Notes

So this is how (from my perspective) it feels to be a Smalane.

Menjadi seorang Smalane, bagian dari Smala.
Smala, sekolah terbaik ketiga di Indonesia, yap, SMAN 5 Surabaya. Aku satu dari 3 ratus sekian murid yang lolos setelah disaring seberapa ketatnya demi mendapat sebuah bangku di sekolah ini. God yes, nggak hanya nilai UN dan TPA, tapi juga seleksi alam berdasarkan pemilihan PPDB and stuff which-I believe-is hard for all of us.

Pertama.
Dari yang selama ini aku alami selama di Smala, 'orang luar' - refers to orang selain Smalane - seringkali mengagung-agungkan kami. Akademik, akademik, akademik.
"Wih yowedi Smala."
"Pinter lah anak Smala."
Bahkan teman-teman dekatku yang biasanya menganggap aku goblok karena aku slengekan di depan mereka, perlahan berubah, sedikit hesitating ketika mengingat aku adalah Smalane. Teman-temanku dari luar kota, juga ternyata sudah tau trackrecord seorang Smalane. Nggak hanya orang sepantaran, tiap kali aku berkenalan dengan orang dewasa dan mereka tau asal sekolahku, mereka langsung menyatakan kagum dan memuji.

Wait.
Aku nggak lagi menyombongkan diri.
Emang nggak bisa diragukan lagi, Smalane ini pintar. Bahkan kebanyakan dari kami nggak hanya pintar tapi juga rajin dan kritis, sehingga aku berani bilang mereka ini jenius-jenius.

Bayangkan.

Aku, 11 dari 12 semester di Sekolah Dasar mendapat ranking 1 dan merupakan lulusan terbaik kedua di SD, masuk ke SMPN 6 urutan ke-7 dengan pagu luar kota 1%, anak olimpiade waktu SD dan sering masuk final bahkan sampai ke Ibukota (belum pernah menang sih hehe) dan selalu ranking 10 besar pada try out TPA.

Nggak seberapa emang dibanding prestasi akademik kalian yang membaca ini. Tapi....aku sudah bangga. I used to think that I am smart enough to be here. BUUUUT damn kalian harus tau betapa malunya aku ketika pembelajaran dimulai and I was like "Yaowo nerd kabeh yaowo kok ambis se sinau tok aku ngerti opo???!" I feel like the dumbest person alive in Smala. Bagusnya, mereka ini yang membuat aku terpacu untuk belajar lebih banyak dan lebih serius lagi. Melihat ketekunan dan rencana masa depan mereka.

Aku ngefans sama Smalane.

Kedua.
Beberapa bulan berada di Smala. Aku sadar. Tiap hari Senin setelah upacara, we always have this "Gema Almamater", where every Smalane proudly gives a round of applause and cheers, before the host announcing all achievements we've got the whole week.

SEE?
Kita kayak selalu menang sesuatu tiap minggunya. Dan nggak main-main, biasanya lombanya minimal tingkat nasional. Baik individu, kelompok, maupun SS (SS itu ekskul). Yah, lagi-lagi aku amazed karena ternyata gak hanya OSN, debate, pelajar pelopor, tapi we won SO MANY non-academics championships!