saat menghampiri Dan.

ㅤ"Lihatlah! Lalu ini juga, ini, dan juga ... hm, ini." Antusias jelas terlihat dari bagaimana cara Dan bergerak dan berbicara, membuat rasa penasaran membuncah dalam diri Tony. Pergerakan bola matanya mengikuti kemanapun tangan Dan berada kala menunjukkan satu per satu informasi akhir yang membuat Tony menyunggingkan senyum.

"What a twist," gumam Tony seraya mengeluarkan pendrive dan meletakkannya di atas meja kerja Dan, tanda kalau ia meminta data-data tersebut. "Anyway, thank you for your hard work, Dan," ungkapnya yang lalu mendaratkan kecupan singkat di pipi kanan sang teruna, sebuah hal biasa yang dilakukan Tony untuk menggambarkan rasa senangnya.

Kini, puan mungil itu mendudukkan diri di salah satu kursi yang ada. Dengan kaki yang tersilang, ia memperhatikan gerak-gerik Dan saat tengah memindahkan data. Di saat yang sama, pikirannya meliar dengan mulai menyusun strategi untuk bekerja sama dengan satu atau dua hitman guna menghabisi tikus di CCRS.